" Lebih baik kita bawa ke apartement saja!" kata Anzel pada Boris. Reva menangis tertahan di dalam mobil dan beberapa saat kemudian mereka membawa Andra yang sudah mabuk ke dalam mobil.
" Pengkhianatttt...!" teriak Andra.
" Aku...benci kamu!" kata Andra lagi. Reva hanya bisa diam sambil sesekali menahan tubuh Andra agar tidak jatuh. Tiba di dalam apartement, Boris dan Anzel pamit untuk menunggu di luar, sementara Reva melepaskan sepatu dan pakaian Andra.
" Sapa lo?" teriak Andra menarik kasar Reva. Tapi Reva terdiam tidak berani menjawab.
" Lo cantik sekali...seperti...pengkhianat itu!" ucap Andra dengan suara berat menahan amarah, wajahnya menggelap dan sejurus kemudian, Andra telah melumat bibir Reva dengan kasar hingga berdarah, Reva ingin teriak karena tiba-tiba traumanya akan sikap kasar Luke yang menyentuhnya kembali datang, tapi dia harus tahan dan melawannya demi meladeni amarah seorang Andra. Lidah Reva merasakan anyir dari darah yang keluar dari bibirnya yang digigit kasar oleh Andra.
" Dasar pengkhianat! Wanita jalang!" teriak Andra seperti kesetanan.
Hati Reva sangat sakit mendengar kecaman dan hinaan Andra, tapi dia sadar akan posisinya dan semua kesalahannya. Andra meremas dan menggigit kasar dada Reva, dia meninggalkan banyak kissmark ditubuh Reva, bukan hanya itu, dia membuat pergelangan tangan dan lengan Reva membiru akibat dipegang dengan sangat keras. Setelah puas dengan tubuh bagian atas Reva, Andra kembali membabi buta dengan tubuh bagian bawah Reva. Andra menggigitmya dengan keras dan memutar tubuh Reva hingga terlihat punggung Reva yang mulus. Andra meninggalkan banyak kissmark dan gigitan dipunggung Reva dan memukul berulang kali bokong Reva. Andra benar-benar sudah hilang kendali, malam itu dia menjadikan Reva budak seksnya, Reva hanya menerima, menahan segala sakit di tubuh dan hatinya, hingga Reva pingsan setelah Andra berkali-kali menyemburkan benihnya hingga lemas.
Pagi-pagi sekali Reva bangun, dia menatap wajah Andra yang tertidur dengan pulas. Wajah tampan itu sesekali mengerut, entah apa yang dialami Andra di alam mimpinya. Maaf! Aku tidak pantas untukmu! batin Reva. Reva tidak mau jika Andra melihat dirinya ada disini, jadi dengan sisa-sisa tenaganya, dia bangun dan turun dari ranjang.
" Ahhh!" erang Reva kesakitan, kakinya seperti lumpuh, dia terpaksa menyeret tubuhnya di lantai, memunguti robekan-robekan pakaiannya lalu memakai kemeja Andra. Dia menyeret tubuhnya ke arah pintu dan mengetuk pelan pintu apartement Andra.
" Kamu dengar suara, Ris?" tanya Anzel. Tok! Tok!
" Sepertinya ada yang mengetuk pintu ini!" kata Anzel lalu membuka pintu itu. Betapa terkejutnya Anzel dan Boris yang melihat Reva terduduk di lantai dengan keadaan yang menyedihkan.
" Ya, Tuhan! Nona kenapa? Apa yang Bos lakukan?" tanya Boris sedih.
" Antar aku ke rumah!" ucap Reva pelan. Tanpa menunggu lama, Boris mengangkat tubuh Reva dan Anzel menutup pintu apartement.
" Kita ke RS, Nona!" kata Boris.
" Jangan!" jawab Reva.
" Tapi Nona bisa...tolong dengarkan saya!" ucap Boris memohon.
" Terserah kalian!" kata Reva lemah, lalu dia pingsan kembali.
" Nona! Nona!" teriak Boris.
" Cepat Zel!" ucap Boris panik. Dengan cepat Anzel melajukan mobilnya dan membawa Reva ke RS yang kebetulan Reva memiliki teman dekat disana.
Andra terbangun dengan kepala pusing, dia melihat ke sekeliling ruangan, lalu melihat ada obat di meja. Diminumnya obat tersebut lalu dibaringkannya kembali tubuhnya, lalu dia tertidur kembali. Andra terbangun saat matahari telah diatas kepala, dia terkejut melihat tubuhnya yang toples dan lengket di bagian pusakanya. Shitttt! Apakah gue semalam menyewa hooker? batin Andra. Tapi kenapa gue nggak pake pengaman? Sial! Gue harus periksa sebelum terjadi apa-apa sama gue! batin Andra. Andra lalu masuk ke dalam kamar mandi mandi dan berpakaian rapi, lalu dia keluar. Kenapa gue nyium bau parfum Reva? Ini pasti halusinasi gue karena gue kepikiran dia terus! batin Andra. Andra keluar kamar dan duduk di meja makan, dia makan makanan yang ada di meja makan. Setelah selesai, dia membuka pintu apartementnya dan melihat kedua bodyguardnya. Andra berjalan ke arah lift diikuti kedua bodyguardnya.
" Siapa yang membawaku semalam?" tanya Andra dingin.
" Kami, Bos!" jawab Boris dan Anzel bersamaan.
" Hooker mana yang aku sewa?" tanya Andra. Boris dan Anzel saling lirik, mereka tidak akan mengatakan jika Reva yang datang semalam.
" Kami tidak tahu, Bos! Tiba-tiba dia datang dia bilang Boss yang memesannya!" jawab Anzel.
" Kita ke RS! Aku nggak mau jika aku kena penyakit kelamin!" kata Andra.
" RS mana, Bos?" tanya Anzel.
" Apa aku harus mengatakan? Tentu saja RS yang biasa!" kata Andra. Deg! Anzel dan Boris terkejut, karena mereka takut jika Andra akan bertemu dengan Reva. Andra turun dari mobil dan masuk ke dalam RS, dia menghubungi temannya yang merupakan pemilik dari RS itu.
" Nil? Lo dimana?" tanya Andra. - (Gue ada di Singapore! Tumben lo nyari gue?)
" Gue ada di RS lo! Gue mau periksa kesehatan!" ucap Andra. - ( Emang kenapa lo? Apa Reva ganas? Ato lo sudah berani main sama wanita lain?)
" Diem lo!" kata Andra kesal. - ( Lo juga, sih! Kita ini kaum pria, man! Apa enaknya satu lobang kalo bisa masuk ke banyak lobang!)
" Gue bukan lo!" sahut Andra. - ( Sudahlah! Sebelum lo mengucap janji suci, lo bebas masuk ke lobang mana aja, man!)
" Ogah! Gue takut kena penyakit aneh!" ucap Andra. - ( Astaga! Lo banyak duit, Dra! Lo bisa cari wanita berkelas yang sehat! Ato dokter! )
" Emang bisa dipastikan dokter itu aman?" tanya Andra sinis. - ( Pasti, bro! Apalagi dokter kelamin, mereka hebat-hebat! )
" Sialan, lo!" sahut Andra. - ( Sudah! Coba aja! Gue akan telpon staf gue buat periksa lo! )
" Ok! Gue tunggu!" jawab Andra lalu mematikan panggilannya. Andra memikirkan perkataan Daniel, Reva telah mengkhianatinya, padahal dia sangat mencintai wanita itu. Andra duduk di lobby RS, tidak berapa lama, datang seorang wanita dengan jas putih mendekat. Andra melihat dokter tersebut dari atas sampai bawah. Lebih pantas menjadi seorang model daripada dokter! batin Andra.
" Tuan Andra?" tanya wanita itu tanpa perduli tatapan mata Andra.
" Iya!" jawab Andra datar.
" Saya Susan! Yang akan menggantikan dokter Daniel!" ucap Susan dengan suara lembutnya.
" Apa tidak ada dokter pria lagi?" tanya Andra.
" Apa anda takut tertarik dengan saya?" balas Susan.
" Saya yang takut anda jatuh cinta dengan saya!" ucap Andra datar.
" Saya sudah memiliki tunangan!" jawab Susan.
" Baguslah! Jadi saya tidak khawatir lagi!" ucap Andra cuek. Sombong! Tapi seksi! batin Andra. Sejak Reva mengkhianatinya dan mendengar perkataan Daniel, Andra yang dulunya dingin terhadap wanita lain, merasa sisi liarnya mulai menguasai dirinya. Dia yang dulunya sangat mengagungkan kata Cinta, sekarang seakan merasa jijik mendengarnya saja. Andra berakhir dengan pribadi yang merasa tertantang untuk menundukkan wanita yang memandang tinggi dirinya. Andra mengikuti Susan pergi ke ruang periksa. Disana telah ada asisten Susan yang juga cantik.