Chereads / Tuan, Jangan Kejar Aku! / Chapter 30 - Kehadirannya yang Kuat

Chapter 30 - Kehadirannya yang Kuat

"Nyonya…" Lai Rong berbisik pelan ke telinga wanita tua itu.

Wajah Lai Rong terlihat canggung dan reaksi Nyonya Tua Bo pun berubah menjadi sedikit malu setelah mengetahui maksud bisikan Lai Rong. Ia ragu-ragu berkata, "Aku... Maksudku, kenapa kamu tidak istirahat sebentar? Kenapa turun begitu cepat?"

Bo Jingchuan mengerutkan bibir tipisnya, mengangkat kakinya, dan terus berjalan sambil berkata, "Kamarku ditempati orang. Bagaimana aku bisa beristirahat?"

"Tempat tidurmu sangat besar dan tidak ada sempit-sempitnya!" ujar Nyonya Tua Bo tanpa ragu-ragu.

Ruang tamu yang besar itu mendadak sunyi untuk sesaat. Shen Fanxing yang baru keluar setelah berganti pakaian kebetulan mendengar omelan Nyonya Tua Bo yang terdengar tidak menyenangkan itu. Wajah jernihnya pun tampak sedikit malu. "Nenek…"

Lai Rong merasa sangat tak berdaya saat melihat sosok yang muncul di belakang Bo Jingchuan. Setiap kali Nyonya Tua Bo berada di depan cucunya, tingkahnya berubah seperti anak kecil. Nyonya Tua Bo sendiri merasa menyesal dan ia melirik sekilas Shen Fanxing yang masih ada di lantai atas dari sudut matanya. Wajah suramnya langsung menyunggingkan senyum dan ia melambaikan tangan pada Shen Fanxing.

"Fanxing, bangun! Apa kamu tidur nyenyak? Apa Jingchuan membangunkanmu?"

Mulai dari menggunakan kamar mandi Bo Jingchuan, mengenakan jubah mandi Bo Jingchuan, sampai tidur di tempat tidur Bo Jingchuan! Sekarang, Shen Fanxing mengerti bahwa semua hal ini sengaja dilakukan oleh wanita tua itu. Namun, ia tidak boleh menunjukkan terlalu banyak emosi di hadapan Nyonya Tua Bo yang penuh kasih. Ia sangat jarang mendapatkan kasih sayang, sehingga bagaimana bisa ia emosi pada Nyonya Tua Bo?

Shen Fanxing tersenyum sedikit, mengangguk, dan berjalan menuju wanita tua itu. "Saya tidur nyenyak, Nenek," jawabnya,

"Baguslah kalau begitu."

Nyonya Tua Bo menarik Shen Fanxing ke sofa dan Bo Jingchuan mengikuti tepat di sebelahnya. Kancing leher kemeja putihnya agak terbuka, tapi kemejanya masih rapi dan bebas dari lipatan. Bo Jingchuan setengah bersandar di sisi sofa kulit dengan kepala sedikit menunduk, entah memikirkan apa, dan sudut bibirnya tampak sedikit melengkung. Meskipun tampak sedikit malas, ia tetap memancarkan aura elegan yang unik. Kini, ia tampak seperti seorang putra kaya yang tenang dan terkendali.

Bo Jingchuan hanya duduk terdiam sepanjang waktu, seakan ia hanya mendengarkan obrolan yang membosankan Shen Fanxing dengan wanita tua itu. Shen Fanxing harus mengakui bahwa Bo Jingchuan memiliki kehadiran yang sangat kuat hingga membuatnya tidak bisa sepenuhnya bersikap tenang dan mengabaikan pria itu. Tiba-tiba saja, Bo Jingchuan menegakkan duduknya dan merentangkan tangan panjangnya untuk memilih buah di meja teh. Akhirnya, ia mengambil salah satu apel yang paling besar dan paling merah.

Bo Jingchuan memiliki tangan yang besar hingga ia bisa memegang apel di satu tangan sambil mengaitkan pisau buah di antara jari-jarinya. Shen Fanxing tidak bisa menahan diri untuk tidak meliriknya. Shen Fanxing pun melihat Bo Jingchuan duduk dengan punggung sangat lurus, tangannya bertumpu pada lutut kakinya, dan matanya menyipit untuk memusatkan perhatian pada tangannya. Kulit buah yang berwarna merah cerah perlahan-lahan mulai menggantung dari pisau buah berwarna perak di tangan Bo Jingchuan. Shen Fanxing sedikit terkejut karena ia tidak pernah membayangkan bahwa pria ini akan memotong apel sendiri.

Nyonya Tua Bo tidak bisa menahan diri untuk tidak melirik Bo Jingchuan lagi. Pemandangan ini jarang muncul baginya, namun sekarang ia tidak ingin memedulikannya lagi. Ia sudah mengirim orang untuk mengecek ranjang Bo Jingchuan dan cucunya itu tidak menggunakan kesempatan yang telah diberikannya. Keterlaluan!

Nyonya Tua Bo menunjukkan ekspresi tidak puas pada Bo Jingchuan, lalu berbalik untuk memegang tangan Shen Fanxing dan kembali bertanya, "Fanxing, apa yang kamu kerjakan sekarang?"

Shen Fanxing berhenti sejenak sebelum menjawab, "...Membuat parfum untuk sebuah perusahaan PR kecil yang ditinggalkan oleh Ibu."

Ditinggalkan? batin Nyonya Tua Bo. Perkataan Shen Fanxing membuatnya sedikit ragu sehingga ia memegang tangan anak manis itu lebih erat. Bo Jingchuan mendongak dan matanya yang gelap menunjukkan kilau yang dalam, sementara neneknya terus bertanya, "Kenapa kamu sibuk sekali? Menangani sebuah perusahaan itu tidak mudah."

"Ya, dulu di perusahaan Su..." Kata-kata Shen Fanxing tiba-tiba terhenti saat ia mengingat Su Heng. Ia mengerjapkan bulu matanya yang panjang, lalu mengganti kata-katanya, "Saya sudah berencana untuk mengundurkan diri. Karena perusahaan teman saya kekurangan staf, saya berencana untuk datang padanya dan membantunya setelah meninggalkan rumah sakit."

"Perusahaan apa?" Bo Jingchuan yang sedari duduk di samping mereka akhirnya membuka mulutnya sambil mengulurkan sebuah apel putih salju yang telah ia kupas ke depan Shen Fanxing.