Selesai mereka shalat, Ayu membuka pintu ke arah beranda dan menghirup udara pagi yang segar secara dalam - dalam. "Ah.. Segarnya" kata Ayu yang menikmati alam dan udara pagi hari.
Tiba - tiba Rashid memeluknya dari belakang, tangan Rashid melingkari pinggang Ayu. "Iya sangat menyegarkan dan wangi" komentar Rashid sambil menghirup udara dalam - dalam di rambut Ayu.
"Tuh kan becanda lagi" keluh Ayu
"Bener ko, udara pagi hari memang menyegarkan" elak Rashid.
"Tapi kenapa dirambut Neng?" tanyanya.
"Memangnya kenapa? Dari sini juga tercium udara pagi kok" kata Rashid membela diri.
"Au ah elap" kata Ayu yang memejamkan matanya dan bersandar ke belakang ke arah tubuh Rashid menikmati udara pagi dengan suasana hening dan sinar matahari yang baru terbit menyinari mereka berdua di beranda villa.
Dari arah pandangan Rashid yang turun ke bawah ke arah depan Ayu, terlihat dari balik gaun tidurnya Ayu tak memakai beha dan puting Ayu sedikit mengeras akibat dari udara Puncak pada pagi hari yang masih terasa dingin.
Kejantananan Rashid bereaksi memanjang dan mengeras sehingga langsung terasa di pantat Ayu yang sedang bersandar di tubuh Rashid. Ayu merasakan sesuatu yang keras menyentuhnya yang sebelumnya tidak ada, seketika Ayu mengerti dan mengernyitkan keningnya lalu membuka matanya.
Ketika Ayu berusaha melepaskan pelukan Rashid dengan membuka tangan Rashid yang melilit pinggangnya dari belakang, Rashid malah mengetatkan pelukannya dan menggesek kejantanannya yang mengeras di pantat Ayu.
"Jaga sikap donk Bang! Matahari udah terang lho dan ini di luar, siapa saja bisa melihatnya. Malu tau" kata Ayu mengingatkan.
"Masih pagi ko Sayang.. Lagipula ini di balkon yang menghadap ke kolam renang dan tebing pegunungan ko, jadi siapa yang bisa ngintip" kata Rashid.
"Pengawalmu dan bi Romlah dan bi Tuti yang bangun pagi. Juga tetangga sebelah juga ada balkonnya" kata Ayu.
"Lihat, mereka tidak ada" kata Rashid yang memegang dagu Ayu lalu kepala Ayu diarahkan ke kiri dan ke kanan serta ke bawah.
"Memang sih sekarang tidak ada, tapi sewaktu - waktu mereka bisa muncul, gimana?" tanya Ayu.
"Mereka juga akan wajar kali, kita kan pengantin baru jadi masih mesra - mesranya" kata Rashid yang cuek dengan apa pendapat orang.
Rashid malah semakin gencar merangsang Ayu sehingga Ayu berbalik menghadapnya dan mengalungkan tangannya ke leher Rashid.
"Bawa Neng ke kamar" ajak Ayu.
Tanpa babibu, Rashid mengangkat kaki Ayu dan kedua kaki Ayu dilingkarkan ke pinggangnya dengan posisi tangan Ayu masih melingkari lehernya. Digendongnya Ayu kembali ke kamar dan mereka bercinta hingga jam 9 pagi barulah mereka keluar kamar.
- * * * -
Di ruang makan, Ayu dengan ekspresi cemberut, sedangkan Rashid menampilkan ekspresi senang. Walaupun Ayu cemberut, ia tetap melayani Rashid dengan mengambilkan makanan dan minuman untuk suaminya yang akan sarapan.
Ketika mereka mau makan, Fahd datang di ruang makan yang mau mengambil air minum.
"Cek ile.. Pengantin baru kok ekspresinya cemberut gitu sih. Jangan - jangan habis berantem ya?" tebak Fahd.
"Biasa, nanti juga baikan lagi ko. Berantem itu merupakan bumbu - bumbu yang membuat hubungan jadi lebih berkesan. Habis bertengkar langsung baikan lagi jadi tidak hambar, monoton ataupun membosankan" terang Rashid yang bagaikan guru filosofi.
"Aduh.. Baru 3 hari menikah, sudah bisa berfilosofi saja. Menikah membuatmu berubah kawan" kata Fahd sambil geleng - geleng kepala.
"Yah.. sejak bertemu Ayu, aku memang berubah. Kau pun nanti akan mengalaminya" jawab Rashid.
"Oh.. Tidak dalam waktu dekat" kata Fahd
"Ngapain kamu ke sini pagi - pagi?" tanya Rashid.
"Wow mentang - mentang sudah punya istri, sahabatmu yang sudah puluhan tahun menemanimu langsung diusir saja. Benar menurut pepatah, habis manis sepah dibuang. Teganya dikau terhadap diriku yang malang ini. Hiks.. Hiks.." kata Fahd pura - pura hatinya terluka bagaikan istri tua yang tersingkirkan oleh istri muda.
"Justru aku mempertanyakan diri sendiri kenapa selama ini aku buta mau berteman denganmu selama puluhan tahun dengan sifatmu yang aneh itu. Aku pasti disihir olehmu, tapi untungnya Ayu membebaskan pengaruh sihirnya sehingga menyadarkanku kembali. Terima kasih ya Sayang" kata Rashid yang membalas perkataan Fahd lalu menatap istrinya dengan senyuman.
Ayu hanya menahan tawa dengan tingkah suaminya dengan Fahd yang sama - sama aneh. Ia hanya menganggukan kepala 2x mengikuti sandiwara mereka yang konyol itu.
"Aish.. Kalian ini.. Oke - oke aku kalah deh, 2 lawan 1 mana mungkin menang. Aku kemari untuk menyerahkan laporan pekerjaan yang harus segera ditandatangani dan mengingatkan untuk segera mengadakan rapat mengenai proyek stadion yang sedang dibangun. Selama ini kau sibuk mengurus pernikahanmu jadi aku yang kelabakan, ini hanya sisanya tau. Kalau semua aku yang mengerjakan, bosnya biar digantikan aku saja. Jadi sebaiknya cepat dikerjakan sebelum sibuk berbulan madu" kata Fahd.
"Baiklah, nanti akan kukerjakan" kata Rashid.
"Oh iya bagaimana teman - teman dan bu Nia di hotel? Apakah mereka nyaman di sana?" tanya Ayu.
"Ya, tadi ketemu mereka saat sarapan di hotel. Mereka semua mau pulang hari ini. Setelah berkemas, mereka akan mampir ke sini untuk berpamitan" kata Fahd
"Astaga.. Aku sebagai tuan rumah malah melupakan tata krama. Abang, selesai sarapan Neng mau menemui mereka di hotel" kata Ayu.
"Terserah kau Sayang" jawab Rashid.
"Baiklah, sebaiknya aku meninggalkan kalian untuk berSayang - sayangan. Bye.." kata Fahd yang sudah beranjak pergi meninggalkan sepasang pengantin baru yang sedang sarapan pagi.
Sewaktu mereka selesai sarapan, Ayu memberesi meja makan, tiba - tiba Mat datang ke meja makan dan melaporkan bahwa kenalan Ayu sudah tiba mau berpamitan pulang.
Ayu langsung lari ke ruang tamu
"Hei cepat sekali datangnya, padahal sebentar lagi mau berangkat menemui kalian" kata Ayu.
"Maaf Ayu, aku hanya bisa cuti kuliah sebentar saja. Peraturan perkuliahan sangat ketat, selain itu junior harus patuh sering disuruh - suruh oleh senior" kata Xinxin.
"Tidak apa - apa kok Xin, terima kasih sudah meluangkan waktunya padahal mendadak begini" kata Ayu.
"Kami juga pamit, tuntutan pekerjaan menanti sehingga tidak dapat cuti panjang" kata pak Josef yang mewakili dirinya dan istrinya sebagai pegawai sekolah.
"Iya, tidak apa - apa kok Mister. Terima kasih juga sudah menjadi wali Ayu dan menikahkan Ayu dengan Rashid" kata Ayu.
"Itu kewajibanku sebagai pengganti walimu Ayu. Kau seperti anak kami saja, kalau ada apa - apa, hubungi kami ya!" kata mister Josef.
"Kami juga pamit, kami tidak bisa meninggalkan lama - lama toko walaupun ada pegawai yang menangani sementara" kata ibu Aminah.
"Kami juga pamit Ayu, walaupun perkuliahannya tak seketat Xinxin tapi kami bolos kuliah tanpa izin cuti. Jadi gak bisa lama - lama bolosnya, hehehe" kata Aminah.
"Iya, terima kasih kalian sudah datang di acara pernikahanku yang mendadak ini" kata Ayu, tak terasa air matanya menggenangi matanya dan jatuh di pipinya.
Mereka semua memeluk Ayu bergantian, membuat Ayu tersenyum walaupun air mata masih menggenangi matanya. Ayu sedih harus berpisah dengan mereka. Mudah - mudahan masih ada kesempatan dapat bertemu mereka lagi ke depannya.
"Bodoh kenapa menangis? Kalau kangen, elu tinggal nyetir sendiri atau disupirin pakai mobilmu saja atau naik pesawat sekalian biar cepat sampai, pasti kebelilah tiket pesawat, laki elu kan tajir melintir" kata Kirana.
"Baiklah, lain kali aku yang akan menemui kalian" janji Ayu.
"Ok kami tunggu" jawab Kirana.
Setelah berpamitan, teman - teman dan wali Ayu akhirnya pulang ke Jakarta dan Bandung. Lalu Rashid memanggil bi Romlah dan bi Tuti dan menyuruhnya "Tolong bantu nyonya untuk mengemasi barang yang mau dibawa"
Ayu heran dan bertanya "Memangnya kita mau ke mana?" tanya Ayu.
"Aduh sayang.. Kita pengantin baru, jadi tentu saja honeymoon donk" kata Rashid sambil menarik kedua pipi Ayu yang menggemaskan.
"Aduduh.. Memangnya ini pipi dikira adonan roti yang bisa dikunyel - kunyel dan dan ditarik - tarik" keluh Ayu.
"Habisnya Neng gak kepikiran mengenai honeymoon kita sih" kata Rashid dengan nada sedih.
"Habisnya Abang gak pernah bicarain rencana pernikahan kita, tau - tau semua sudah beres" kata Ayu.
"Iya deh salah Abang. Daripada nanti malam gak dapat jatah" tambah Rashid.
"Abang.." kata Ayu yang mau memukul dada Rashid tapi Rashid keburu kabur duluan. Mereka saling kejar - kejaran, dan mereka ditertawakan oleh bi Romlah dan bi Tuti yang daritadi melihat tingkah laku mereka berdua bagaikan anak kecil.