Chereads / Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 104 - Tentang Pria

Chapter 104 - Tentang Pria

Up : Kamis, 07/01/2021 - Jam 15.55 WIB

___________________________________________

Wina tertidur setelah memuaskan Revan selama beberapa jam. Pergulatan panas itu begitu membuat putra Valen itu menggila.

Revan duduk di sofa dan menatap gadis yang terbaring di ranjangnya. Apa gue sudah jatuh cinta sama lo, Win? Ahhh! Mana mungkin! Gue masih muda dan nggak mau menyia-nyiakan hidup gue hanya karna satu perempuan saja! batin Revan. Gue hanya bersenang-senang sama lo, Win! Lo hanya tempat gue singgah! batin Revan mengingkari hati nuraninya sendiri. Dia berdiri dan membersihkan dirinya di dalam kamar mandi. Setelah beberapa saat dia keluar setelah menatap Wina lama. Revan meninggalkan Wina sendiri disana seperti seorang jalang dan dia sendiri seperti seorang pengecut.

Pagi itu di kantornya, Andra sedang menunggu kabar baik dari asistennya. Dia berdiri dengan menatap keluar dinding kaca kantornya.

" Bos!" sapa Deni.

" Bagaimana?" tanya Andra tanpa berbalik.

" Semua sesuai dengan keinginan anda!" kata Deni.

" Bagus!" jawab Andra puas.

" Sayang!" tiba-tiba masuk seorang wanita ke dalam ruangan Andra. Andra memutar tubuhnya dan tersenyum pada wanita itu.

" Merindukanku?" tanya Andra.

" Sangat!" jawab wanita itu lalu memeluk erat Andra.

" Saya permisi, Bos!" kata Deni.

" Kenapa kesini?" tanya Andra membelai rambut wanita itu.

" Aku sangat kangen!" jawab wanita itu manja.

" Apa kamu sudah ijin papamu?" tanya Andra.

" Sudah! Papa sangat senang jika aku pergi menemuimu!" kata wanita itu lagi.

" Aku harus meeting sebentar lagi, apa kamu akan menunggu disini?" tanya Andra.

" Tentu saja, sayang!" jawab wanita itu.

" Apa kamu ingin makan atau minum?" tanya Andra.

" Aku mau ini!" kata wanita itu lalu melumat bibir Andra dengan lembut dan Andra juga membalas lumatan itu dan yang terdengar adalah suara kecapan bibir mereka.

" Aku harus pergi!" kata Andra melepaskan ciuman wanita itu.

" Aku tahu!" jawab wanita itu. Lalu Andra pergi meninggalkna wanita itu di kantornya.

Kandungan Reva telah berusia hampir 8 bulan, dia sangat mencintai calon anaknya itu terlebih Bayu sudah tidak lagi marah padanya dan berusaha untuk mensupport Reva.

" Hai!" sapa Bayu saat melihat Reva terbangun dari ayunan di teras rumah Bayu.

" Hai!" jawab Reva tersenyum saat melihat wajah tampan dihadapannya.

" Sudah puas tidurnya?" tanya Bayu.

" Ehm!" jawab Reva.

" Kamu semakin cantik dengan perut besar seperti itu, Rev!" kata Bayu.

" Trima kasih!" jawab Reva tanpa beranjak dari posisinya.

" Apakah tidak sakit?" tanya Bayu.

" Ini sangat nyaman!" jawab Reva.

" Apa kamu ingin berjalan-jalan?" tanya Bayu.

" Kamu mau pergi?" tanya Reva.

" Aku akan ke desa sebelah!" kata Bayu.

" Entahlah!" jawab Reva malas.

" Baiklah! Aku kan membawakanmu Ice cream rasa coklat!" kata Bayu.

" Ice cream? Apa disana ada?" tanya Reva membulatkan matanya.

" The best malah!" kata Bayu yang merasa jebakannya berhasil.

" Tunggu aku mengambil sweaterku!" kata Reva dengan cepat dan masuk ke dalam rumah. Bayu hanya tersenyum melihat tingkah ibu muda itu. Mereka berdua pergi ke desa sebelah dan Bayu langsung menuju ke sebuah kedai ice cream yang sangat terkenal di Negara N, tepatnya di kota NH. Reva sangat senang sekali, matanya berbinar ceria saat melihat bermacam-macam ice cream disajikan disana.

" Aku mau semua, Bay!" kata Reva.

" Oh, tidak! Kau akan membuatku bangkrut!" canda Bayu. Reva cemberut mendengar ucapan Bayu yang bercanda.

" Kamu pelit sekali! Dia adalah keponakanmu dan dia yang meminta saat ini!" kata Reva masih dengan bibir yang dimajukan. Bayu sangat gemas melihat raut wajah Reva.

" Apa masa ngidammu masih berjalan? Padahal ini sudah memasuki bulan ke 8!" kata Bayu pura-pura berpikir.

" Tentu saja! Sampai dia lahir!" sahut Reva gugup karena dia takut Bayu akan mengetahui kebohongannya.

" Lagian ini'kan hanya ice cream! Tidak akan membuatmu bangkrut!" gerutu Reva.

" Jangan membuat bibirmu seperti itu, atau aku akan menciummu disini!" bisik Bayu. Reva seketika menutup bibirnya dengan kedua tangannya.

" Hahaha! Kamu memang sangat menggemaskan saat hamil!" kata Bayu mencubit pipi Reva yang semakin chubby.

" Ahhh! Bayuuu! Sakit!" ucap Reva manja. Entah kenapa jika dengan Bayu Reva bisa bermanja-manja dan bersikap apa adanya. Mungkin karena dia tidak memiliki sosok kakak dihidupnya. Reva memilih beberapa variant rasa ice cream dan Bayu hanya geleng-geleng kepala melihat bumil cantik itu.

" Hati-hati makannya! atau kamu akan tersedak!" ucap Bayu melihat Reva makan dengan lahap.

" Bayu?" sapa seseorang. Bayu memutar tubuhnya.

" Erica? Kamu..."

" Apa kabar?" tanya Erica sambil mengulurkan tangannya.

" Baik!" jawab Bayu yang telah berdiri dan menyambut uluran tangan Erica.

" Kapan datang?" tanya Bayu kikuk, Reva hanya memandangi dua orang yang saat ini sedang merasa gugup itu.

" Kemarin!" jawab Arica lagi. Pandangan Erica beralih pada Reva yang sedang makan ice cream.

" Dia..."

" Kenalin, ini Reva! Reva ini Erica!" kata Bayu. Erica berdiri dan bersalaman dengan Erica.

" Kamu...hamil?" tanya Erica terkejut. Dia menatap Reva dan Bayu bergantian, ada rasa sakit menyelinap dalam dadanya.

" Iya!" jawab Reva lalu dia kembali menikmati ice creamnya.

" Kalo begitu aku pergi dulu, Bayu!" kata Erica.

" Iya! Hati-hati!" jawab Bayu menatap kepergian Erica dengan sedih.

" Ehmm! Yang patah hati!" sindir Reva.

" Sotoy!" jawab Bayu.

" Cepetan makannya! Aku ditunggu Pak Teddy di kantornya!" kata Bayu sambil tertawa melihat Reva yang makan ice cream dengan cepat-cepat hingga pipinya semakin chubby.

Wina memutuskan untuk kembali ke negaranya walau kuliahnya masih setengah jalan di negara L. Dia memutuskan untuk menyelesaikan kuliah bisnisnya dan mengurus usaha papanya yang lumayan besar. Sesekali dia masih teringat dengan Revan, karena nama pemuda brengsek itu telah terpatri di hatinya.

Sejak kepergian Revan pagi itu, Wina memutuskan untuk memperbaiki semua kekacauan yang dilakukannya pada papanya. Dia bertekad untuk fokus pada pendidikan dan karirnya agar papanya bisa resign dan istirahat di rumah. Wina adalah mahasiswi yang cerdas seperti Revan, sambil kuliah dia belajar tentang bisnis yang sesungguhnya pada papanya.

" Selamat Pagi, Mas Ben!" sapa seorang pria.

" Mas Gunawan! Selamat Pagi!" jawab Ben lalu mereka berjabat tangan.

" Kenalin ini putri saya, Winona! Masih ingat Mas?" tanya Ben.

" Wah, cantik putri kamu, Mas Ben!" kata Gunawan.

" Trima kasih!" jawab Ben tersenyum.

" Apa ini calon direktur di perusahaanmu?" tanya Gunawan lagi.

" Iya! Dia masih kuliah semester akhir! Sayang, ini Om Gunawan, kolega lama papa!" kata Ben.

" Halo, Om!" sapa Wina.

" Bagus! Saya suka anak muda yang berprestasi!" kata Gunawan.

" Trima kasih, Om!" kata Wina tegas.

" Putra saya juga akan datang sebentar lagi! Dia masih ada meeting!" kata Gunawan.

" Yang mana? Putra kamu'kan 3 mas!" kata Ben tertawa.

" Hahaha! Iya! Yang Pertama!" kata Gunawan.

" Bas?" tanya Ben.

" Iya!" jawab Gunawan.

Mereka lalu membicarakan rencana kerjasama mereka dengan sedikit bercanda, karena Gunawan dan Ben memang kolega lama. Mereka sudah sering bekerja sama dalam berbagai proyek kecil maupun besar.

" Selamat Siang, Pa!" sapa seorang pria.

" Bas!" sahut Gunawan melihat ke arah seorang pria.

" Maaf, Bas terlambat, Pa!" kata pria itu kalem. Ben dan Wina melihat ke arah pria itu lalu tersenyum.

" Sudah besar dan ganteng kamu sekarang, Bas!" kata Ben.

" Trima kasih, Om!" jawab Bastian.