Chereads / Shitty World & Heroes / Chapter 25 - Chapter 21 : Versus Bahamut! Bagian Akhir

Chapter 25 - Chapter 21 : Versus Bahamut! Bagian Akhir

Masa latihan telah mencapai batasnya.

Tidak hanya telah menguak sebagian besar dari rahasia void syndrome, tapi aku juga mendapatkan pakaian tempur yang cukup padat. Warnanya gelap dengan beragam pelindung di dalamnya. Menurut Alisha, pakaian ini dibuat dengan menggunakan bulu Rosales dan sisik Bahamut. Jangan tanya bagaimana dia mendapatkannya. Alisha terlalu hebat dalam hal itu.

Tubuhku menjadi tidak tenang saat menyadari pertarungan kali ini akan menjadi sangat serius. Ya. Aku sangat serius tentang rencana yang Alisha tetapkan untukku. Sangat serius pada kemenangan yang akan kami raih. Untuk mencapai kemenangan itu, aku harus memancing Bahamut untuk menggunakan kekuatan tertentu jika ingin pertarungan berakhir dalam tempo yang cepat.

Aku mendudukkan diri di tengah lapangan koloseum. Menarik napas dan kembali memfokuskan diri sebelum pertarungan dimulai. Tidak boleh ada kegagalan dalam rencana ini. Latihan yang sudah lebih dari dua minggu kulalui, pasti akan membuahkan hasil yang setara.

"Hei, Rahl," sapa Alisha dari belakang. "Bahamut akan tiba sebentar lagi di sini. Jangan sampai melupakan rencana kita."

Alisha menawarkan tos kepadaku.

"Tentu saja." Aku membalas tos Alisha. "Kita berdua akan tunjukkan kehebatan pria tampan dan wanita maniak ilmu pengetahuan."

Alisha menyentil dahiku, ia sedikit tersinggung dengan ucapanku barusan. Heran, terkadang dia menjadi sensitif pada hal yang seharusnya tidak akan mengganggunya. Mungkin itu dampak dari demam panggung yang dia rasakan. Bagaimana tidak? Kali ini dia amat serius untuk mengalahkan Bahamut.

Deru angin yang amat kencang menghamburkan pasir yang ada di dalam arena. Dari atas, muncul sebuah portal yang mengeluarkan naga hitam dengan sayap yang menghalangi pancaran cahaya miniatur matahari.

Saat portal itu tertutup, sang naga telah berdiri dengan mantap di hadapan kami berdua.

"Kalian berdua tampak sangat bersemangat, Rahl, Alisha," ujar Bahamut.

"Siapa yang paling bersemangat di sini, Bahamut?" Aku berdiri dan mengusir debu yang hinggap di celana. "Tentu saja mereka yang akan memenangkan pertarungan kali ini, bukan?"

Tawa Bahamut menggelegar di udara. Menggetarkan bangunan yang ada di sekitarnya. Matanya sontak menajam. Kebiruan mata itu memancarkan kepercayaan diri yang tak bisa diruntuhkan.

"Semoga saja latihan yang engkau lakukan memang dapat menghiburku lebih baik dari sebelumnya."

Aku tidak menanggapi provokasinya tersebut.

Aku fokus menyamankan diri sekali lagi dengan pakaian tempur ini.

Alisha juga tengah bersiap merapikan pakaian tempurnya. Cukup mirip denganku, pakaiannya juga seperti agen rahasia atau pembunuh profesional. Memang, pakaian ini akan membuat pergerakan jadi lebih ringan. Hanya saja, lekukan tubuhnya itu terpampang jelas. Aku tidak ingin ada lelaki liar yang akan melototinya.

Aku mendesahkan napas sekali dan menarik yang panjang. Mengusir segala pikiran yang tidak berhubungan dengan pertarungan satu versus dua ini.

Alisha maju ke depan dan mengeluarkan sebuah koin dari sakunya.

��Jika koin ini telah jatuh ke lantai ... pertarungan kita akan dimulai, Bahamut."

"Tentu. Aku tidak akan melakukan kecurangan," sahut Bahamut.

Alisha melemparkan koin ke atas, berputar – putar hingga ke titik tertinggi.

Ketika koin itu terjatuh ke tanah, Bahamut langsung mengayunkan kedua sayapnya—menimbulkan gemuruh angin yang nyaris membuatku terhempas. Tanpa jeda, Bahamut langsung menyemburkan api dari rahangnya, seketika membuat badai panas dengan lidah api yang berkecamuk.

Di saat bersamaan, Alisha telah memanggil Rosales dan merapal mantra pelindung dari serangan badai api. Alisha balas menyerang, ia langsung merapal mantra pusaran angin untuk melawan badai api milik Bahamut. Dua energi yang saling berlawanan bertubrukan dan menimbulkan angin puyuh yang tak mengenal tuannya.

Tatkala itu, aku tengah memaksimalkan penguatan tubuh dan regenerasi untuk siap menerjang. Saat angin puyuh yang terbentuk semakin tak terkendali, aku berlari dalam kecepatan penuh untuk menyerang dari sisi kanan sang naga.

Naas, Bahamut telah mengantisipasi. Ekornya yang perkasa melibas dan menerbangkanku hingga ke bangku penonton koloseum. Rasa sakit yang kualami tidak separah sebelumnya. Berkat pakaian tempur ini, luka yang kualami masih bisa diregenerasi dengan cepat.

Tetap saja aku merasa kecewa. Bahamut masih bisa mematahkan gerakanku padahal itu kecepatan penuh yang bisa kuraih.

Namun, pertarungan ini tidak hanya tentang 100% dari kekuatan sendiri.

Aku harus menembus batasan kekuatanku.

Menembusnya dan mengalahkan raja dari segala naga.

"Penjara Pasir!" Alisha telah selesai merapal mantra selanjutnya.

Sontak pasir di koloseum bergerak dan menghisap kaki Bahamut ke dalam. Itu membuat gemuruh angin yang diciptakannya berhenti sepenuhnya.

"Engkau tidak akan bisa mengalahkanku demikian, Alisha."

Bahamut terbang ke angkasa dan berhasil melepaskan diri. Dari atas sana, ia mengumpulkan energi kalor yang terpusat di depan rahangnya. Membentuk bola yang membuat udara kering kerontang.

"Alisha!" teriakku. "Aku akan menggunakan void-type alpha!"

"Jangan berbicara padaku sekarang, Rahl!" Alisha terus menerus merapal mantra pelindung dan sihir resistensi terhadap api.

Seiring detik berlalu, bola energi yang dikumpulkan Bahamut akan mencapai titik kritisnya.

"Rahl, Alisha, jika tidak serius, serangan ini akan melenyapkan tulang belulang kalian," ujarnya dengan nada meninggi.

"Jangan terlalu meremehkan kami berdua, Bahamut!" sahutku, membalas kesongongannya.

"Kalau begitu, buktikanlah!" Bahamut pun membuka rahangnya dan akan melepaskan energinya tepat ke arah Alisha.

Dalam sepersekian detik, bola api itu akan meledakkan energinya. Namun kumpulan energi itu malah meledak di dekat rahangnya dan menimbulkan gelombang kerusakan yang dahsyat.

Kepulan asap yang meninggi sirna seketika Bahamut mengibaskan ekornya di angkasa. Makhluk kolosal itu baik – baik saja. Ledakan dahsyat itu tidak menggores sisiknya sedikit pun. Hanya api – api yang menyala di permukaan sisik namun tak berarti apa – apa.

Geraman Bahamut terdengar hingga ke telingaku. Tampak ia amat kesal saat serangannya meleset tanpa sepengetahuannya.

"Apa yang kau lakukan, Rahl? Aku bahkan tidak melihatmu mendekatiku," tanya Bahamut.

"Aku hanya melemparkan salah satu penemuan Alisha ke rahangmu dan membuatmu gagal mengeksekusi serangan mematikan itu," jawabku dengan amat bangga.

"Percuma membohongiku, Rahl."

"Kalau begitu silakan temukan jawabannya sendiri, Bahamut." Aku langsung memberikan kode kepada rekanku. "Sekarang, Alisha!"

"Rantai Pemanggil!" Rapalan Alisha mengeluarkan tujuh rantai hitam dari bawah tanah dan segera mengikat kaki sang naga.

"Jika kamu berpikir benda ini dapat menjatuhkanku dari udara, maka salah besar, Alisha," seru Bahamut.

Namun firasat sang naga meleset. Rantai itu menariknya kuat dan menjatuhkannya ke lantai dalam hitungan detik.

Sesaat sebelum ia menampakkan keterkejutannya, aku telah tiba di dekat rahangnya. Mengambil ancang – ancang untuk melakukan sebuah tendangan tepat ke bawah rahangnya.

"Itu percuma—!" Tak sempat menyelesaikan ucapannya, tendanganku berhasil menghempaskan rahang beserta tubuh besarnya ke bangku penonton koloseum.

Bangunan yang tertabrak oleh sang naga hancur lebur. Menimbulkan asap yang membubung tinggi. Di balik remang kabut, suara tawa pun menggelegar.

"Kalian berdua memang sudah bertambah kuat."

Bahamut kembali menampakkan dirinya dari balik kepulan asap. Tidak ada luka sedikit pun. Bahkan pada bagian yang telah terkena tendangan maksimal yang bisa kukerahkan.

"Serangan kombinasi yang luar biasa. Rantai itu pasti terbuat dari sisikku bukan, Alisha? Lalu tendangan itu pasti telah mengalami peningkatan berganda disertai pakaian yang kau kenakan." Bahamut berhenti berbicara sebentar, lalu menatapku tajam. "Rahl ... pasti kakimu hancur, bukan?"

Tepat seperti yang dia katakan. Kaki kanan yang kugunakan untuk serangan barusan telah hancur tak bersisa. Saat ini aku berdiri ditopang dengan satu kaki. Butuh waktu untuk bisa meregenerasinya kembali.

"Jangan mengira serangan kami akan berhenti sampai di sini, Bahamut."

Bahamut tertawa mendengar ucapanku.

"Kalian sudah lulus, Rahl. Alisha. Membuat naga hebat sepertiku terjatuh seperti itu saja sudah sesuatu yang luar biasa. Karena itu—!"

"Jangan bercanda!" sambarku. "Aku—kami berdua tidak ingin lulus hanya karena rasa kasihan yang kau berikan, Bahamut!"

"Benar!" sambung Alisha. "Saat ini kami benar – benar serius untuk mengalahkanmu. Jangan remehkan kami!"

"Aku tidak meremehkan kalian!" tandas Bahamut.

"Kalau begitu! Kalahkan kami dengan kekuatanmu yang sesungguhnya!" tandasku balik. "Bukankah bertarung menggunakan seluruh kekuatan adalah cara menghormati lawanmu, Bahamut?"

"Hahaha! Baiklah! Aku akan menggunakan kekuatanku untuk mengalahkan kalian!"

Bahamut menghentakkan kakinya ke lantai dan menerbangkan seluruh pasir yang menyelimuti lantai batu yang ada di bawahnya. Ia seketika mengeluarkan aura yang menggetarkan seluruh koloseum. Seluruh bagian retak, seolah menderit kesakitan.

Saat kaki kananku pulih seutuhnya, aku langsung berlari ke tempat Alisha yang telah mempersiapkan pelindung berlapis – lapis untuk menahan pancaran aura Bahamut. Namun, kesesakan yang kurasakan membuatku gemetar ketakutan. Bahkan dengan sihir pelindung Alisha yang berlapis ini, auranya dapat menembus sampai ke dalam.

"Apa yang harus kita lakukan, Alisha?"

"Aku akan menggunakan kekuatan serangan tertinggi yang dimiliki Rosales. Setelahnya, aku serahkan padamu, Rahl."

Bukan cuma aku yang menderita dari serangan Bahamut, Alisha juga sama parahnya. Matanya mengeluarkan air mata darah, wajahnya juga mendadak pucat. Syarat menggunakan kekuatan Rosales adalah dengan menukar darahnya sebagai tebusan.

Aku tidak boleh lengah, menghadapi aura maha dahsyat yang dipancarkan Bahamut membuatku sulit bernapas. Namun bukan berarti kami akan berakhir seperti ini.

Kedua sayap Bahamut melengkung ke depan menyerupai capit kepiting. Dalam sepersekian detik, gelombang energi membentuk pilar tinggi yang menyelimutinya. Di dalamnya, Bahamut sedang mengumpulkan energi yang amat besar. Pasir, dinding, hingga miniatur matahari perlahan tersedot ke arahnya. Seolah energi dari setiap material yang ada di koloseum sedang dihisap oleh sang naga.

Gawat! Jika serangan ini berhasil dilancarkan, aku tidak yakin ada yang tersisa dari jasadku.

Aku segera memfokuskan diri dan menggunakan void-type alpha.

Percuma! Aku tidak bisa masuk ke dalam pilar energi yang menutupi Bahamut. Aku sudah mencobanya beberapa kali, namun tetap saja tidak bisa.

Apa yang ada di dalam pilar itu sama kacaunya dengan void syndrome itu sendiri. Membuatku harus menerjemahkan energi yang ada di dalamnya. Tetapi, aku tidak punya waktu untuk itu!

"Alisha! Bisakah kau menyerangnya dengan semua sihir yang kau punya untuk menghancurkan pilar itu?"

"Kau yakin? Jika melakukan itu, aku tidak akan memiliki energi yang tersisa untuk membuat pelindung!"

"...Hanya ini caranya. Bahkan dengan pelindungmu, kita tidak mungkin bisa bertahan."

Alisha sempat hening sesaat, hingga ia pun tersenyum pasrah.

"Pertahan terbaik adalah menyerang, huh?" Alisha membatalkan sihir pelindungnya dan segera merapal mantra serangan.

Alisha mengumpulkan energi dan membentuk lingkaran sihir di bawah kaki dan sekeliling tubuhnya. Dari genggaman tangannya keluar listrik kebiruan yang menyambar – nyambar. Alisha terlihat sangat kesulitan mengendalikan energi listrik yang dia kumpulkan. Begitu ia merasa cukup, Alisha langsung melepaskan kumpulan energi itu lurus ke arah pelindung Bahamut.

Sepersekian detik, listrik itu menjadi petir yang memiliki daya hancur luar biasa. Menggetarkan udara, memporandakan lantai batu, meleburkan setiap butiran pasir yang menghalangi. Begitu serangan tersebut menghantam yang ada di depannya, asap pun mendulang tinggi.

"Aku tidak akan membiarkan kalian menang," ucap makhluk kecil yang muncul di dekat pilar cahaya, sang mini-Bahamut—kloning Bahamut.

"Dia ... menahannya?" Aku dan Alisha terkejut bukan main.

"Sampai diriku selesai mengumpulkan energi, aku tidak akan membiarkan sekalipun serangan kalian mengganggu." Tatapan remeh terlihat jelas dari badannya yang kecil.

Aku dengan cepat menyerang mini-Bahamut. Namun setiap seranganku dengan begitu mudah dihindari.

"Kalau begitu...." Aku pun menggunakan void-type alpha untuk menangkapnya.

Dengan menyentuh retakan dimensi terdekat, aku masuk ke zona kelabu. Di dalam dunia kelabu, hanya aku yang dapat bergerak dan mendiami tempat ini. Dengan begitu, aku bisa menangkap mini-Bahamut dengan mudah.

Saat dunia kelabu kubatalkan, tanganku berhasil menangkapnya. Namun, sesaat menyadari keterjepitannya, mini-Bahamut langsung meledakkan diri dan membuatku terpental jauh.

Aku sempat melindungi kepalaku dari kehancuran dan meregenerasi kulitnya.

"Rahl!" teriak Alisha.

"Aku baik – baik saja!" sahutku segera. "Lekas lancarkan sihirmu, Alisha. Aku sudah mengalahkan mini-Bahamut ... apa – apaan itu?"

Rahangku jatuh tatkala melihat ada lima mini-Bahamut yang tengah berada di sekitar pelindung tubuh utamanya.

"Sepertinya aku tidak bisa setengah – setengah...." Alisha meraih bulu Rosales yang ada di belakangnya kemudian menusuk telapak tangannya.

"Wahai dewi yang turun dari langit berlapis. Ambillah darahku sebagai bentuk perjanjian antar dua wanita. Raih kembali kehitaman hati yang kau lepaskan demi menjadi penghuni langit. Berikan padaku dan jadilah manusia yang penuh gejolak hasrat!"

Tatkala mulut Alisha berhenti berbicara, Rosales menjadi aneh.

Seluruh bulu putihnya rontok mendadak. Dari kulit muncul cairan hitam yang meregenerasi bulunya. Bulu – bulu itu tak lagi indah. Hitam kelam dan membawa miasma kengerian.

Setengah tubuh Rosales seketika itu juga terbalut hitam yang merubah warna kulit dan matanya. Menjadi merah kehitaman. Bagaikan warna dendam yang telah membusuk di dalam keabadian.

Rosales menjerit mengeluarkan suara yang mematikan kesyahduan. Jeritan yang mampu menarik kebencian yang mendekam dalam jiwaku untuk ditelannya.

"Rahl! Sisanya ... aku serahkan padamu!" ucap Alisha terbata – bata.

Aku bahkan tidak sanggup melihat Alisha yang sekarang. Saat ini, nyaris setiap tetes darahnya terhisap oleh Rosales. Ia bagai bunga yang kering kerontang. Sangat menyakitkan melihatnya dalam kondisi seperti itu.

Di saat bersamaan, Rosales yang mendengarkan perintah Alisha mengumpulkan energi hitam yang ia dapatkan dan menjadikannya bak duri panjang nan runcing. Ia pun memadatkannya hingga ke titik tertinggi.

"...Angkat duri yang melekat di dalam dendammu! Hancurkan musuhku, Rosales!"

Dalam sekejap, Rosales melemparkan duri hitam dalam kecepatan tinggi.

Serangan itu melesat lurus. Mini-Bahamut yang mencoba menghalangi langsung musnah tatkala bersentuhan dengannya.

Duri hitam menancap lurus ke pelindung Bahamut. Menimbulkan retakan yang memberikan secercah cahaya. Retakan itu dengan cepat menyebar ke seluruh bagian pilar dan meledakkan seisinya.

Letupan energi tak bisa dihindari.

"Sayang sekali," ujar Bahamut. "Bahkan dengan kekuatan terakhir yang Rosales miliki, kalian tidak bisa menghentikanku."

Bahamut muncul tanpa luka dari pusat ledakan. Membawa gumpalan energi yang membulat di hadapannya.

Energi itu amat padat sampai – sampai mampu mengalahkan gravitasi yang ada di dalam Babylon Tower. Bukan, bahkan dua-tiga kali lebih kuat dari Babylon Tower. Bagai mini-Neutron Star, yang akan melahap apa pun.

Gawat sekali. Jika dibiarkan, keberadaanku bisa hilang dari sejarah manusia.

"Alisha ... apa kau baik – baik aja?"

Aku menoleh ke arahnya dan melihat Alisha terduduk dalam dekapan sayap hitam Rosales.

Alisha—Dia tidak bisa bertarung lagi.

Rahl ... bukankah sekarang giliranmu?

Inilah saatnya kamu membuktikan diri bahwa kau laki – laki yang bisa melindunginya.

Sekarang atau tidak selamanya.

Selagi aku sibuk mempertahankan diri agar tidak terhisap dalam tarikan bola energi tersebut, isi kepala terus memikirkan beragam rencana.

"Rahl ... berakhir sudah. Aku akan melepaskan seluruh energi yang ada kepada kalian." Bahamut langsung meluruskan kembali sayap dan membuka rahangnya.

Ini satu – satunya kesempatan sebelum diriku musnah bersama penyesalan abadi.

Aku akan menggunakan void-type beta. Memang masih belum teruji melawan kekuatan sebesar itu. Tetapi, ini satu – satunya yang tersisa.

"Musnahlah, manusia pemberani!"

Dalam sepersekian detik ia hendak melancarkan serangan maha dahsyat tersebut, aku menyentuh retakan dimensi.

Lagi, dunia menjadi kelabu. Waktu terhenti dalam tempo yang singkat.

Aku berlari menuju Bahamut. Loncat menggunakan serpihan batu yang terangkat sebagai landasan berpijak, hingga berada tepat di depan mini-Neutron Star.

Ini memang sebuah perjudian. 50 banding 50. Jika gagal, aku pasti akan menghilang di dalam kesenjangan waktu. Jika berhasil, aku tidak yakin bisa selamat dari daya ledakannya.

Walau begitu, tidak ada waktu lagi untuk bimbang, Rahl!

Aku dengan cermat meletakkan tanganku pada bola energi yang kehilangan massa dan waktunya. Dengan penuh kehati – hatian, aku mengangkatnya pelan.

Berat sekali! Harusnya di dalam dunia kelabu, segala sesuatu akan kehilangan massanya. Apa itu artinya benda ini masih bisa meledak di dalam waktu yang terhenti? Apakah sebegitu besar kepadatan energi yang terkumpul di dalamnya? Sialan!

Walau bibir tak henti mengeluh, seluruh tubuhku berusaha keras memindahkannya ke belakang tubuh Bahamut. Dengan begitu, jika bola energi ini akan meledak, maka Bahamut lah yang akan menahannya. Sehingga ledakan energinya akan terhalang dan kemungkinan besar Alisha akan selamat.

Aku berjalan melangkahi rahangnya sambil menahan beban mengerikan ini.

Sedikit lagi! Sedikit lagi! Batinku terus berteriak.

Saat kakiku berada tepat di antara sayapnya, aku mulai meletakkan bola itu perlahan hingga menyentuh sisiknya.

Tiba – tiba, warna dunia kembali lebih cepat dari teori yang dirumuskan Alisha.

Aku harus kabur! Tapi bagaimana? Retakan dimensi terdekat adalah dua langkah dari sini!

Aku mencoba memusatkan tenaga pada kakiku. Naas, kakiku tergelincir saat menginjak permukaan sisik Bahamut. Tubuhku kehilangan kendali, tak memiliki tumpuan, dan terjatuh.

"Sialan! Aku—!"

Tak sempat mengucapkan perpisahan, waktu kembali bergerak. Sebuah ledakan maha dahsyat terjadi dan menggetarkan seluruh bagian Babylon Tower. Melahap seluruh material menjadi energi murni yang tidak terkendali. Begitu dahsyat layaknya Big Bang dalam pembentukan semesta.

Sayang, kejadian itu amat cepat terjadi. Tubuhku terjebak dalam luapan energi yang saling bertabrakan. Menghancurkan setiap sel. Meleburkan ingatan dan mengoyak kesadaran.

Aku mati tanpa tersisa. Lenyap bersama kesakitan yang tak sempat kurasakan.

Pada akhirnya, aku tidak bisa memenangkan pertarungan ini.

Tidak bisa menyelamatkan diriku.

Yang paling kusesali ... aku tidak bisa mengembalikan Alisha ke Earsyia.