Chereads / Terjerat Kawin Kontrak / Chapter 88 - Snorkeling di Gili Nanggu

Chapter 88 - Snorkeling di Gili Nanggu

Jalan - jalan mereka hari ini dimulai dengan naik kendaraan satu setengah jam sampai di daerah Sekotong ke tempat penyebrangan ke Gili (pulau kecil tempat tujuan mereka akan snorkeling).

"Selamat siang, selamat datang di Tanjung Kelor Boat Transport. Saya Adi siap mengantarkan rombongan ke 3 Gili yang akan kita kunjungi. Apakah anda sekalian mau langsung naik perahu atau berganti baju dulu?" tanya Adi sang nelayan.

"Apakah di sana ada tempat ganti bajunya?" Tanya Ayu.

"Ya ada. Hari ini kita akan antara Gili Nanggu, Gili Kedis, dan Gili Tangkong. Saya sarankan kita makan siang di Gili Tangkong sehingga menjadi destinasi ke 2. Sekarang tujuan pertamanya mau ke mana terlebih dahulu? ke Gili Nanggu atau Gili Kedis?"

"Terserah bagaimana bagusnya saja" kata Rashid.

"Bagaimana kalau ke Gili Nanggu terlebih dahulu?" saran Maulida.

"Lets go!" kata Ayu semangat.

Mereka menyewa 1 perahu kayu nelayan untuk di charter seharian menyebrangi 3 Gili. Kapal yang mereka sewa termasuk kapal kecil dengan bentuk kapal sempit memanjang dan beratap serta terdapat 2 papan kayu yang panjangnya sekapal yang terletak di kiri kanan kapal sebagai penyeimbang kapal supaya tak tenggelam saat menyebrangi lautan.

Kursi penumpang kapal berupa papan kayu memanjang yang menempel di sisi dalam kiri kanan kapal sehingga penumpang dapat duduk menyamping di sisi kapal dan dapat menghadap ke depan, kesamping maupun ke belakang kapal dan seorang penumpang dapat duduk di ujung paling depan kapal namun tak ada atapnya, sedangkan nelayan yang memandu mereka berada di ujung belakang yang mengatur arah dan menjalankan kapal dari mesin kapalnya.

Kapasitas penumpang di perahu yang mereka naiki dengan kapasitas maksimal 8 orang dewasa, dan beruntungnya jumlah mereka 8 orang, terdiri dari Ayu, Rashid, Mat, Ahmad, tim Maulida ada 3 orang dan seorang nelayan. Rashid duduk panas - panasan di paling ujung depan kapal dan Ayu berada di belakang sisi kanannya. Sedangkan yang lainnya dibelakang Ayu dengan sisi kiri kanan masing - masing 3 orang supaya kapal seimbang.

Mereka naik perahu selama 30 menit ke Gili Nanggu. Selama menaiki perahu, tak lupa berfoto dan memvideokan saat menaiki perahu nelayan lokal yang bentuknya sedikit berbeda di tiap daerah.

Diantara Gili yang ada di Lombok, gili yang paling terkenal itu adalah Gili Trawangan. Daerahnya selalu ramai tiap waktu oleh pengunjung wisatawan sehingga tidak bebas untuk bereksplore menjelajahi dunia bawah laut.

Sedangkan di Gili Nanggu daerahnya baru mulai dikenal wisatawan akan keindahan air lautnya yang jernih bagaikan kristal. Gili Nanggu termasuk pulau kecil dengan daerah yang subur ditumbuhi pepohonan dan tidak terlalu dipenuhi oleh pengunjung wisatawan, kecuali saat weekend, liburan sekolah, hari libur nasional dan hari Raya Idul Fitri, sehingga di hari biasa lebih terasa enak dan leluasa bebas bergerak untuk snorkeling menikmati keindahan pemandangan alam bawah laut yang indah.

Sesampainya mereka di Gili Nanggu, segera berganti pakaian memakai pakaian menyelam tangan panjang dan celana panjang untuk menjaga tubuh tetap hangat dan sebagai pelindung dari luka gores terumbu karang atau sengatan ubur - ubur. Lalu memakai masker selam dan snorkel (selang huruf J dengan pelindung mulut, berfungsi sebagai pernapasan mulut saat berenang) serta kakinya memakai sepatu seperti kaki katak untuk menambah daya dorong pada kaki saat berenang nanti.

Ayu memakai baju tambahan berupa kerudung yang seset dari pakaian renangnya, dan memakai baju pelampung sebagai keamanan. Sedangkan Rashid, Mat, dan Ahmad tanpa pelampung karena mereka sering dan mahir berenang di laut. Pak Nursam (tim lain Maulida) ikut berenang dan mengabadikan momen melalui foto dan video di dalam air saat mereka snorkeling. sedangkan Maulida dan pak Yana menyiapkan cemilan dan menjaga barang pribadi di gazebo pinggir pantai.

Snorkeling saat menyelam, tanpa membutuhkan tabung gas karena menyelamnya hanya berenang di permukaan air laut karena kedalam air laut yang dangkal dengan terumbu karang di bawahnya. Tubuh tetap melayang di batas permukaan air dengan wajah menghadap ke bawah sehingga pemandangan bawah air bisa dilihat sambil berenang dan bernapas lewat selang snorkel sehingga kita tidak harus sering mengangkat muka dari permukaan air untuk bernapas.

Setelah peralatan terpasang lengkap, mereka segera nyebur ke dalam air laut hingga terlihat terumbu karang di bawah mereka. Kegiatan snorkeling sangatlah menyenangkan karena berenang sambil melihat berbagai ikan yang imut dan cantik - cantik dengan berbagai warna dan berbagai bentuk terumbu karang yang juga berwarna - warni.

Sesekali mereka menyelam diving ke laut yang sedikit lebih dalam sehingga mereka dapat menikmati pemandangan dunia bawah air lebih banyak lagi.

Saat menyelam diving dikedalaman yang lumayan dalam, Ayu memberi makan ikan - ikan dengan remahan roti yang sengaja dibawanya sehingga ikan - ikan pada mengerubunginya seakan - akan meminta belas kasihannya supaya memberikan makanan untuk semuanya. Ia berusaha memberi makan ikan - ikannya secara adil tapi ikan - ikan yang mengerubunginya jumlahnya banyak dan terlihat sama saja bentuk dan ukurannya sehingga membuatnya bingung, ikan mana saja yang telah diberinya makan. Hingga akhirnya remahan roti yang dibawanya habis, gerombolan ikanpun kembali melanjutkan perjalanan mereka dan meninggalkan Ayu.

Pemandangan dunia bawah air sangat memukau membuat Ayu terkesima sehingga ia betah berada lama - lama di dalam air laut. Walaupun Rashid memberi isyarat supaya berhentipun, ia menghiraukannya.

Ketika fokus Rashid teralihkan ke arah segerombolan ikan yang datang dan menerpa tubuhnya dan pak Nursam sedang fokus merekam Rashid, sedangkan Mat dan Ahmad terpukau keindahan sekeliling mereka, untuk sesaat mereka tak memperhatikan bahwa Ayu menyentuh karang yang berwarna cantik bagaikan kobaran api yang berwarna cokelat muda dengan ujung putih.

Ketika Ayu melihatnya, timbulah rasa penasaran yang tinggi sehingga tercipta hasrat ingin menyentuhnya, maka disentuhlah karang tersebut dengan tangan Ayu yang tak memakai sarung tangan. Walaupun sebelumnya sudah diperingatkan 'agar tak menyentuh biota laut apapun itu', tapi kata - kata peringatan itu terlupakan seolang hanyut terbawa arus ombak laut. Ketika disentuh, permukaannya halus dan tak berlubang - lubang, tak seperti karang lainnya yang kasar.

Ketika segerombolan ikan telah melewati Rashid, pandangannya otomatis mencari keberadaan Ayu. Saat itulah ia melihat bahwa Ayu sedang menyentuh karang itu yang merupakan karang beracun yang dinamakan Karang Api dan termasuk salah satu biota yang dilarang untuk disentuh oleh perenang.

Segera Rashid berenang mendekati Ayu dan menariknya supaya dia tak menyentuh karang itu lagi lalu mereka berenang ke permukaan air. Sesampainya di permukaan air, dibukanya alat snorkel lalu berteriak memarahi Ayu

"Apa yang Neng lakukan? Bukankah Abang sudah peringatkan agar tidak menyentuh makhluk apapun di dalam air?" kata Rashid.

Ayu yang kaget karena tiba - tiba dirinya ditarik Rashid lalu dimarahinya, barulah mulai sadar apa yang telah dilakukannya. Saat itu baru terasa rasa menyengat terbakar bagaikan telapak tangannya dibakar api, mengaduh kesakitan. Tapi karena sadar akan kebodohannya, ia hanya mengernyitkan keningnya dan sedikit bersuara "Aduh"

Rashid yang paham akan kesakitan yang dialami istrinya, segera dipeluknya Ayu lalu berkata "Sabar ya Sayang", lalu dirangkulnya pinggang Ayu dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan dan kedua kaki Rashid mengayuh berenang ke tepi pantai.

Setelah sampai di daratan, dibukanya sirip kaki ke sembarang tempat lalu berjalan sambil menggendong Ayu dalam pelukannya hingga ke gazebo tempat Maulida menunggu mereka. Ahmad memungut sirip kaki yang dibuka Rashid dan menyusulnya.

"Turunkan aku! Neng bisa jalan sendiri ko" protes Ayu.

"Biar kita cepat sampai ke gazebo, siapa tau Maulida bawa peralatan obat atau apapun itu untuk menolongmu sementara. Kau sakit, jadi diam dan nurut saja!" perintah Rashid.

"Tapi kan Neng malu" kata Ayu dengan suara kecil.

"Biarkan saja apa kata orang. Kau istriku, sudah menjadi tanggung jawab seorang suami untuk menjaga istrinya. Lagipula ini juga karena kecerobohanku sehingga lengah sedikit tak memperhatikan sehingga Neng jadi seperti ini" kata Rashid.

Ayu tersentuh dengan kata - kata Rashid, yang melakukan kecerobohan dan kebodohan adalah Ayu sendiri tapi Rashid malah menyalahkan dirinya sendiri. Maka secara naluri Ayu mencium pipi Rashid yang menyebabkan Rashid berhenti dan menoleh ke wajah Ayu dengan pandangan bertanya, maka Ayu jawab "Terima kasih sudah mengurusku dengan baik. Abang suami terbaik. Neng beruntung menjadi istri Abang" kata Ayu yang diakhiri dengan senyuman walaupun senyumannya menahan rasa nyeri.

"Sama - sama, baru sadar ya punya suami hebat? Itu karena Abang..." kata - kata Rashid terputus oleh panggilan Maulida yang berteriak bertanya menghampiri mereka.

"Ada apa dengan mba Ayu?" tanya Maulida sedikit panik.

"Telapak tangannya tersengat Karang Api" jawab Rashid.

"Astaga.. Mari cepat rebahkan di gazebo. Aku bawa beberapa obat penawarnya" kata Maulida.

"Alhamdulillah.. Sukurlah" kata Rashid dengan lega.

Lalu merek ke gazebo dan membaringkan Ayu. Maulida mengambil tas ransel dan mengeluarkan perlatan obat - obatan.

Perasaan terbakarnya serasa sudah berpindah dari telapak tangan ke sekujur tububnya. Lalu tiba - tiba terasa mual ingin muntah.

"Ayo taruh telapak tangannya di air hangat ini!" perintah Maulida kepada Ayu. Air hangatnya tertuang ke dalam rantang makanan yang sekarang tak ada isinya. Maka Ayu menurutinya. Walaupun air hangatnya bukanlah hangat - jangat kuku yang enak diajdikan rendaman, tapi ini sepertinya air termos yang dikasih sedikit air biasa sehingga sangat terasa panasnya air itu. Namun Ayu memaksakannya demi kesembuhannya.

"Tahan ya! Air hangat ini supaya racunnya cepat terurai" jelas Maulida.

Ayu hanya menganggukan kepalanya sebagai jawabannya. Lalu Maulida menggantikan air hangat itu dengan cairan antiseptik, lalu di basuh dengan cuka dan terakhir krim antibiotik yang mengandung 'cortisone', Ayu baca di kemasan obatnya.