Chereads / Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 88 - 3 Bersaudara

Chapter 88 - 3 Bersaudara

" Sakit, Baby!" kata orang itu.

" Biar saja! Itu tangan dikondisikan!" kata Reva tersenyum kesal. Xixixix...gimana ya tersenyum kesal itu? Hmmm....

" Kamu sangat cantik malam ini!" kata Valmont menatap Reva dengan intens.

" Gue selalu cantik!" kata Reva tersenyum.

" Ya! Dan aku selalu mencintaimu!" kata Valmont lagi.

" Sudah! Jangan membuatku risih!" jawab Reva.

" Tapi aku tidak suka dengan model pakaianmu, baby!" kata Valmont.

" Kenapa memangnya?" tanya Reva.

" Terlalu memamerkan tubuhmu, baby! Dan aku tidak suka melihat mata mereka berkeliaran diatas tubuhmu!" kata Valmont kesal.

" Banyak juga yang lebih seksi!" kata Reva membela diri.

" Menikahlah denganku, Baby!" kata Valmont dengan wajah memelas.

" Lo terlambat! Tunangan gue udah ngelamar gue tadi pagi!" kata Reva tersenyum melihat wajah memohon sepupunya.

" Bohong!" kata Valmont tidak percaya.

" Serius! Bulan depan kita akan nikah!" kata Reva. Valmont memeluk pinggang Reva dan menatap sedih pada Reva.

" Batalkan! Aku akan menjadikan kamu wanita paling bahagia di muka bumi ini!" rayu Valmont.

" Bagaimana dengan Lucy, Vee?" tanya Reva menoel ujung hidung Valmont, membuat Valmont melepaskan pelukannya dan berdecak kesal.

" Ckk! Jangan sebut namanya! Aku nggak suka! Dia membuatmu menjauhiku!" kata Valmonyt.

" Dia sangat mencintai lo, Vee!" kata Reva dengan suara lembut.

" Tapi aku mencintaimu sejak aku melihatmu, Baby!" kata Valmont kembali memeluk pinggang Reva.

" Aku ingin sekali membuatmu bahagia dan tersenyum setiap saat!" rayu Valmont.

" Tapi aku mencintai Andra, Vee!" kata Reva mengacak rambut Valmont.

" Ah! Kamu merusak rambutku! Give me your lib!" pinta Valmont. Reva mengecup pipi Valmont lembut.

" No! I want your deep kiss, baby!" pinta Valmont yang gemas dengan tingkah menggoda Reva.

" Kamu tegang Vee! Pergilah cari lobang!" kata Reva yang bisa merasakan pusaka Valmont menegang dan mendesak perutnya.

" Lepaskan tangan kotor lo dari kakak gue, brengsek!" tiba-tiba seseorang masuk dan berteriak pada Valmont.

" Ckk! Serangga pengganggu datang!" kata Valmont melepas pelukannya sebelum terjadi perkelahian.

" Rel!" sapa Reva pada adik semata wayangnya.

" Jangan terlalu lugu jadi wanita, kak! Semua laki-laki itu brengsek!" kata Revan.

" Termasuk lo!" kata Valmont.

" Jaga mulut lo!" kata Revan.

" Hey! Kalian bersaudara!" kata Reva kesal.

" Lo juga! Udah jadi tunangan orang, masih aja mau dipeluk-peluk!" kata Revan pada Reva.

" Kami sepupu, Rel! Gue cuma nganggap dia itu, nggak lebih!" kata Reva.

" Lo denger kan pa kata kakak gue!" kata Revan pada Valmont.

" Kita bicara lagi lain kali! Kalo nggak ada serangga pengganggu didekat kita!" kata Valmont mencium pipi Reva dan pergi begitu saja.

" Lo tu yang serangga! Dasar lalat!" kata Revan.

" Rel!" ucap Reva.

" Ngapain juga ngeladenin dia, sih?" tanya Revan yang duduk di sofa dan meraih minuman.

" Dia adalah anak angkat papa! Saudara angkat kita!" kata Reva.

" Males banget punya sodara kayak dia! Sumpah!" kata Revan.

" Kapan lo dateng?" tanya Reva.

" Baru aja! Nggak ada Sexy Dancernya nih?" tanya Revan.

" Ckk! Kenapa pria gampang sekali memasukkan pusakanya di banyak lobang!" kata Reva kesal mendengar pertanyaan adiknya yang masih kuliah.

" Kayak Andra nggak aja!" kata Revan.

" Jangan samain dia sama lo!" kata Reva nggak terima.

" Lo yakin banget dia main sama lo doang?" kata Revan membuat hati Reva ragu.

" Gue yakin!" kata Reva dengan sedikit tegas.

" Wajah lo nggak memperlihatkan keyakinan lo!" kata Revan.

" Gue cabut!" kata Reva.

" Cepet banget, masih jam 9 ini!" kata Revan.

" Gue udah sedikit pusing!" kata Reva, karena tanpa disadari, dia telah minum beberapa gelas bir.

" Sekretaris lo mana?" tanya Revan.

" Jangan main-main sama Sinta! Ato gue akan bilang sama papa!" ancam Reva.

" Sadis banget lo, Kak! Cuma semalam aja!" kata Revan.

" Telpon aja pacar lo!" kata Reva lalu pergi meninggalkan adiknya. Reva berjalan membawa gelas birnya. Pandangannya turun pada sosok gadis yang sedang melantai dengan sorang laki-laki.

" Wina?" ucap Revan terkejut.

" Siapa laki-laki itu?" tanya Revan ambigu. Tanpa disadarinya tangannya terkepal sempurna, ada rasa amarah dalam dadanya, seakan tidak terima melihat Wina bersama laki-laki lain. Wajah Revan menggelap, dia meraih ponselnya dan menekan nomor Wina. Sayangnya suara ponsel Wina tidak lebih keras dari suara musik yang di keluarkan oleh club tersebut. Revan lalu menghubungi seseorang, beberapa menit kemudian Wina di datangi 2 orang pria berjas dan berbicara dengan Wina. Wina melihat ke arah Revan yang ada di lantai 2. Revan? Kenapa dia disini? Bukannya dia ada di tempat Karin? batin Wina.

" Leo! I have to leave you first!" kata Wina pada Leo, teman penanya.

" What?' tanya Leo tidak bisa mendengarkan suara Wina. Terpaksa Wina mendekatkan bibirnya ke telinga Leo dan semua itu tidak lepas dari tatapan tajam Revan yang menahan amarah di dalam dadanya. Sial! Apa yang dia lakukan? Berani-beraninya dia mencium laki-laki itu didepan gue! batin Revan yang melihat Wina seakan mencium Leo.

" O, Ok! Be carefull!" kata Leo. Wina mengikuti langkah kedua pria itu, sementara Revan duduk di sofa dan menekan tombol sehingga tirai di kaca tertutup. Dia menegak minumannya hingga habis dan menuangkannya lagi. Hatinya sangat kesal akibat apa yang dilakukan Wina di bawah tadi. Pintu terbuka dan Wina masuk ke dalam.

" Kunci!" kata Revan, Wina mengunci pintu itu dengan patuh.

" Kemari!" perintah Revan. Wina berjalan mendekati Revan dan berdiri di depannya. Revan menatap gadis dihadapannya itu dengan tatapan tidak suka. Malam ini Wina memakai gaun off shoulder dengan belahan pinggir yang sangat panjang hingga memperlihatkan pahanya, seperti Reva.

" Kenapa lo memakai pakaian seperti itu?" tanya Revan sambil meminum minumannya.

" Aku diundang ke pesta!" jawab Wina.

" Apa lo memang ingin semua laki-laki disini menikmati tubuh lo?" tanya Revan sedikit naik.

" Banyak yang memakai pakaian seksi dan lebih terbuka!" jawab Wina. Revan tidak bisa membalas ucapan Wina karena nyatanya memang banyak yang lebih terbuka.

" Siapa laki-laki itu?" tanya Revan. Ting! Akhirnya apa yang ada di hati Wina keluar juga di mulut Revan.

" Teman!" jawab Wina.

" Apa dia pernah menyentuh lo?" tanya Revan sinis.

" Kalo niat lo mau menyakiti hatiku, kamu telah berhasil, Van!" jawab Wina.

" Puaskan gue!" kata Revan sambil membuka celana jeansnya. Ternyata pusakanya telah tegang melihat keseksian Wina. Wina terkejut dan menelan salivanya, dia begitu mendambakan milik Revan. Entah dia sudah gila atau apa, tapi dia selalu menyukai milik laki-laki brengsek itu. Dengan perlahan Wina mendekati Revan dan bersimpuh diantara kedua kaki Revan.

Reva pulang setelah pamit kepada Marsha, dia pulang ke penthouse milik Andra. Apa benar yang dikatakan Varel? Apa Andra pria macam itu? Ah! Pengusaha tetaplah pengusaha, dia tidak akan menyentuhku jika dia tidak biasa melakukannya! batin Reva. Pertahanan Reva sepertinya sedikit goyah, kepercayaannya pada Andra sedikit luntur hanya karena perkataan Revan tadi di ruang VVIP. Reva menatap keluar jendela mobil, melihat jalanan yang masih ramai oleh kendaraan.