Shen Fanxing mendadak kehilangan kata-kata. Kenapa Bo Jingchuan memilihku? Bo Jingchuan bilang hanya aku yang bisa cocok dengannya! pikirnya dengan panik. Ia benar-benar ingin menolak jika dikejar dengan blak-blakan seperti ini. Namun, Bo Jingchuan telah berkata bahwa ia tidak menerima penolakan dari Shen Fanxing.
Semua keputusan sekarang berada di tangan Bo Jingchuang dan Shen Fanxing jadi tampak terlalu pasif. Kesombongan pria itu telah mendarah daging hingga membuatnya tidak menyadari adanya penolakan. Namun, Shen Fanxing selalu merasa tidak berdaya di hadapannya. Shen Fanxing pun mengumpulkan rambutnya, menarik napas dalam-dalam, dan menghembuskan napas dengan berat.
"Kenapa menghela napas? Apa yang membuatmu khawatir?" tanya Bo Jingchuan.
Shen Fanxing menatap Bo Jingchuan yang berdiri terdiam di depannya seperti itu. Kemeja putihnya yang mahal mempertegas posturnya yang tinggi dan tegak serta kontur wajahnya yang tampan dan sempurna. Ia sepertinya menyadari bahwa Bo Jingchuan sengaja menjaga sikap di depannya. Sepasang alis panjang Bo Jingchuan yang hitam pekat tampak semakin tajam selama bertahun-tahun, namun orang-orang tidak akan mengira bahwa ia sebenarnya memiliki hati yang sangat hangat.
"Apa yang kamu pikirkan?" Bo Jingchuan kembali bertanya karena Shen Fanxing menatapnya sambil melamun.
Pupil mata Bo Jingchuan yang gelap dan sedikit dingin kini bergerak. Shen Fanxing pun kembali tersadar dan mengalihkan pandangannya ke arah lain, kemudian menjawab dengan suara dingin, "Tidak apa-apa. Aku hanya merasa bahwa kamu terlalu kuat dan memaksa, padahal aku tidak mau berada di sisi pasif. Aku selalu merasa ada perasaan tidak berdaya saat ada di depanmu. Rasanya seperti meninju kapas."
Bo Jingchuan mengangkat alisnya, lalu berbicara dengan samar, "Kamu yang mengubah dirimu menjadi landak dan selalu waspada terhadap semua orang. Kamu tidak keluar sendiri, tapi kamu masih menggunakan durimu untuk menolak orang lain yang ingin mendekati kamu."
Shen Fanxing terkejut dan menoleh untuk melihat Bo Jingchuan lagi. Semua orang telah membujuknya untuk keluar.
"Kamu tidak harus melakukan apa-apa. Kamu bisa terus menjadi landak dan bagaimanapun, aku tidak takut tertusuk."
Mata Shen Fanxing tiba-tiba meredup dan ia baru kembali tersadar setelah agak lama. Ia memegangi selimutnya erat-erat dengan sedikit bingung. "Aku... Aku akan pergi melihat apakah Nenek sudah bangun," katanya. Ia hendak melepaskan selimut, tetapi ia teringat bahwa jubah mandi yang ia kenakan terlalu longgar di tubuhnya. Kemudian, ia menatap Bo Jingchuan dengan pesan yang jelas. Bo Jingchuan pun berbalik dan tidak berhenti.
———
Mata Nyonya Tua Bo menyipit gembira setelah mendengar kabar baik dari Lai Rong di lantai bawah, matanya. Ia sangat jarang merasa gembira sampai tak sadar telah menghabiskan sebagian apel yang Lai Rong berikan selagi mereka berbincang. "Cicitku penuh harapan. Aduh… Bayi yang dilahirkan oleh Fanxing dan Jingchuan pasti akan menjadi anak laki-laki paling tampan di dunia!"
Lai Rong memberi Nyonya Tua Bo sepotong apel dengan patuh sambil tersenyum, lalu berkata, "Mungkin juga anak perempuan, Nyonya."
"Anak perempuan juga bagus! Cicit perempuanku akan menjadi anakan yang tercantik!"
"Ya, ya. Cicit Nyonya kita, baik laki-laki maupun perempuan, adalah yang paling rupawan di dunia!"
Nyonya Tua Bo tersenyum lebih bahagia. Kebetulan sekali ketika Bo Jingchuan menuruni tangga, ia mendengar angan-angan yang telah jauh dibayangkan oleh Nyonya Tua Bo. Ia bahkan tidak tahu bagaimana harus mulai mengejar Shen Fanxing, tapi neneknya sudah mulai memikirkan tentang cicit. Bo Jingchuan mengaku bahwa ia tidak bimbang akan pilihan ini dan tidak pernah mengecewakan dirinya sendiri dalam membuat keputusan. Bagaimana bisa ia tidak mengikuti jalan pikiran wanita tua itu?
Lai Rong yang menghadap ke arah tangga melihat sosok ramping Bo Jingchuan dan memanggil, "Tuan."
Nyonya Wanita tua Bo menoleh ke belakang dan wajahnya yang tadi tersenyum tiba-tiba langsung cemberut. "Kenapa begitu cepat?!"
Langkah kaki Bo Jingchuan langsung terhenti dan wajah tampannya mendadak tampak agak kaku.