Up : Sabtu, 09/01/2021 - Pukul 21.42 WIB
____________________________________________
" Daa mama cantik!" goda Wina pada mamanya.
" Dasar anak gadis! Main nyelonong aja! Papa ini yang selalu manjain dia!" protes Manda.
" Anak semata wayang ini!" kata Ben dan itu membuat Manda menjadi murung.
" Maaf, sayang! Bukan maksudku..."
" Aku rela kalo kamu menikah lagi!" sahut Manda menunduk, dia sadar jika dia tidak bisa lagi memiliki anak karena rahimnya bermasalah.
" Sayang! Maafkan aku! Aku tidak akan berpaling pada wanita lain!" kata Ben yang berdiri dan memeluk istrinya dari belakang.
" I love you so much!" bisik Ben mengecup kening istrinya.
Apartement Bastian ternyata satu gedung dengan apartement Revan, sebenarnya Wina tidak mau lagi berhubungan dengan sesuatu yang ada hubungannya dengan Revan, tapi dia tahu jika apartement itu adalah yang terbaik di kota ini. Milik Revan berada di lantai paling atas, karena hanya dirinya yang menghuni disana. Sedangkan Bastian berada satu lantai dibawahnya yang terdapat 2 kamar disana. Saat Wina akan mengetuk pintu, Bastian telah membuka pintu tersebut dan tersenyum pada Wina.
" Hai!" sapa Wina.
" Hai!" jawab Bastian gugup. Mereka hanya berdiam diri untuk beberapa saat karena kikuk.
" Boleh..."
" Oh, sorry! Silahkan Masuk!" kata Bastian salah tingkah.
" Ok!" jawab Wina. Wina masuk ke dalam apartement Bastian, dia berjalan dan duduk di sofa panjang.
" Mau minum apa?' tanya Bastian.
" Apa aja! Asal bukan obat perangsang!" jawab Wina tersenyum. Manis sekali! batin Bastian.
" Hahaha! Kamu bisa saja!" jawab Bastian tertawa. Bastian berjalan masuk menuju ke dapur dan mengambil 2 kaleng minuman dingin di lemari es miliknya. Wina berjalan menuju ke arah dinding kaca yang memperlihatkan suasana malam kota AA yang sangat indah.
" Indah bukan?" tanya Bastian yang telah berdiri di samping Wina sambil menyodorkan minuman dinginnya.
" Sorry, aku hanya punya ini! Maklum nasib single man!" ucap Bastian dibarengi tawanya yang terdengar renyah di telinga Wina.
" It's, Ok!" jawab Wina menerima minuman itu dan meminumnya.
" Lo pernah punya pacar, Bas?" tanya Wina tanpa melihat pria itu. Bastian sedikit terkejut mendengar pertanyaan Wina.
" Belum!" jawab Bastian dan itu sontak membuat Wina menatap pria di sebelahnya itu.
" Serius!" seakan tahu isi hati Wina yang tidak percaya dengan jawabannya.
" Ada beberapa wanita yang datang, tapi aku tidak menyukai mereka!" kata Bastian.
" Kenapa?" tanya Wina masih menatap Bastian dan saat ini dia menyandarkan tubuhnya ke dinding kaca sambil melihat pria itu.
" Karena hatiku sudah ada yang mencuri beberapa bulan yang lalu!" jawab Bastian pelan.
" Pria seperti lo nggak pernah pacaran? Gue hampir saja nggak percaya!" kata Wina.
" Kenapa?" tanya Bastian.
" Secara, lo kaya, mandiri dan tampan!" ucap Wina meminum minumannya.
" Benarkah? Kamu serius menganggap aku seperti itu?" tanya Bastian senang. Wina menganggukkan kepalanya.
" Terima kasih atas pujiannya!" kata Bastian tersenyum.
" Boleh tahu siapa wanita yang beruntung itu?" tanya Wina menatap manik mata pria dihadapannya itu.
" Namanya...Winona Alvaro!" ucap Bastian menatap mata Wina dengan pandangan teduh. Wina mencari kebohongan disana, tapi dia hanya menemukan kejujura pada mata Bastian. Hatinya mendesah sedih, kenapa bukan Revan yang memiliki tatapan itu, Wina menundukkan kepalanya menahan dakit hatinya.
" Maaf, jika kamu merasa tersinggung dengan ucapanku! Tapi aku benar-benar telah jatuh cinta padamu, Wina!" kata Bastian dengan tulus.
" Lo tidak tahu siapa gue, Bas! Lo belum mengenal gue dengan baik!" kata Wina kembali menatap pria penuh cinta itu.
" Maka buatlah aku mengenalmu, Wina! Aku tidak perduli dulu kamu seperti apa, tapi sekarang adalah untuk masa depan kita!" kata Bastian mendekat pada Wina. Mereka saling pandang dan manik mata mereka bertemu dengan sengaja. Wina mendekatkan tubuhnya perlahan pada Bastian, Bastian yang lebih tinggi dari Wina menatap wanita di hadapannya itu. Tanpa diduga oleh Bastian, Wina mencium bibirnya dan Bastian yang sangat mendambakan wanita itu langsung membalas dengan meraih pinggang Wina. Mereka saling kecup, lumat dan bertukar saliva. Kaleng minuman keduanya telah jatuh ke lantai dan Bastian menekan tengkuk Wina agar bisa semakin dalam menjelajah isi mulut wanita yang telah membuatnya tergila-gila itu.
Decapan dan sesapan menggema di dalam ruangan itu hingga mereka merasakan beberapa kali kehabisan oksigen. Tangan Wina menyentuh pinggang Bastian dan berusaha untuk membuka gesper pria itu. Mata Bastian membulat merasakan tangan Wina di bagian perutnya.
" Wina, apa yang kamu lakukan?" tanya Bastian melepaskan ciuman panas mereka dan memegang tangan Wina.
" Lo ingin mengenal gue, kan?" ucap Wina dengan tatapan nanar.
" Kamu..."
" Iya! Gue sudah tidak suci, Bas! Gue pernah melakukan itu dengan pacar gue!" kata Wina tegas. Bastian seakan tidak percaya dengan apa yang di dengarnya, dia mencari kebenaran pada mata gadis dihadapannya itu. Dan Bastian menemukan kejujuran disana, dia bisa melihat kesungguhan dari ucapan Wina. Bastian memutar tubuhnya dan itu membuat Wina kecewa.
" Gue pergi! Gue akan bilang sama bokap kalo perjodohan ini batal!" kata Wina berjalan menuju ke sofa. Tapi langkahnya terhenti saat sebuah tangan besar memeluk pinggangnya dari belakang.
" Jangan pergi! Aku nggak perduli kamu masih gadis atau tidak, aku mencintaimu dengan tulus, Win!" bisik Bastian ditelingan Wina. Wina memejamkan matanya, hatinya sedikit merasa terobati mendengar ucapan Bastian. Bastian meletakkan kepalanya di ceruk leher Wina dan tangan gadis itu mengusap kepala Bastian dengan lembut.
" Lo yakin?" tanya Wina ragu.
" Apa aku harus membuktikan?" tanya Bastian.
" Gue percaya!" kata Wina, dia merasa lelah dengan segala perkara percintaan. Dia tidak mau banyak berpikir tentang hal itu, dia akan menerima apapun resiko ke depannya akan hubungannya dengan Bastian. Wina memutar tubuhnya dan menatap takam pria tampan di depannya itu. Bastian memberanikan diri melumat bibir Wina dan mereka kembali melakukan ciuman itu yang awalnya lembut menjadi panas. Bastian mengangkat tubuh Wina dan Wina melingkarkan kedua kakinya dipinggang Bastian. Mereka berjalan ke dalam kamar Bastian dengan masih saling lumat dengan panas.
Bastian meletakkan Wina dengan lembut ke atas ranjang, gadis itu menatap nanar dirinya. Bastian lalu naik ke atas ranjang dan memeluk Wina dengan erat.
" Tidurlah! Temani aku!" bisik Bastian.
" Lo..."
" Aku tidak akan melakukan itu sebelum kita menikah!" kata Bastian lembut. Sedetik kemudian airmata Wina lolos dengan sempurna di kedua pipinya. Tapi Bastian tidak bisa melihatnya karena Wina tidur membelakanginya. Apakah gue akan bisa mencintai lo, Bas? Sedangkan cinta gue udah habis dibawa oleh pria brengsek itu! batin Wina.
Wina tidak bisa memejamkan matanya, didengarnya dengkuran halus dari bibir Bastian. Perlahan Wina melepaskan pelukan Bastian dan menggantikan dengan guling. Wina turun dari ranjang dan duduk di sofa, dibukanya lagi IG dari Tamara. Mungkin dia memang bodoh, walau hatinya sakit, dia masih saja melihat uploadan Tamara yang saat ini sedang menginap di Hotel MMM.
Apa kamu sudah benar-benar melupakan aku, Revan? Setelah yang kita lalui kemarin? Aku benci rasa cinta ini! Aku benci hati ini! batin Wina dengan perasaan hancur. Dia lalu keluar dari apartement Wina dan pulang ke apartementnya sendiri. Dia tidak mau papanya melihatnya dalam keadaan seperti ini. Wina mengirimkan pesan pada Ben dan Bastian, lalu dia tidur dalam keadaan menangis di ranjangnya.