Selesai mandi, mereka shalat subuh lalu keluar villa dengan Ayu dalam gendongannya yang masih marah karena masih kurang waktu tidurnya dan badannya masih pegal akibat aktifitas kemarin. Ayu kembali tidur saat digendong Rashid.
Rashid malah senang akan hukumannya karena ia dapat menggendong Ayu lagi ke mana - mana. Rencana sebelumnya, mereka akan menikmati sunrise di bukit Malimbu, tapi karena sekarang hampir jam 5 dan perjalanan ke sana cukup jauh walaupun naik kendaraan, maka rencana berubah sehingga menikmati sunrisenya di pinggir pantai depan bungalow saja.
Kursi berjemur beserta bantal dan selimut sudah disiapkan yang letaknya ditempelkan pinggiran sisinya sehingga Ayu bisa melanjutkan tidurnya di dekapan Rashid dan tubuh mereka ditutupi selimut agar terhindar dari terpaan angin dan udara yang dingin. Mat membawakan teh hangat sebagai penghangat tubuh.
Suasana disekitar pantai masih sunyi, tak seperti ketika menikmati sunset kemarin yang ramai dikunjungi wisatawan. Malah Rashid senang, serasa mereka sedang berada di pantai milik pribadi.
Ketika matahari mulai terbit, Rashid menyesap air tehnya yang hangat sambil melirik Ayu yang berada dalam dekapannya sambil menikmati sinar matahari, membuat Rashid begitu bahagia. Andaikan waktu dapat berhenti, ia akan memilih saat ini karena berada disamping orang yang ia cintai di tempat yang sangat indah.
- * * * -
Ketika sinar matahari semakin terik, sinarnya menyilaukan mata dan terasa panas di kulit sehingga Ayu terbagun.
Ketika terasa gerakan tubuh Ayu yang menggeliat di dadanya, Rashid melirik ke arah Ayu dan berkata "Selamat pagi sayang..Kasian kepanasan" sapa Rashid, disekanya keringat Ayu di keningnya.
"Jam berapa ini?" tanya Ayu yang matanya masih perem melek.
"Entahlah. Sarapan yuk!" ajak Rashid.
" Tapi baru bangun tidur" protes Ayu.
"Kan sudah mandi tadi subuh, lagipula sekarang bukan piyama yang dipakai, jadi sah - sah saja langsung sarapan. Atau sarapan di pesan kesini atau kamar saja?" tanya Rashid.
"Oh iya ya lupa. Langsung ke sana aja deh" jawab Ayu.
Maka mereka ke Rinjani Restoran tempat sarapan hotelnya. Restorannya dalam ruangan, tapi bentuk bangunan restorannya tradisional dengan kayu sebagai penyangga bangunan dan genteng sebagai atapnya, tanpa ada tembok kecuali toilet dan dapur, sehingga para tamu dapat menikmati pemandangan taman dan pantai yang indah serta merasakan tiupan angin pantai yang sepoi - sepoi. Meja kursinya berupa kayu bercat coklat dilapisi busa dibagian duduknya.
Menu sarapannya berupa Buffet sehingga para tamu hotel bebas memilih makanannya sesuai selera. Ayu memilih bubur ayam, soto dan omelet yang diracik sendiri bubur dan sotonya, sedangkan Rashid memilih nasi goreng, ayam goreng dan sosis.
Mereka duduk di bagian meja paling luar yang menghadap taman. Ketika mereka sarapan, datanglah wanita kemarin yang Ayu lihat, dia baru datang dan sebelum wanita itu mencari makanan, dia melihat Rashid dari arah samping sedangkan Ayu menghadap wanita itu sehingga mereka saling bertatapan untuk sesaat sebelum Ayu buru - buru mengalihkan pandangan ke arah lain.
Tak disangka wanita itu malah menghampiri meja mereka dan menyapa "Selamat pagi Sheikh Rashid bin Ali Al Muhtarom. Kebetulan yang sangat menyenangkan dapat berjumpa dengan pangeran lagi" sapa wanita itu.
"Selamat pagi juga Primaningtyas binti Luthfi Al Saud" sapa Rashid.
"Gak usah formal segala, panggil saja Tyas" kata wanita itu.
"Bukankah kau dulu dipanggil Prima?" ejek Rashid.
"Hei itu dulu waktu masih bocah, sekarang kan beda" kata wanita itu.
"Ya kau benar. Dulu kau preman, sekarang serigala berbulu domba" ejek Rashid.
"Apanya serigala berbulu domba? Aku ini wanita tulen tau. Gak sopan sama teman lama" komentar wanita itu pura - pura ngambek, yang direspon Rashid dengan tertawa.
Mereka terlihat akrab sekali sehingga membuat hati Ayu terasa sakit bagaikan tertusuk duri yang tajam.
"Fahd mana?" tanya wanita itu (Tyas).
"Dia tak ikut" kata Rashid.
"Wow masa sih? Biasanya kan kalian berdua terus, secara kalian kan pasangan gay" komentar Tyas
"Siapa yang gay? Aku ini normal tahu. Buktinya ini istriku Eneng Ayu binti Hendra Duschenka" kata Rashid yang memperkenalkan Ayu kepada Tyas.
"Wah.. Sejak kapan pangeran satu ini yang terkenal sebagai si penggila kerja,dingin terhadap wanita dan gay ini bisa kepincut pada seorang wanita? Pasti dia sangat istimewa ya?" tanya wanita itu riang.
Ayu tak menyangka respon wanita ini senang, tidak terlihat marah atau cemburu? Tapi firasatnya mengatakan bahwa wanita memiliki hati terhadap suaminya tapi kenapa sikapnya seakan - akan berbeda? Ataukah aktingnya kelas tinggi sehingga memberikan kesan yang berbeda daripada di dalam perasaannya, pikir Ayu dalam hati.
"Ah tidak ada yang istimewa ko" jawab Ayu yang mengelak sambil tersenyum simpul.
"Masa sih? Tapi temanku ini memang tak salah pilih sih, Sheikha Eneng sangat cantik rupawan, aku saja sampai kalah oleh kecantikannya. Sedari dulu, kami sering bertemu tapi dia tak pernah sekalipun melirikku." katanya dengan nada becanda.
Dan benarlah dugaan Ayu bahwa Tyas diam - diam menyukai suaminya.
"Jangan formal begitu, panggil saja Ayu" kata Ayu.
"Sudahlah Tyas, becandanya jangan dilanjutkan, nanti istriku bisa cemburu. Akibatnya malah gawat, bisa - bisa nanti malam bisa - bisa aku tidak diberi jatah bahkan bisa diusir dari kamar kami" kata Rashid dengan nada yang sama - sama bergurau.
"Wow hebat sekali kalau sampai istrimu melakukannya? Padahal pria seperti kau itu paling dicari tiap wanita tapi susah didapatkan" kata Tyas.
"Ya istriku memang hebat. Aku sampai bertekuk lutut tak berkutik oleh pesonanya yang tak kudapatkan dari wanita manapun" kata Rashid dengan bangga.
"Ya ya ya.. Begitulah pandangan orang yang sedang dimabuk cinta. Hanya satu orang yang terlihat istimewa di matanya" kata Tyas.
"Kau betul sekali" kata Rashid menyetujuinya.
Tiba - tiba hp Tyas berbunyi, lalu dia membuka hp, lalu berkata
"Kalau begitu, silahkan kalian teruskan sarapannya. Aku ada bisnis dulu. Maaf ya sudah mengganggu waktu sarapan kalian" kata Tyas, lalu dia pergi ke meja seseorang yang sudah menunggunya.
Ternyata wanita itu mempunyai janji dengan seseorang. Mudah - mudahan pria yang ditemui Tyas adalah kekasih atau suaminya, harap Ayu.
Ketika Tyas sudah pergi, Ayu bertanya "Siapa Tyas? Sepertinya kalian akrab" kata Ayu dengan cara bicara sambil lalu seperti hal yang tak penting, padahal di dalam hatinya ia penasaran banget.
"Dia sama sepertiku. Campuran Qatar - Indonesia. Ibunya bekerja di kedutaan Indonesia di Qatar, sedangkan ayahnya seorang Jenderal di Angkatan Bersenjata Qatar. Karena orangtuanya berkecimpung di pemerintahan dan militer sehingga sering bertemu dan dia sejak kecil selalu sok kenal sok dekat, walaupun Abang cuekinpun dia selalu menyapa dimanapun kami bertemu." kata Rashid.
"Jadi bisa dikatakan bahwa dia itu teman Abang sejak kecil. Sama seperti Fahd" komentar Ayu.
"Tyas dan Fahd beda donk. Sahabat Abang hanya Fahd, sedangkan kalau Tyas hanya sesekali bertemu. Walaupun Abang cuekinpun, dia yang selalu menyapa Abang duluan dimanapun kami bertemu. Contohnya kaya tadi menyapa kita" kata Rashid.
"Juga seperti kemarin malam" tambah Ayu.
"Kemarin malam?" Rashid mengerutkan alisnya.
"Ya, kalian ngobrolnya asik banget sampai Abang tertawa lepas gitu" kata Ayu sewot.
"Jadi kemarin malam Neng lihat ya? Padahal gak lama waktu Neng ke toiletnya dan gak lama juga kami mengobrol. Dia mengabarkan bahwa tuduhan negara lain yang diucapkan oleh presiden FIFA Seep Blatter bahwa Qatar menggunakan 'operasi hitam' bekerjasama dengan panitia pemilihan tuan rumah, melakukan kecurangan untuk memenangkan hak tuan rumah. Sekarang telah terbukti bahwa itu tidak benar, Kami Tidak Bersalah. Makanya Abang senang waktu mendengar kabar itu, mungkin itu kali yang dilihat Neng. Dia juga membicarakan proyek mengenai sarana prasarana untuk tamu atlet dan tamu umum bidang olahraga sepakbola yang sedang dibangun di Qatar untuk capai target Fifa 2022."
"FIFA? Sepakbola maksudnya? Memangnya Qatar nanti jadi tuan rumah fifa selanjutnya?" tanya Ayu.
"Ya, tahun 2022. Neng baru tahu?" tanya Rashid.
Hanya anggukan Ayu sebagai jawabannya.
"Neng kan gak suka sepakbola dan udah lama gak nonton berita jadi wajar ketinggalan info" kata Ayu membela diri.
"Tidak apa - apa, Abang hanya nanya doang ko. Baiklah sebagai info, Abang akan kasih tau detailnya. Pertandingannya akan diselenggarakan tanggal 21 November - 18 Desember 2022 dengan jumlah peserta 32 tim di 8 stadion di 5 kota (Doha, Al Khor, Ar Rayyan, Al Wakrah, dan Lusail). Qatar menjadi Piala Dunia Pertama yang tidak mengadakan turnamennya pada bulan Mei - Juli karena di bulan - bulan itu cuaca sangat panas dengan suhu minimal 40 derajat celcius, suhu terpanas paling puncak mencapai 50 derajat celcius bahkan bisa lebih lagi panasnya" jelas Rashid
"Wow panas sekali, kulit bisa melepuh kali" komentar Ayu.
"Ya bagi yang tak terbiasa akan sangat sengsara. Tapi bagi orang Qatarpun mereka sebisa mungkin menghindari lama - lama berada di bawah teriknya sinar matahari, sehingga sekolah dan kerja pada libur panjang selama musim panas. Kalau musim panas, mereka lebih memilih di rumah saja atau ke mall atau ke luar negeri ke negara tropis seperti Indonesia. Sepanas - panasnya cuaca di sini tapi bagi kami masih termasuk panas yang enak" komentar Rashid.