Saat Lai Rong melihat Bo Jingchuan akhirnya menatapnya, ia kemudian berkata, "Tuan istirahat dulu. Kalau tidak, Nyonya Tua akan sakit hati." Lai Rong melanjutkan dalam hati, Sakit hati karena menyia-nyiakan kebaikan hatinya.
Bo Jingchuan mengangkat pergelangan tangannya dan melihat waktu. Masih tersisa beberapa saat sebelum waktu makan malam, sehingga ia menjawab, "Baiklah."
Bo Jingchuan mengangguk, lalu mengangkat kakinya menaiki tangga. Lai Rong menyaksikan sosok Bo Jingchuan menghilang di balik tangga, lalu tersenyum dan berbalik ke kamar tidur Nyonya Tua Bo.
Bo Jingchuan memegang dasi yang telah dilepasnya di tengah jalan dan membuka pintu kamarnya seperti biasa. Bagi Bo Jingchuan yang selalu tidak senang saat ada orang lain yang masuk ke tempat pribadinya, ia masih bisa menyadari bahwa ada perasaan aneh di ruangan ini meskipun ia tidak sering datang kemari. Ia memegang kenop pintu sejenak sebelum memandang ke arah ranjang di tengah ruangan tanpa jeda. Matanya sedikit memancarkan rasa dingin yang tajam, seperti sebilah pisau.
Bo Jingchuan melihat tonjolan di sisi tempat tidur, kemudian perlahan-lahan mengangkat kakinya dan menuju ke sana. Langkah kakinya di karpet tidak menimbulkan suara dan wajahnya menunjukkan ekspresi yang dingin, jahat, dan berbahaya seolah-olah wilayahnya telah diserang. Namun, ketika ia mendekati ranjang dan melihat seseorang tidur di sana, matanya yang dalam berkedip sedikit dan pancaran dingin itu berangsur-angsur menghilang.
Tampak sehelai kain sutra biru yang terburai di bantal seperti awan. Wajah mungil Shen Fanxing yang seukuran telapak tangan memerah semntara ia tertidur nyenyak dengan alis yang lembut dan aura yang tenang. Bo Jingchuan melirik bulu mata Shen Fanxing yang tenang tanpa maskara, bibir tipisnya yang merah seperti bunga begonia, dan hidungnya yang indah. Wajahnya tampak begitu tenang dan damai. Dunia ini luar biasa, begitulah empat kata yang terlintas dalam benak Bo Jingchuan.
Pandangan Bo Jingchuan mulai mengarah ke bawah. Jubah mandi yang dipakai Shen Fanxing adalah miliknya dan mungkin terlalu besar untuk wanita itu. Jubah itu terselip dari bahunya saat ia tertidur nyenyak hingga tanpa sengaja mengekspos kulit bagian dadanya yang putih. Tulang selangkanya yang halus naik turun seiring dengan napasnya.
Napas Bo Jingchuan menegang, lalu mata hitamnya menggelap dan menunjukkan keterkejutan. Ia tahu bahwa Shen Fanxing adalah wanita yang langka dan tidak menjengkelkan, tetapi ia tidak berpikir bahwa ia akan begitu mudah tergoda oleh wanita itu. Ia berbalik, lalu melepas jasnya dan melemparnya ke sisi sofa. Kemudian, ia mengangkat tangannya untuk melepas manset mahal di kemejanya dan membungkuk untuk meletakkan manset itu ke samping. Setelah itu, mata Bo Jingchuan sekali lagi tertuju pada wajah Shen Fanxing yang masih tidur. Matanya masih dingin, namun diam-diam urat kehangatan berangsur-angsur mengembun.
Mengapa Bo Jingchuan begitu peduli? Tidak buruk baginya untuk mudah terpengaruh oleh Shen Fanxing. Lagi pula… cepat atau lambat, wanita itu akan menjadi miliknya. Ia duduk di samping ranjang, menatap Shen Fanxing yang sedang tidur nyenyak, dan jari-jarinya menyentuh rambut di bagian telinga wanita itu.
Shen Fanxing masih tertidur nyenyak, namun ia bisa merasakan aroma yang aneh dan akrab dengan samar di ranjang, seperti bau dingin dan bersih tetapi bercampur dengan aroma lain. Ia pun sedikit mengernyit karena sebagai seorang perfumer, ia seperti sudah memiliki insting untuk membedakan sesuatu dengan indera penciumannya.
Aroma itu… seperti bau di dalam mobil, pikir Shen Fanxing. Keraguan mulai terungkap dan kerutan yang muncul di antara kedua alisnya karena keraguan perlahan-lahan mereda. Ia menggosok mukanya pada batal dengan pikiran tenang, tetapi beberapa helai rambutnya yang panjang masuk ke jubah mandinya dan menghalangi pandangannya. Tingkah sederhana Shen Fanxing membuat Bo Jingchuan tertawa singkat dan suaranya yang sangat ringan mulai menyebar di ruangan yang sunyi. Aroma akrab yang menunjukkan sebuah kehadiran kuat dan suara tawa hangat pria yang tidak dapat diabaikan sehingga langsung membuat Shen Fanxing membuka matanya...