Chereads / Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 93 - Kau Menikmatinya

Chapter 93 - Kau Menikmatinya

Sementara Sinta menunggu Reva hingga malam hari dan tidak kunjung datang. Ponselnya terbawa oleh Sinta di tas, Sinta jado gelisah. Lalu dia menghubungi Andra dan menceritakan semuanya. Andra langsung menghubungi anak buahnya yang dikirimnya untuk menjaga Reva dan mereka melaporkan apa yang mereka dapat.

" Apa yang kamu lakukan disana, sayang?" ucap Andra kecewa. Dia memukul dinding kaca yang tebal di kantornya dengan keras hingga tangannya terluka. Andra segera berangkat ke negara W dengan jet pribadinya.

Reva tidak menyentuh makanan yang diberikan oleh Luke, makanan tersebut di buangnya.

" Jangan melakukan ini, baby! Kamu harus makan! Kasihan calon bayi kita!" ucap Luke.

" Aku tidak sudi melahirkan anak darimu!" ucap Reva kasar lalu membaringkan tubuhnya di lantai. Luke menarik nafasnya dengan kasar. Kamu akan mencintaiku pelan-pelan, Reva! batin Luke. Reva tertidur akibat kelelahan dan Luke membawanya naik ke atas untuk tidur di ranjang.

Keesokan harinya Reva terbangun dan langsung berlari saat merasakan pelukan Luke di tubuhnya. Reva turun ke bawah dan mencoba kembali membuka pintu, tapi masih sama.

" Apa yang kamu lakukan, baby?" tanya Luke melihat Reva ketakutan dan turun ke bawah.

" Aku ingin pulang!" kata Reva.

" Ini rumahmu, baby!" kata Luke. Reva terdiam dan duduk di sofa.

" Apa yang dimiliki tunanganmu yang tidak kumiliki?" tanya Luke.

" Kamu mau menyamakan Andra dengan dirimu? Come on! Jangan bercanda!" kata Reva mengejek.

" Hentikan hinaanmu itu atau aku kan membuatmu tidak bisa berjalan bahkan bangun dari tempat tidur!" kata Luke marah.

" Aku akan membencimu seumur hidupku!" kata Reva.

" Aku tidak perduli!" kata Luke lagi.

" Aku heran melihatmu! Tadi kau sangat menyukai setiap sentuhanku! Apa kamu ingin melihatnya?" tanya Luke.

" Aku sangat menyesal dengan kegilaanku!" ucap Reva marah. Lalu Luke pergi ke atas dan membawa sebuah kamera dan dinyalakannya TV besar di ruang bawah. Tampak Reva yang masuk ke dalam kamar dan betapa menjijikkannya dirinya mendesah oleh sentuhan Luke.

" Kamu dengar, baby? Kamu menikmatinya!" ucap Luke.

" Bagaimana jika kita mengulanginya lagi?" ucap Luke yang mendekati Reva dan tanpa bisa dicegah Luke telah berada diatasnya. Dorrr! Tiba-tiba saja suara tembakan terdengar ditelinga keduanya. Reva dan Luke melihat ke arah pintu, Andra? Reva senang melihat Andra datang, tapi video itu. Andra melihat video Reva sedang bermesraan dengan Luke.

" Itu bukan seperti yang kamu pikirkan, Andy!" ucap Reva menangis.

" Hahaha! Apa kamu suka melihat kami?" tanya Luke tertawa dan berdiri di depan TV.

" Jangan dengarkan dia Dra!" kata Reva yang berlari mendekati Andra.

" Dia mendesah dan menikmati setiap sentuhanku! Lihatlah!" ucap Luke memanas-manasi Andra.

" Hentikan, Luke! Dia gila, Dra!" kata Reva. Dorrr! Andra memejamkan matanya lalu menembak TV tersebut.

" Aku punya videonya, ambillah! Kita tukar dengan tunanganmu!" kata Luke.

" Kamu gila!" kata Reva marah.

" Dia akan mengandung anakku! Karena dia dalam masa subur!" ucap Luke menohok relung hati Andra.

" Aku mohon, sayang! Kita pergi saja!" kata Reva menangis.

" Apa kamu masih mau dengan gadis bekas orang lain?" ucap Luke memprovokasi Andra.

" Banyak bicara!" ucap Andra kemudian dia menghajar Luke hingga pria itu pingsan. Lalu Andra memberikan jasnya pada Reva agar memakainya.

" Andy!" panggil Reva sedih. Andra terdiam memejamkan matanya.

" Maaf!" ucap Reva pelan, dia sangat menyesal dengan semuanya. Andra melaporkan Luke dengan tuduhan penculikan dan dia memusnahkan video itu. Mereka hanya diam membisu mulai dari tempat Luke sampai dalam pesawat dan sampai mengantar Reva pulang ke rumahnya.

" Kamu tidak turun dulu?" tanya Reva.

" Tidak!" jawab Andra. Lalu dia berlalu dari hadapan Reva, membuat Reva sedih dan menangis. Reva segera mandi dan membersihkan tubuhnya, dia menggosok-gosok seluruh tubuhnya hingga perih. Dia merasa jijik dengan tubuhnya yang telah disentuh oleh Luke. Reva membaringkan tubuhnya dan meringkuk seperti bayi.

Wina bersiap-siap untuk berangkat ke Negara L, dia telah memasukkan beberapa barangnya ke dalam koper.

" Sudah, siap, sayang?" tanya Ben pada putri semata wayangnya.

" Sudah, Pa!" jawab Wina.

" Papa semalam ditelpon ibu angkatmu kalo dia saat ini ada di sana!" kata Ben.

" Benarkah? Sudah lama sekali aku nggak ketemu mom!" kata Wina sumringah.

" Dia juga rindu sama kamu katanya!" kata Ben.

" Jangan bikin malu mama kalo ketemu dia!" kata Manda.

" Apa'an, sih, ma! Mom kan selalu sayang sama aku!" kata Wina dengan tersenyum.

" Kamu tuh anak mama ato anak dia, sih? Jangan-jangan papamu dulu selingkuh sama dia dan menghasilkan kamu!" kata Manda kesal.

" Mama apa'an, sih? Masa iya papa selingkuh yang hamil mama! Ada-ada aja, deh!" kata Wina cemberut. Wina paling nggak suka jika ada yang mengatakan papanya pebinor, karena papanya adalah pria paling setia di dunia.

" Iya! Iya! Mama cuma bercanda!" kata Manda kecut.

" Papa sama mama nggak usah nganter, ya! Biar Leo yang kesini!" kata Wina dengan wajah sedih.

" Iya!" jawab Ben.

" Mama ke bawah dulu!" kata Manda langsung meninggalkan mereka. Wina tahu jika mamanya itu pasti menangis, karena mereka tidak pernah sekalipun berjauhan.

" Biar papa nanti yang menghibur mamamu!" kata Ben memeluk putrinya.

" Pa! Wina bisa minta satu hal lagi?" tanya Wina.

" Ya, sayang!" jawab Ben.

" Tolong jangan beritahu siapapun kemana Wina pergi!" kata Wina.

" Kenapa?" tanya Ben heran.

" Wina ingin fokus dengan pendidikan Wina!" kata Wina.

" Baiklah! Kata Ben.

" Thanks, Pa! You're the best! Wina pergi, Pa!" kata Wian memeluk papanya lalu mencium pipinya. Wina pergi bersama Leo yang telah menunggunya di ruang tamu. Leo adalah sepupu dari temannya kuliah, mereka bertemu saat di rumah temannya dan kebetulan Leo saat ini adalah seorang mahasiswa jurusan bisnis di salah satu kampus di LA. Sudah sebulan ini mereka sering melakukan telpon kadang juga VC hanya untuk bertukar pikiran atau bercanda.

Revan duduk di balkon rumahnya, setelah melakukan olahraga di ruang fitness yang ada dirumahnya. Diraihnya ponselnya untuk menghubungi seseorang, Revan baru saja datang dari Negara Y karena disuruh Valen mewakili dirinya menghadiri peresmian sebuah gedung mewah disana. Gue kangen lo Win! Apa yang lo lakuin ke gue sampe gue seperti ini? batin Revan.

Dia teringat saat sedang menikmati pesta peresmian itu, dia di dekati oleh putri dari pemilik gedung yang sangat cantik dan seksi. Saat itu Revan sedang berdiri di luar balkon dan menikmati minumannya.

" Hai!" sapa gadis itu.

" Hai!" jawab Revan lalu menatap gadis yang menyapanya. Wow! Sempurna! batin Revan, dia menatap gadis itu dari atas hingga ke bawah. Dasar playboy! Tu mata ngga pernah disekolahin kali, ya! Main jelalatan aja.

" Aku Gina!" kata Gina.

" Aku..."

" Revan Varel Abiseka!" sahut gadis itu.

" Wow! Apa aku seterkenal itu?" kata Revan bangga dan sombong.

" Siapa yang tidak kenal kamu? Tampan, kaya, seksi!" kata Gina tanpa malu.

" Aku anggap itu sebagai pujian!" kata Revan.

" Aku Gina Andrean! Anak pemilik gedung ini! Papa kita berkawan baik!" kata Gina.

" O, ya? Sebaik apa?" tanya Revan dengan nada menggoda.

" Temui aku 10 menit disini!" kata Gina memberikan sebuah key card pada Revan, lalu berjalan menjauhi Revan sambil mengerlingkan sebelah matanya.