"Tapi bagaimana kamu bisa bertahan Jo, kalau hati kamu selalu merasa tersakiti terus." ucap Giant yang merasa kasihan dengan kisah cinta Johan.
"Aku akan tetap bertahan walau aku mati sekalipun." sahut Johan dengan wajah serius.
"Drrrrttt...Drrrrttt"
Ponsel Johan berbunyi beberapa kali dan itu panggilan dari Dealova.
"Jo, angkat saja... bukannya kamu sangat merindukannya?" ucap Giant memberikan ponselnya pada Johan.
"Kamu saja yang bicara dengannya, hatiku masih terasa sakit." ucap Johan sambil memutar-mutar gelas minumannya.
Giant cukup mengerti dengan kondisi yang di rasakan Johan, mencintai namun tidak berani mengungkapkannya.
"Hallo Love, ini aku Giant." ucap Giant sambil menyalakan speakernya.
"Johan ada di situkan Jay?" tanya Dealova dengan cemas.
"Ya...Johan ada di dini bersamaku." Jawab Giant sambil melihat Johan yang mendengar dengan hati yang gelisah.
"Syukurlah kalau Johan bersamamu." ucap Dealova dengan sedikit tenang.
"Tapi Johan sedang tidak baik-baik saja Love, apa yang terjadi?" tanya Giant ingin tahu apa yang di rasakan Dealova pada Johan.
"Johan salah paham Jay, mungkin Johan mendengar suara Bara yang menungguku di kamarnya, aku dan Bara tidak ada apa-apa, aku hanya mendapat hukuman karena telah membuatnya pingsan " jelas Dealova di mana Johan juga mendengarnya.
Johan menatap Giant, untuk memberikan ponsel padanya.
"Giant, katakan pada Johan jangan minum-minum lagi, aku tidak bisa melihat Johan sedih, aku mencemaskan Johan Jay." ucap Dealova dengan tulus.
Mendengar ucapan Dealova hati Johan meleleh.
"Jangan lupa besok harus pulang pagi-pagi." ucap Johan tiba-tiba dengan suara pelan yang membuat Dealova kaget.
"Jo!! jadi dari tadi kamu mendengarkan aku? kamu tidak apa-apa kan?" tanya Dealova merasa lega Johan sudah tidak marah.
"Aku tidak apa-apa, besok pagi cepat pulang." ucap Johan hampir tanpa suara.
"Ya Jo, aku akan pulang pagi-pagi, syukurlah kalau kamu tidak apa-apa, Jo..kita lanjutkan nanti bicaranya ya, aku mau kerja lagi." ucap Dealova dan mengakhiri panggilannya.
"Bagaimana sudah tidak sedih lagi kan? pulang dan istirahatlah Jo, kamu terlihat lelah." ucap Giant menepuk pundak Johan.
"Ya Jay, aku akan segera pulang, sampai nanti malam." ucap Johan dengan perasaan dan hati yang lega.
***
"Mana makananku Nona Nita?" tanya Bara saat Dealova datang.
"Bukannya tadi sudah makan Tuan Bara?" jawab Dealova yang tak percaya kalau Bara merasakan lapar lagi.
"Ambilkan saja, aku ingin makan lagi, dan kamu jangan tanya lagi." ucap Bara dengan setengah mata terpejam.
Dengan hati sedikit kesal, Dealova pergi ke belakang dan meminta Bik Narti untuk menyiapkan makanan Bara.
Setelah menunggu beberapa menit, makanan Bara sudah siap tersedia.
"Ini Non Nita makanan Tuan Besar sudah
siapkan." ucap Bik Narti kemudian membawa itu susu buat Chelo.
"Chelo sudah bangun Bik?" tanya Dealova yang punya ide agar bisa terbebas dari hukuman Bara.
"Sudah Non, ada apa Non?" tanya Bik Narti menghentikan langkahnya.
"Bilang sama Chelo, untuk ke kamar Tuan Bara, aku menunggunya di kamar Tuan Bara." ucap Dealova dengan tenang.
"Baik Non Nita." ucap Bik Narti kemudian berlalu pergi ke kamar Chelo.
Sedangkan Dealova pergi ke kamar Bara sambil membawa makanannya.
"Lama sekali." ucap Bara dalam posisi duduk bersandar di kepala ranjang.
"Chelo agak terbangun agak rewel Tuan." ucap Dealova sambil meletakkan makanannya di meja dekat tempat tidur Bara.
"Makanannya saya letakkan di meja Tuan." ucap Dealova lagi berdiri di pinggir ranjang.
"Suapi saya Nona Nita." pinta Bara dengan suara berat.
"Bukannya Tuan Bara suda sehat? kenapa harus saya suapi?" tanya Dealova dengan salah satu alisnya terangkat.
"Itu hukuman, tidak ada kaitannya dengan saya sudah sehat atau belum." ucap Bara dengan tenang.
Dengan hati kesal dan terpaksa, Dealova mengambil makanan di atas meja dan mulai menyuapi Bara tanpa ada kata-kata.
Bara menikmatinya dengan sebuah senyuman penuh kemenangan, tiap kali Dealova menyuapinya.
"Apa yang kamu lakukan Nita???" teriak Georgina yang datang tiba-tiba dan menghempaskan piring yang ada di tangan Dealova kemudian menampar keras pipi kanan Dealova.
"PLAKKK"
Dealova memegang pipinya tak mengerti, apa yang ada di otak Mak Lampir satu ini.
"Nyonya Besar, apa yang Nyonya lakukan?" tanya Dealova menatap kedua mata Georgina dengan tajam.
"Masih berani tanya, kenapa aku melakukannya hah!!!.dasar pelacur!!" ucap Georgina hendak menampar lagi pipi Dealova, tapi dengan cepat tangan Dealova menangkapnya dan menghempaskannya.
"Saya tidak tahu kesalahan saya Nyonya, jadi saya minta Nyonya harus berpikir ulang alasan apa menampar pipi saya." ucap Dealova sama sekali tidak senang dengan sifat Georgina yang arrogan.
"Kamu berani membantah ucapanku?" tanya Georgina yang hendak menampar Dealova lagi namun terhenti dengan suara dingin Bara.
"Sudah cukup Gina!! kamu kenapa menamparnya?" ucap Bara dengan tatapan tajam.
"Kenapa kamu juga bertanya seperti? kamu sendiri tahu, dia telah berani menyuapimu!!" ucap Georgina dengan hati kesal, karena Bara selalu membela Dealova.
"Aku yang memintanya, dan sekarang sebaiknya kamu keluar, aku mau istirahat." ucap Bara tanpa memperhatikan wajah Georgina yang sudah seperti orang kebakaran jenggot.
"Kalian berdua!!! aku yakin kalian telah berselingkuh di depanku, lihat saja nanti." ucap Georgina dengan hati yang tiba-tiba kesal dengan perhatian Bara pada Dealova, padahal keinginannya hampir tercapai untuk bisa membuat skandal antara Bara dan Dealova.
Bara menatap wajah Dealova dalam-dalam.
"Apa itu sakit?" tanya Bara yang tidak bisa basa basi.
"Menurut Tuan Bara bagaimana? sakit atau tidak?" tanya Dealova balik dengan perasaan makin kesal, hari ini hati Dealova sangat kesal dengan sikap suami istri yang terlihat kacau.
"Pasti sakit." ucap Bara yang tidak tahu harus bicara apa lagi.
"Kalau sudah tahu kenapa masih bertanya lagi Tuan Bara yang terhormat." sahut Dealova dengan kepala yang hampir pecah.
"Karena kamu tidak apa-apa, sekarang waktunya kamu harus memijat kakiku." ucap Bara dengan hati yang mulai rileks kembali.
"Maaf Tuan Bara, tugas saya sebenarnya apa sih? jagain Tuan Muda apa Tuan Bara?" tanya Dealova yang sudah di bikin pusing oleh Bara.
"Sudah jelas tugas kamu jagain Chelo, tapi..! karena kamu punya kesalahan pada saya, kamu dapat hukuman di antaranya memijat kaki saya." ucap Bara dengan menahan tawa melihat wajah Dealova memerah menahan amarah.
"Baik!! mana kaki yang harus saya pijat?" tanya Dealova sambil berpikir jernih untuk membalas Bara yang sudah mengerjainya lagi.
"Ya kaki saya Nona Nita." ucap Bara dengan memejamkan matanya, bersiap-siap merasakan pijatan Dealova.
Dengan hati kesal, Dealova melemaskan otot-otot tangannya kemudian memulai memijat betis Bara dengan pijatan yang membuat Bara melengking tinggi.
"Aaauuuhhhhh Nona Nita!!!" apa yang kamu lakukan??? kamu ingin membunuhku lagi?" tanya Bara sambil mengusap betisnya yang memerah karena di pijat sangat keras oleh Dealova.