Chereads / Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 140 - Sentuh Aku 2

Chapter 140 - Sentuh Aku 2

" Please, touch me, Van!" mohon Angel. Angel memasukkan kedua tangannya ke balik kaos Revan dan menyentuh dada Revan. Revan sekuat tenaga tidak mengeluarkan suara. Angel yang melihat Revan hanya diam saja memilin kedua benda kecil di dada Revan. Revan mengepalkan kedua tangannya menahan geraman di mulutnya. Angel terus memilin dan bergerak mengusap perut sixpack milik Revan.

" Gel! Please..."

Revan memutar tubuhnya dan terkejut menatap wajah basah kekasihnya.

" Don't you want me? Am i not sexy?" tanya Angel dengan wajah sedihnya.

" No, Gel! You're sexy and i want you so bad!" jawab Revan.

" So why you always denied me?" tanya Angel dengan airmata kembali menetes di pipinya.

" Because i want everything looked perfect that night!" jawab Revan.

" But i am affraid you gonna leave me!" kata Angel jujur.

" Aku nggak akan kemana-mana, sayang!" kata Revan menenangkan gadisnya.

" Tolong, Van! Aku sangat menginginkannya!" kata Angel dengan gemetar. Lalu tangan Angel bergerak kebawah dan menyentuh miliknya.

" Arghhh!" geraman keluar dari bibir Revan. Dengan cepat Revan melumat bibir Angel, dia sudah tidak bisa lagi menahan semuanya. Angel telah membangunkan sisi liarnya yang selama ini dia jaga. Angel yang terkejut melihat sikap Revan, segera saja tersadar dan membalas semua lumatan Revan yang lembut dan berubah menjadi panas dan sedikit kasar dengan bahagia. Revan mendorong tubuh Angel ke dinding kamar. Dia melumat bibir kecil tunangannya dengan menekan tengkuknya agar bisa menjelajah isi mulut gadis itu. Sementara satu tangannya mengangkat kaki kanan Angel ke atas pahanya. Revan melepas ciumannya yang berlangsung selama 10 menit lalu turun ke leher dan telinga Angel, beberapa kissmark dia tinggalkan disana.

" Ahhh, Van!" desah Angel merasakan tubuhnya bergetar.

Revan terus turun menuju tulang selangkanya dan memainkan lidahnya disana. Kembali kissmark dia berikan di situ. Matanya nanar melihat dua gundukan menonjol yang cukup besar di dada Angel. Gadis itu masih memejamkan kedua matanya dengan bibir terbuka, tanpa menunggu lama Revan segera meremas dan memainkan puncak dada itu dengan lidahnya.

" Ahhh! Revan! Ahhh!" erang Angel dengan tangan mengacak-acak rambut dan wajahnya. Angel belum pernah disentuh oleh pria manapun, karena dia tidak pernah tertarik dengan pemuda manapun selain Revan. Revan adalah pria yang telah mengobrak-abrik hati dan pikirannya hingga tidak dapat fokus dalam hal apapun.

Revan melumat dan menyesap gundukan itu dengan panas hingga terlihat merah dan berbekas gigitan-gigitan. Lalu Revan bersimpuh untuk menurunkan ciumannya ke perut Angel. Angel menggeliat nikmat, ada yang menetes di bagian intimnya. Revan tersenyum melihat hasil perbuatannya. Lalu dia membuka kaki Angel dan melihat lubang surgawi itu, benda kecil berwarna pink itu dan aroma khas milik Angel yang sangat harum. Revan menatap kekasihnya itu yang sedang memejamkan matanya seakan menunggu aksi Revan selanjutnya. Saat Revan melumat liangnya, Angel terkejut dan tubuhnya bergetar hebat, dia meremas rambut Revan.

" Akhhhhh! Va.....nnnnn!" teriak Angel nikmat. Revan menikmati liang kekasihnya dan memasukkan jarinya dan membuat Angel kembali menggila.

" Vannnn...aku...mau pi...pissss dulu!" ucap Angel yang hendak pergi ke kamar mandi, tapi Revan menahan tubuhnya dengan mempercepat lumatan dan gerakan jarinya.

" Vannnnnnnn!" teriak Angel yang mendapatkan pelepasan pertamanya. Angel menyemprotkan cairannya dan tubuhnya terasa lemas, dengan cepat Revan membersihkan tangannya lalu membopong Angel ke ranjang. Angel merasa tubuhnya lemas dan lemah.

" Tidurlah!" bisik Revan lalu menyelimuti tubuh kekasihnya dan mengecup keningnya, sementara dia menuntaskan hasratnya di kamar mandi. Argghhhhh! Kenapa kamu sangat takut aku akan meninggalkanmu, sayang? batin Revan sambil mengeringkan tubuhnya. Revan keluar dengan pakaian tidurnya dan tidur di sofa. Dia tidak mau jika Angel akan memintanya untuk menyentuhnya lagi.

Keesokan harinya Angel bangun dengan tubuh sedikit lelah, walaupun Revan tidak memasukinya. Angel merasa kecewa karena Revan belum sepenuhnya menjadi miliknya. Dia mencari sosok yang dirindukannya itu, tapi Revan tidak ada. Angel meraih ponselnya, ada pesan dari Revan.

@ Aku harus meeting pagi-pagi..aku akan pulang terlambat..gak usah menungguku

Wajah Angel berubah menjadi sedih, apakah dirinya akan sering ditinggal oleh Revan jika mereka telah menikah nanti? batin Angel. Tentu saja! Revan bukan hanya miliknya seorang, perusahaannya membutuhkan dia juga. Angel harus bisa menerima semua itu.

" Apa gue kuliah disini aja, ya? Biar gue ada kesibukan!" kata Angel ambigu. Angel bangun lalu mandi dan berpakaian. Dia mengendarai mobilnya bermaksud pergi ke rumah mamanya.

" Sayang!" panggil Tata.

" Hmm?" sahut Valen.

" Apa kita akan mengundang Ben?" tanya Tata.

" Harus, sayang! Bagaimanapun dia pernah jadi orang yang sangat penting dalam keluarga kita!" kata Valen.

" Bagaimana jika dia tahu?" tanya Tata khawatir.

" Dia sudah berkeluarga dan sudah memiliki seorang putri! Dan lagi mereka tidak tinggal disini!" kata Tata.

" Iya juga! Aku hanya takut jika mereka bertemu, Varel..."

" Sayang! Takdir itu ditangan Tuhan! Kita tidak bisa melawan apalagi merubahnya!" kata Valen.

" Aku hanya tidak ingin Revan kembali seperti dulu! Cukup sudah penderitaannya akibat peristiwa itu!" tutur Tata. Valen mencium bibir istrinya dengan lembut, lalu semakin dalam hingga Tata terlena.

" Kita lebih baik fokus dengan pernikahan Varel dan Angel!" kata Valen.

" Iya!" jawab Tata.

" Aku menginginkanmu!" bisik Valen lalu menyentuh istrinya dengan lembut. Ah! Masih hot aja kakek atu nih! Hehehehe!

Setiap weekend keluarga William dan Wina selalu pergi berlibur bersama dengan anak-anak mereka. David sangat senang karena dia memiliki keluarga yang sempurna selama papanya menikah lagi. Apalagi dengan kehadiran Nina, adik perempuannya yang sangat cantik itu.

" Kenapa menatap adikmu seperti itu?" tanya Wina yang sedang berjemur di kolam renang bersama dengan David, sementara William bermain bersama Nina.

" Aku nggak akan biarkan ada cowok manapun yang mendekati Nina, ma!" kata David.

" Kenapa?" tanya Wina heran.

" Karena dia...karena Nina adalah adik kesayanganku! Aku tidak mau dia menangis karena sesuatu apalagi karena seorang cowok!" kata David.

" Jangan terlalu posessif pada adikmu, David! Dia akan marah jika keinginannya dilarang!" kata Wina santai.

" Aku tahu, ma! Tapi itu janjiku pada mama!" kata David lalu dia bangun dan berenang. Wina hanya tersenyum melihat putra tirinya itu. Aku bangga kamu sangat menyayangi adikmu! batin Wina.

" Win!" sapa William.

" Hmm?" sahut Wina.

" Aku ada urusan nanti malam!" kata William.

" Ok! Jangan lupa besok kita akan ke tengah!" kata Wina bergeming.

" Iya! Aku ingat!" jawab William, dia menelan kasar salivanya saat melihat tubuh mulus milik Wina.

" Pergilah! Aku tidak mau kena tetesan air liurmu!" sindir Wina.

" Cih! Bikin orang kesal aja!" gumam William.

" Aku denger!" kata Wina. William terkejut lalu pergi meninggalkan istrinya.

Wina duduk di cafe resort setelah makan malam dan anak-anak tidur karena kelelahan. Dia membuka-buka halaman IG miliknya yang lama tidak pernah dibukanya. Ada beberapa berita dan comment dari beberapa tahun yang lalu. Jarinya menari di atas layar ponselnya dengan lincah. Sentuhannya terhenti pada satu foto dan membuat jantungnya berdebar kencang. Matanya terpejam dan hatinya terasa sakit melihat semua foto itu.

Kamu sudah menemukan belahan jiwamu! Kisah kita memang telah berakhir hampir 5 tahun yang lalu! Kamu telah menyerah padaku! Cintamu tidak sebesar yang aku bayangkan! Aku menunggumu melakukannya, tapi aku hancur saat kamu tidak datang! Apa kamu tahu hampir tiap malam aku menangis dan menjerit merasakan sakitnya bagai ditusuk beribu pedang tajam didalam hatiku! Aku hancur! Aku kecewa! Aku...Akkhhhh! Wina memegang jantungnya, dia merasakan sesak di dalam dadanya. Dia meraih sebuah botol dan mengambil satu pil obat dan meminumnya, tapi sesak itu tidak berhenti, tiba-tiba matanya berubah menjadi gelap dan Wina tidak sadarkan diri.