Berkali-kali aku menghela napas, menenangkan jiwaku yang terguncang. Hanya aku yang bisa mengobati luka ini, hanya aku yang bisa berdamai dengan diriku. Apa pun nanti keputusan yang akan kami ambil, itulah yang terbaik.
"Santika dan Juna kamu titip dimana, Dis?" tanya mas Arkan merapikan pakaianku yang berantakan.
"Santika dan Juna menginap di rumah Kak Ridwan, Mas." jawabku yang enggan menatap wajahnya.
"Kalau begitu, setelah kamu baikan, besok, kita jalan-jalan seharian di sini. Sudah lama kita tidak menikmati saat-saat romantis seperti pacaran dulu. Kamu mau kan?"
Aku menoleh, mata kami saling beradu, pelan, aku mengangguk. Sakit hati dan luka yang tadi terasa menyayat, kusimpan dengan rapat. Seuntai senyum tipis mengembang di bibirku. Ia mengecup puncak kepalaku dengan hangat. Aku bisa merasakannya. Aku bisa merasakn getaran itu, getaran yang sama saat awal-awal pernikahan kami.
***