Chereads / BIBIR CANDU MRS.DEALOVA : Candu bagi Seorang Presdir / Chapter 18 - DEALOVA VS BARA FEBRIANSYAH

Chapter 18 - DEALOVA VS BARA FEBRIANSYAH

NOTES : KHUSUS 21 TH KE ATAS

"Tuan Bara Febriansyah yang terhormat, seandainya pun kekasih saya mau menerima hal itu, saya yang tidak mau.. cinta tidak bisa di beli dengan uang Tuan Bara." ucap Dealova dengan emosi yang siap-siap meledak dengan sikap Bara yang berkesan memerintah.

Bara bertepuk tangan dengan sebuah senyuman di bibirnya.

"Hm aku suka dengan gaya penolakan kamu Nona Nita, tapi untuk di ingat aku masih punya bukti saat kamu mencoba mencelakaiku dengan memberikan susu pada makananku, dan aku bisa memasukkanmu dalam penjara atau kamu harus membayar uang sesuai dengan yang aku pinta di pengadilan nanti." ucap Bara dengan suara beratnya.

"Sialan...aku kira kamu laki-laki yang punya hati dan terhormat ternyata kamu tidak ubahnya seekor rubah yang licik, sungguh menyesal aku telah menghormatimu dan mengenalmu Tuan Bara." ucap Dealova seraya berdiri dari tempat duduknya.

"Kamu mau kemana? aku belum selesai bicara Nona Nita!!!" Ucap Bara secepatnya berdiri dari duduknya.

"Ahhhh persetan dengan bicaramu Tuan Bara!! aku mau pergi dan jangan harap aku akan mau menerima semua tawaran dan takut akan ancamanmu itu!!!" teriak Dealova berjalan keluar dan menutup pintu dengan suara keras.

"Shitt sialll!!" umpat Bara sambil menendang meja yang ada di hadapannya dengan sangat keras.

"DUG"

"Auuuhh" Bara mengaduh memegang ujung kakinya yang sakit kemudian berlari cepat mengejar Dealova yang berjalan keluar.

"Nona Nita!! kamu tidak bisa keluar seenaknya dari rumah ini." ucap Bara menarik lengan Dealova dengan kuat hingga terjatuh dalam dekapannya.

"Lepaskan aku Tuan Bara!! kenapa aku tidak bisa melakukannya? saat ini juga aku berhenti bekerja!!" ucap Dealova dengan penuh emosi tanpa takut menatap Bara yang menatapnya tajam.

"Coba lakukan saja Nona Nita, kamu akan aku tuntut dengan dua pasal lihat saja nanti." ucap Bara menekan keras punggung Dealova hingga menempel di dadanya.

"Aku tidak perduli dengan pasal-pasalmu Tuan Bara Febriansyah." tantang Dealova dengan bibirnya sedikit terbuka membuat Bara menelan air ludahnya.

"Kamu benar-benar telah menantangku Nona Nita!!" desis Bara dengan geram.

"Aku tidak takut!! sekarang lepaskan tangan Tuan dari kulit tubuhku." ucap Dealova sambil melepaskan diri dari dekapan Bara.

Dengan geram Bara melepas dekapannya kemudian berjalan masuk ke dalam rumah.

"Hiks... hiks...hiks"

Tiba-tiba Dealova mendengar suara tangisan anak kecil dari balik sisi pilar besar yang tak jauh darinya.

Dealova mendekati suara itu, dan sungguh Dealova sangat terkejut melihat Chelo yang menangis duduk bersimpuh sambil memeluk kedua lututnya.

"Chelo." panggil Dealova dengan suara tercekat, sungguh Dealova sangat kaget melihat Chelo yang menangis.

"Apa Tante akan berhenti bekerja dan meninggalkan aku?" tanya Chelo dengan suara tangis kecilnya menatap Dealova dengan tatapan penuh kesedihan.

"Sini sayang." ucap Dealova mengangkat Chelo dan di pangkunya penuh kasih sayang.

"Chelo sayang, dengarkan Tante...tapi Chelo harus janji dulu tidak bilang pada Papi, apa Chelo mau?" tanya Dealova dengan suara lembut.

Chelo mengangguk pelan kemudian mengulurkan jari kelingkingnya pada Dealova dan Dealova pun menerimanya.

"Begini sayang, kalau Tante nanti sudah tidak bekerja di rumah ini, tiap istirahat sekolah nanti Tante akan ke sekolah dan temani Chelo bermain, bagaimana apa Chelo mau?" Tanya Dealova dengan tatapan lembut.

"Benarkah itu Tante?" tanya Chelo dengan matanya mengerjap indah.

"Ya sayang." ucap Dealova memeluk erat tubuh kecil Chelo dan mengecup puncak kepala Chelo penuh kasih sayang.

"Sekarang...Chelo masuk ke dalam ya, Tante mau pulang, kalau Chelo kangen Tante bisa telepon Tante pakai ponsel Bi Narti ya sayang." ucap Dealova mengecup kening Chelo kemudian meninggalkan Chelo dengan hati yang begitu berat.

***

Di dalam ruangannya Bara duduk dengan emosi yang belum mereda, tatapannya begitu sangat dingin menatap surat pernyataan Dealova yang menyatakan jika berhenti secara sepihak maka akan membayar denda sepuluh kali lipat dari gaji yang diterima dalam satu bulan.

"Kita lihat saja Nona Nita, apa kamu bisa menjauh dariku setelah aku menuntutmu." gumam Bara seraya mengambil ponselnya dan menekan tombol panggilan pada sahabatnya sekaligus pengacara pribadinya Alvino Chain.

"Alvin, apa kamu sudah mendengar pesanku?" tanya Bara yang sebelumnya mengirim pesan suara karena sebelumnya ponsel Alvino terdengar nada sibuk.

"Ya Bara, aku sudah mendengar semuanya, sekarang siapkan saja berkasnya...malam ini aku akan ke rumahmu dan mengambilnya." ucap Alvino sambil tangannya yang sibuk meraba paha wanita yang duduk di pangkuannya.

"Oke aku tunggu secepatnya." ucap Bara menutup panggilannya dengan pikirannya menerawang jauh.

***

"Apa Bara yang meneleponmu beb?" tanya Georgina di pangkuan Alvino dengan tangan Alvino yang meraba kedua pahanya.

"Hm, suamimu yang bodoh itu sepertinya ada sesuatu dengan wanita suruhanmu." jawab Alvino seraya tangannya naik ke atas di belahan dada Georgina yang sudah terbuka lebar.

"Memang apa yang di lakukan Bara pada Dealova?" tanya Georgina mengganti posisi dengan duduk di paha Alvino dengan posisi membuka kedua pahanya dan menghadap ke Alvino.

Tidak membuang kesempatan Alvino menenggelamkan wajahnya pada gundukan dua gunung di hadapannya dan menyesap kasar puting payudara Georgina sampai dada Georgina turun naik di buatnya.

Alivino tersenyum menyeringai sambil membersihkan bibirnya setelah berhasil menggigit rakus kedua puting Georgina.

"Suamimu akan menuntut Dealova karena Dealova berhenti dari kerjanya secara sepihak." ucap Alvino yang kini mendudukkan Georgina di atas meja masih dalam posisi menghadap ke arah dirinya.

Dengan kasar Alvino menaikan rok pendek Georgina sampai di atas perut.

"Buka lebar pahamu Beb." ucap Alvino mendekatkan wajahnya pada belahan kedua paha Georgina yang mengangkang lebar.

"Apa kamu berpikir Bara mulai menyukai Dealova?" tanya Georgina dengan suara penuh tekanan sambil mengikuti permintaan Alvino untuk membuka pahanya lebar-lebar.

"Hm, bisa jadi Beb..sekarang diamlah sebentar aku lagi konsentrasi dan jangan ganggu." ucap Alvino mendekatkan bibirnya pada area lubang intim Georgina dan menjilatinya dengan sangat rakus.

Tubuh Georgina menggelinjang keenakan sambil tangannya meremas rambut kepala Alvino.

"Aaahhhhh, hisap kencang Vin." desah panjang Georgina semakin membangkitkan gelora hasrat Alvino untuk segera memasukkan juniornya pada lubang intim milik Georgina yang sudah menggelinjang seperti cacing kepanasan.

"Hmm, bangunlah Beb sekarang manjakan dulu juniorku." ucap Alvino dengan ganti posisi duduk di pinggir meja sambil menurunkan celana panjang dan celana dalamnya sampai pada lutut sedangkan Georgina duduk di kursi Alvino menangkap cepat belalai panjang Alvino yang sudah membesar dan mengeras.

Seperti singa kelaparan Georgina memasukkan junior Alvino ke dalam mulutnya dan mengocoknya keluar masuk seiring desahan dan erangan Alvino dengan tubuh yang sudah menegang.

Di saat keduanya sudah tidak bisa lagi menahan gelora hasratnya, terdengar suara pintu terketuk.

"Tok...Tok...Tok"

"Sial...kurang ajar!!"