Chereads / Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 82 - Pameran Buku

Chapter 82 - Pameran Buku

Pameran buku itu sengaja di buka selama sebulan penuh di sebuah toko buku ternama di kota XX di negara X, agar masyarakat yang bekerja di hari biasa bisa meluangkan waktunya saat libur untuk pergi kesana. Pameran ini adalah pameran yang langka, karena hanya ada setahun sekali dan banyak yang menunggu-nunggu moment ini. Para penggemar buku dari berbagai belahan dunia akan datang meluangkan waktunya hanya demi bisa menikmati pameran ini. Karena pengarang buku ini hanya menampilkan karya-karyanya sekali dalam setahun.

Seorang wanita cantik dengan rambut ikal hitam sebahu masuk ke dalam ruang pameran bersama dengan 2 orang wanita lain. Wanita itu sangat cantik dan lembut, sedangkan kedua wanita yang lain kemungkinan adalah asistennya.

" Apa kita bisa ketemu sama pengarangnya, Bos?" tanya teman wanita itu.

" Entahlah! Coba saja tanya pada pria yang sedang berdiri di dekat meja itu!" kata wanita itu menunjuk seorang pria yang sedang berbicara dengan beberapa orang yang sedang bertanya padanya.

" Gimana kalau kita keliling dulu? Untuk melihat-lihat isi galeri ini!" kata yang lain.

" Ok!" jawab wanita itu. Mereka berjalan-jalan sambil melihat beberapa lukisan di dinding dan juga buku-buku dibawah lukisan tersebut.

" Sepertinya disamping menulis buku, dia seorang pelukis juga!" ucap 2 orang pasangan yang sedang melihat salah satu karya Lunar.

" Sepertinya begitu, dia pasti sangat cantik sesuai dengan namanya!" kata pasangan itu.

" Sayang sekali dia tidak pernah mau muncul di depan publik!" kata mereka lagi.

" Apa mungkin dia jelek atau cacat?" tanya salah satu pasangan.

" Mungkin juga!" jawab yang lain.

Ketiga wanita itu berjalan lagi sambil melihat-lihat, tiba-tiba wanita berambut ikal itu berhenti di depan sebuah lukisan. Kedua temannya tidak menyadari hal itu dan terus saja berjalan. Lukisan ini sangat lembut dan romantis! batin wanita itu. Dia mengamati lukisan itu dengan sangat teliti. Lukisan itu adalah sebuah lukisan dengan gambar seorang pria yang hanya terlihat punggungnya saja, dia berdiri di tepi pantai sambil memegang sebuah pensil dan dibawah kakinya ada sebuah kertas. Tidak semua orang menyadari hal itu atau dapat melihatnya, karena pencil dan kertas yang tersamarkan dengan pasir dan bayangan.

" Kamu menyukainya?" tanya seseorang di belakang wanita itu.

" Jangan berputar!" kata orang itu dan wanita itu tetap diam ditempatnya.

" Iya!" jawabnya.

" Apa yang kau lihat?" tanya orang itu dengan suara beratnya. Kenapa pria ini sangat ingin tahu pendapatku? batin wanita itu.

" Seorang penulis sedang berdiri di tepi pantai!" jawab wanita itu.

" Kenapa kamu begitu yakin?" tanya wanita itu.

" Karena itu yang saya lihat!" jawab wanita itu.

" Bos!" teriak salah satu temannya. Wanita berambut hitam itu menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

" Apa ada yang menarik disitu?" tanya temannya.

" Aku cuma ngobrol sama..." ucap wanita itu, dia terkejut karena saat memutar tubuhnya orang yang mengajaknya berbicara tidak ada.

" Ngobrol sama siapa, Bos?" tanya temannya.

" Tadi ada seorang pria dibelakangku! Tapi kok..."

" Maaf, Bos! Tapi dari tadi nggak ada siapa-siapa disini!" kata temannya. Wanita itu yakin sekali jika dia tadi memang sedang berbicara dengan seorang pria.

" Sudahlah, Bos! Ayo kita kembali ke tempat tadi!" kata temannya. Wanita itu masih terngiang suara berat pria itu.

" Kamu jadi ambil yang itu?" tanya wanita itu.

" Iya, Bos! Kata teman saya ceritanya bagus!" jawab temannya. Wanita itu mengambil sebuah buku yang berjudul " CINTA GILAMU " dan memberikannya ke kasir untuk dibayar.

" Apa ini mau dibayar sendiri-sendiri atau jadi satu?" tanya kasir toko tersebut.

" Jadi satu saja, mbak!" kata wanita itu, lalu kasir tersebut menscan barcode yang ada di bagian belakang buku.

" Semua 50 dollar!" kata kasir itu.

" Apa nggak salah, mbak?" tanya wanita itu, yang tadi telah menghitung harga buku-buku itu.

" Tidak mbak! Karena ada disc yang diberikan!" kata kasir itu.

" O, gitu! Ok!" kata wanita itu lalu mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam miliknya dan memberikannya pada kasir itu. Kasir itu terkejut melihat kartu hitam yang dikeluarkan wanita itu, begitupun orang-orang yang ada di dekatnya. Tapi wanita itu hanya diam saja dan mengambil kembali kartunya setelah diserahkan oleh kasir itu.

" Terima kasih, Mbak Revalina!" kata kasir itu menganggukkan kepalanya dan menunduk.

" Sama-sama, mbak!" jawab Reva dengan tersenyum. Lalu Reva keluar dari toko dan langsung dijemput oleh 2 buah mobil Range Rover Sport. Seorang pria dengan jas hitam membukakan pintu untuk Reva dan teman-temannya. Lalu Reva masuk ke dalam mobil tersebut dan pria itu menutupnya dengan pelan.

Reva sudah terbiasa dengan pria-pria berjas hitam anak buah papanya, karena sejak dia kecil papanya selalu memberikan pengawal untuk menjaganya. Dia tidak keberatan dengan aksi papanya itu, karena dia tahu jika itu bentuk dari perasaan cintanya pada Reva.

" Nona! Bos menelpon!" kata Anzel sopir pribadinya.

" Turn on!" kata Reva.

" Papa!" sapa Reva saat melihat wajah papanya di layar yang tergantung di atap mobil.

" Sayang! Bagaimana pamerannya?" tanya papa Reva.

" Ramai, pa!" jawab Reva.

" Papa lusa mau kesana, sayang! Kamu dibawakan apa?" tanya papanya.

" Gak ada, Pa! Mama mana?" tanya Reva.

" Eee...anu...mamamu..."

" Daaa, Pa!" kata Reva lalu mematikan panggilannya dan tersenyum sendiri.

" Apa Bos besar akan datang?" tanya temannya.

" Iya, Sin! Kamu siapkan materi untuk seminar besok!" kata Reva. Dia tahu jika papanya sudah bicara gugup seperti itu, pasti mereka sedang di kamar dan mamanya sedang tertidur karena kelelahan.

" Bos besar sudah kepala 5 masih ganteng aja, Bos!" kata Sinta.

" Papa memang rajin sekali olahraga!" kata Reva.

" Pantes aja selalu kelihatan awet muda!" kata temannya lagi. Reva sangat bangga terhadap papanya, dia sangat mengagumi sosok pria itu. Reva sangat dekat dengan papanya dan sangat dimanjakan oleh papanya.

Sementara itu di negara S dikota SS, seorang pria mematikan panggilan ponselnya dan melihat sosok wanita setengah baya sedang tertidur dalam keadaan toples. Pria itu mendekati wanita itu dan memeluknya dari belakang.

" Sayang! Jangan ganggu aku! Aku capek sekali!" gumam wanita itu dengan mata tertutup.

" Baru juga 2x sayang! Biasanya juga nambah sampai pagi!" goda pria itu.

" Aku tidak muda lagi, sayang! Aku sudah pernah mengandung 3 anak! Dan usiaku hampir setengah abad!" kata wanita itu.

" Tapi bagiku kamu masih yang terbaik dan tererotis, sayang!" bisik pria itu.

" Valentino Abiseka! Kondisikan mulutmu itu!" teriak wanita itu dengan kesal karena otak mesum suaminya.

" Astaga! Iya, Nyonya Abiseka! Apa kamu tidak malu dilihat putrimu?" ucap Valen. Seketika Tata membuka matanya dan duduk sambil melihat ke arah pintu.

" Hahahaha! Kamu lucu sekali, sayang!" tawa Valen dengan memegangi perutnya.

" Kamu jahat, sayang! Aku'kan sangat kangen sama Reva!" rajuk Tata dengan bibir dimonyongkan.

" Jangan seperti itru, sayang! Kau akan membuat bangun dia!" kata Valen yang selalu gemas dengan bibir istrinya.

" Biar saja! Kamu bilang kita akan berangkat tadi pagi, tapi kamu bohong!" kata Tata kesal.

" Maaf, sayang! Aku tidak bisa menahan dia!" kata Valen mendekati istrinya dan memeluknya dengan mesra.