Mobil pun melaju dari pintu VIP. Qiao Chengfan sangat penasaran dengan kota yang dia datangi ini. Dia naik ke atas kursi penumpang, kedua tangannya dia silangkan di atas jendela dan memerhatikan ke arah luar. Semua yang ada di luar menurutnya sangat asing. Ini benar-benar berbeda dengan di London.
Tidak jauh setelah mobil itu berjalan, mata jeli Qiao Chengfan lalu melihat sesuatu di luar sana. Lalu, tiba-tiba dia berteriak, "Kakak cantik!"
Qiao Qinian mendengus. Dia tidak ingin berbicara lagi sebenarnya.
"Ayah, itu kakak cantiknya ayah!" kata Qiao Chengfan yang terus menerus bersuara sambil menunjuk ke arah luar.
Qiao Qinian pun menoleh. Ye Jiaqi? batinnya. Di bawah sinar matahari, dia bisa melihat gaun indah yang dikenakan Ye Jiaqi dengan rambut panjangnya yang berkibar. Perempuan itu sungguh menjemput pacarnya? Menjemput pacarnya di lajur VIP. Sepertinya, identitas pacarnya saat ini tidak biasa, batinnya lagi.
"Ayah, kakak ini cantik. Tubuhnya pun bagus," kata Qiao Chengfan. Anak itu mengangkat pipinya dan terus memandangi Ye Jiaqi. Sayang sekali, mobil ini melaju terlalu cepat. Tidak lama, dia sudah tidak bisa melihatnya lagi. Bagaimana lagi, dia pun akhirnya hanya duduk dengan sorot mata yang terlihat tidak rela.
"Chengfan, kamu baru 3 tahun sudah rabun jauh?" tanya Qiao Qinian.
Qiao Chengfan kemudian menoleh ke arah ayahnya. Dia lalu melihat di wajah ayahnya terlihat… Mencemooh. "Ayah, aku tidak menipumu. Kakak ini beneran cantik. Aku sepertinya pernah melihatnya di suatu tempat," katanya. Anak kecil itu kemudian mengangkat pipinya dengan matanya yang berkedip-kedip. Pernah melihat dimana ya… Dimana ya… Oh Iya! batinnya.
Seketika, kedua mata anak kecil itu bercahaya. Akhirnya dia mengingatnya. Pernah sekali Qiao Chengfan diam-diam masuk ke dalam kamar ayahnya. Di bawah bantal ayahnya, dia melihat foto kakak cantik ini. Benar, tidak salah lagi! Foto! Foto kecil sebuah sertifikat! Di foto itu kakak cantik terlihat lebih muda dari pada saat ini. Dan saat ini semakin cantik! batinnya.
"Kamu tidak akan melihatnya lagi ke depannya," ucap Qiao Qinian datar.
Qiao Chengfan kemudian terbelalak ketika menatap Qiao Qinian, "Kakak cantik makan orang?" tanyanya.
Qiao QInian hanya terdiam.
"Tapi… Kakak secantik itu… Aku jadi ingin menikahinya."
"Qiao Chengfan, jangan makan sarapanmu!" gertak Qiao Qinian.
"Ah…. Jangan." kata Qiao Chengfan dengan menggoyangkan kaki Qiao Qinian sambil memelas. "Kakak cantik itu punya ayah, semuanya milik ayah. Aku tidak akan menikahinya, tidak akan." lanjutnya.
"Diam!" bentak Qiao Qinian.
"..." Si bocah kecil itu pun akhirnya langsung menutup mulut.
Qiao Qinian seketika merasa pusing, karena dia tampak sedang memijat-mijat pelipisnya. Dia bukanlah orang yang suka banyak bicara dan bukan orang yang suka dengan tempat keramaian. Tapi, dia justru memiliki anak yang berkebalikan dengan sifatnya. Sebab, anaknya cerewet dan banyak bicara. Dari pagi hingga malam dia akan terus berbicara tanpa henti. Tapi, Qiao Qinian juga tidak memiliki cara untuk menghentikannya. Jadi, dia hanya bisa memejamkan matanya sambil bersandar di jendela.
Qiao Chengfan lalu melihat ayahnya tidak berbicara lagi, dia pun juga tidak bisa untuk terus berbicara sendirian. Terpaksa anak kecil itu bermain sendiri. Kedepannya aku tidak bisa bertemu kakak cantik lagi? Mengapa… Sungguh tidak adil, ayah saja bahkan memegang tangan kakak cantik. Mengapa aku tidak bisa bertemu walau sekali saja? Sangat disayangkan kalau memang benar-benar tidak bisa bertemu dengan kakak cantik ini! batinnya.
Qiao Chengfan kemudian menyandarkan kepalanya di jendela sambil melihat ke luar. Dan sesekali, jemari mungilnya itu menggambar di jendela.
Qiao Qinian melirik ke anaknya. Dia lalu melihat anaknya yang sedang melihat ke arah luar. "Lihat apa?" tanyanya.
"Tidak lihat apa-apa." jawab Qiao Chengfan.
Qiao Qinian kemudian menggulung bibirnya dan membatin, Aku hanya membentak anakku sedikit, tapi dia sudah marah? "Beberapa hari lagi kamu mulai sekolah. Siapkan baik-baik." katanya kemudian.
Qiao Chengfan kemudian langsung menoleh dan menatap ayahnya dalam-dalam, "Ayah… Boleh tidak kalau tidak usah sekolah? Kalau aku sekolah, aku tidak bisa menemani ayah." katanya.
"Aku tidak butuh kamu temani." jawab Qiao Qinian.
"Huh." gumam Qiao Chengfan dengan sebal dan kembali memalingkan wajahnya.
Qiao Qinian melihat anaknya yang sulit dimengerti ini. Lalu, bibirnya tersenyum tipis karena watak anaknya ini sungguh tidak mirip dengannya...