Chereads / Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 122 - Kegaduhan Di Dini Hari?

Chapter 122 - Kegaduhan Di Dini Hari?

Up : Kamis, 28/01/2021 - Pukul 05.30 WIB

____________________________________________

" Bicara yang jelas, Zel!" kata Andra kesal.

" Iya! Buku Nikah!" kata Anzel. Andra lalu meletakkan gelasnya dan berlari menuju ke dalam kamarnya. Diraihnya buku yang tadi sempat dibacanya, dia melihat sampul buku itu, matanya membulat sempurna, lalu di bukanya halaman ke 2, perlahan airmatanya membendung di pelupuk matanya dan menetes begitu saja di kedua pipinya.

" Apa...ini benar, Zel?" tanya Andra saat melihat Anzel berdiri di pintu kamarnya.

" Iya, Bos!" kata Anzel.

" Kami menikah saat aku masih koma?" tanya Andra.

" Iya, Bos!" jawab Anzel. Andra terduduk lemas di sofanya.

" Nyonya Bos yang meminta pada papanya untuk menikahkan dia dengan Bos! Kata dokter mungkin dengan begitu Bos akan lebih cepat siuman!" jelas Anzel.

" Jadi dia tidak menikah dengan Bayu?" tanya Andra.

"Tidak, Bos!" jawab Anzel.

" Ayo, kita menemui mereka!" ucap Andra langsung berlari keluar apartement.

" Tapi, Bos..."

" Ayo! Atau kamu aku kirim ke papua!" kata Andra berlari menuju ke lift khusus. Anzel mengikuti Bosnya dengan kesal. Bisa-bisanya mengancam diriku, padahal kemarin-kemarin ngerengek frustasi! batin Anzel sebel.

" Cepat!" kata Andra setelah masuk ke dalam mobilnya, Anzel hanya diam saja lalu mempercepat laju mobilnya menuju ke rumah Valen. Andra sesekali marah-marah karena meski sudah jam segini, masih saja banyak kendaraan yang berlalu lalang.

" Pada mau kemana, sih, jam segini? Nggak tidur apa! Dasar orang-orang bodoh!" umpat Andra. Anzel hanya mengelus dada mendengar umpatan Bosnya. Astaga! Apa dia lupa saat marah pada Nyonya Bos dia malah berkeliaran hingga pagi? Bener-bener, Bos! batin Anzel heran.

Sejam kemudian mereka sampai di rumahValen, rumah dalam keadaan sepi, karena semua pasti masih dalam keadaan tidur. Anzel turun dari mobil dan memencet bel, seorang pria keluar dari pos keamanan.

" Pak Anzel! Kok, malam-malam kesini?" tanya Udin membuka pagar kecil dan keluar.

" Lho, Tuan Andra?" sapa Udin kaget.

" Saya masuk dulu!" kata Andra yang sudah berdiri di belakang Anzel. Lalu pria itu berlari menuju ke pintu rumah Valen. Ada 2 orang bodyguard yang berjaga di depan pintu.

" Tuan Andra!" sapa mereka berdua.

" Hmm!" sahut Andra lalu membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. Perlahan dia masuk dan menuju ke arah tangga. Klik! Lampu rumah seketika menyala.

" Stop!" tiba-tiba Andra dikejutkan oleh suara yang menyuruhnya berhenti. Andra tahu betul suara siapa itu. Andra memutar tubuhnya dan kakinya hampir saja terlepas dari tempatnya saat dia melihat dengan jelas kedua mertuanya sedang berdiri di dapur dan Valen melotot padanya.

" Selamat Malam...Pagi, Om...Pa! Ma!" sapa Andra gemetar.

" Siapa ngebolehin kamu datang kesini?" tanya Valen kesal melihat keadaan menantunya. Tata menundukkan kepalanya sambil tersenyum dan sesekali meminum air mineral yang ada di tangannya.

" E...anu...itu...!"

" Dasar anak tidak tahu malu! Apa kamu lihat keadaanmu sekarang? Apa kamu mau mati?"

" Sayang! Sudah! Nanti cucumu bangun!" ucap Tata mengelus tangan suaminya dan berusaha untuk menahan tawanya.

" KApa kamu senang ada pertunjukan gratis?" tanya Valen kesal pada istrinya.

" Dia hanya sedang jatuh cinta dan bahagia! Makanya dia tidak sengaja!" kata Tata mengelus dada suaminya.

" Tapi bukan berarti dia bisa keluyuran dengan keadaan seperti itu! Lihat saja wajahmu yang memerah itu!" kata Valen bertambah marah karena melihat pipi Tata memerah.

" Masa' sih?" ucap Tata meraba pipinya dan akan memutar tubuhnya untuk berkaca.

" Stop! Jangan berani bergerak!" kata Valen menghalangi Tata dengan memeluk istrinya itu agar membelakangi Andra. Andra yang heran dengan kemarahan mertuanya segera melihat dirinya. Ada apa, sih? batin Andra. Betapa terkejutnya Andra saat melihat dirinya yang saat ini hanya memakai boxer dan singlet saja. Glekk! Andra menelan salivanya, wajahnya berubah menjadi merah karena malu ada Tata disana dan juga takut akan kemurkaan Valen. Sialan! Kenapa aku jadi bodoh begini, sih! Mampus! Pantesan Papa mertuaku marah-marah! Andraaaaa, lo kenapa jadi bego' gini, sihhhhh! Arrgghhhhh! teriak batin Andra.

" Ada apa, sih, malam-malam gini papa marah-marah?" Reva turun dari tangga rumah dengan cepat. Reva terkejut melihat ada Andra di bawah tangga dan metanya langsung membulat sempurna saat tahu pakaian yang dipakai oleh Andra.

" Andyyyyy! Apa yang lo pake, dasar CEO omesssss!" teriak Reva segera berdiri di depan Andra. Reva melihat wajah marah papanya dan mamanya yang sedang membelakanginya dipeluk papanya. Andra hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sambil menundukkan kepalanya.

" Bawa suami bodohmu itu ke kamar, Reva!" kata Valen kesal.

" Maaf!" ucap Andra saat Reva melotot kearahnya dan menarik tangannya untuk naik ke atas.

" Apa aku sudah boleh berbalik?" tanya Tata menggoda suaminya.

" Kamu tu, ya! Masak nggak malu liat menantunya gitu! Malah menikmati lagi!" gerutu Valen.

" Astaga, sayang! Kan bukan aku yang mau! Aku jadi teringat tubuhmu saat muda dulu! Hihihi!" tawa Tata dengan pipi yang telah merona.

" Lebih bagus juga tubuhku, sayang! Tetep saja, kamu sampe netes lihat menantumu!" ucap Valen semakin kesal.

" Idih yang lagi cemburu! Masak iya cemburu sama menantu sendiri!" kata Tata menggoda suaminya yang telah mengerucutkan bibirnya.

" Siapa yang cemburu?" ucap Valen gengsi.

" Serius? Kalo gitu nggak papa dong kalo suatu saat aku nggak sengaja lihat tubuh Andra!" goda Tata.

" Apa? Aku akan langsung mengusir dan memecatnya jadi menantu!" kata Valen marah.

" Sadis amat! Ya sudah! Aku tidur sendiri saja!" kata Tata sebel sama suaminya yang gengsinya setinggi langit ke sepuluh.

" Sayang! Tunggu aku!" kata Valen manja. Hadehhhh, sudah pada tua, masih aja kayak remaja!

" Kamu apa-apa'an pake baju gini?" tanya Reva marah.

" Aku...aku nggak sadar kalo belum ganti, sayang!" jawab Andra merasa bersalah.

" Astaga, Ndra! Apa maksudmu nggak sadar? Apa kamu tidur sambil berjalan?" tanya Reva kesal.

" Nggak gitu juga! Aku tadi kesal sama kamu!" kata Andra merajuk.

" Apa? Kenapa? Apa masih kurang kamu penjara aku seharian?" tanya Reva.

" Aku kesal karena kamu nggak kirim aku pesan! Aku berpikir jika kamu...main kuda-kudaan sama Bayu!" kata Andra pelan tapi masih bisa di dengar oleh Reva.

" Bener-bener ya, kamu! Apa kamu sudah gila nuduh aku selingkuh?" kata Reva marah.

" A...aku belum tahu jika kita sudah...nikah!" kata Andra sangat pelan.

" Apa?" tanya Reva keras.

" Aku mengira kamu nikah sama Bayu!" kata Andra.

" Apa kamu nggak baca buku yang aku kasih?" tanya Reva heran mendengar jawaban Andra.

" Aku baca..."

" Lalu?"

" Aku tidak tahu jika itu buku nikah kita!" jawab Andra pelan.

" Ya, ampun, Andy! Kenapa kamu punya papa seperti ini! Apa kecelakaan itu sudah membuat otakmu jadi beku?" kata Reva kesal.

" Maaf! Apa sudah selesai marah-marahnya, sayang?" tanya Andra yang sontak membuat Reva heran.

" Kenapa?" tanya Reva.

" Aku ngantuk, sayang! Biarkan aku tidur, besok kamu bisa memarahiku lagi, please!" mohon Andra. Reva hampir saja pingsan mendengar ucapan Andra, bisa-bisanya dia bilang mengantuk disaat mereka berdebat seperti ini! batin Reva.

" Tidurlah! Sebelum kesabaranku hilang!" kata Reva sangat kesal pada suaminya. Cup! Dengan cepat Andra mengecup pipi Reva yang membuat wanita itu tertegun dan membuka lebar matanya lalu dia naik ke ranjang dan tidur.

" Selamat malam, eh, pagi, sayang!" kata Andra. Reva hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya itu.