Chereads / Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 80 - Bersama

Chapter 80 - Bersama

" Maafkan aku sayang! Aku hanya ingin memberimu pelajaran sedikit! Karena kamu berani menceraikan aku!" kata Valen membelai lembut rambut wanitanya.

" Maafkan aku! Aku hanya marah karena aku pikir kamu kecewa padaku tentang keguguranku!" kata Tata terisak.

" Tentu saja tidak sayang! Mana mungkin aku seperti itu! Itu bukan salahmu! Itu takdir Tuhan!" jawab Valen.

" Tapi kamu hanya diam tanpa melihatku!" kata Tata sedih.

" Maaf, sayang! Saat itu perusahaanku di Negara S sedang kacau, jadi aku harus segera pergi!" kata Valen yang merasa bodoh karena tidak memberitahu Tata tentang kepergiannya.

" Berjanjilah kamu akan selalu disisiku!" kata Tata menatap suaminya penuh cinta.

" Tentu sayang! Aku berjanji!" balas Valen lalu mengecup kening istrinya.

" Aku mencintamu Valentino Abiseka!" kata Tata tegas dan lembut.

" Aku lebih mencintaimu Renata Wardani Abiseka!" balas Valen lembut, lalu menatap wajah Tata dan mencium bibir Tata...Hoek! Hoek! Tata berlari ke kamar mandi dan memuntahkan sarapannya di dalam closet. Valen langsung bangun dan berlari toples ke arah Tata.

" Kamu kenapa sayang?" tanya Valen sambil memijit-mijit tengkuk Tata.

" Pergilah, sayang! Kamu bau sekali!" kata Tata. Valen terkejut mendengar perkataan Tata. Diciumnya tubuhnya, tidak ada yang bau, hanya bau parfumnya dan Tata yang bercampur keringat.

" Apa kamu yakin aku bau, sayang!" tanya Valen heran.

" Iya! Pergilah!" kata Tata. Setelah Valen pergi, Tata tidak lagi merasa mual diperutnya. Valen telah memakai pakaiannya dan Tata langsung mandi setelah muntah-muntah. Beberapa saat kemudian Tata keluar memakai piyama mandi, Valen mendekati istrinya itu.

" Kau baik-baik saja?" tanya Valen.

" Iya! Mandilah!" kata Tata kemudian dia mengganti pakaiannya dengan yang dipakainya tadi. Valen keluar dari kamar mandi beberapa menit kemudian dan melihat Tata memakai pakaiannya kembali.

" Lepaskan pakaianmu! Ganti dengan yang lain!" kata Valen ketus.

" Kenapa?" tanya Tata heran.

" Aku tidak suka mata pegawai laki-lakimu jelalatan menatapmu penuh gairah!" kata Valen sebel. Tata tersenyum melihat tingkah mantan suami...eh salah! suaminya itu.

" Kamu cemburu?" tanya Tata.

" Aku akan memecat mereka semua!" kata Valen tegas.

" Sayang! Aku hanya memiliki sedikit pegawai laki-laki!" kata Tata merayu.

" Kalau perlu mereka semua diganti dengan pegawai wanita!" kata Valen kesal. Tata mengecup pipi suaminya dan menggigit telinganya pelan.

" Terserah kamu saja, sayang!" kata Tata manja.

" Jangan menggodaku!" kata Valen.

" Aku tidak menggodamu, sayang!" kata Tata masih dengan suara manjanya.

" Apa semalam masih kurang?" ganti Valen menggoda Tata. Tata langsung menjauh dan menggelengkan kepalanya, dia bergidik membayangkan keganasan Valen semalam. Tata langsung mengganti pakaiannya dan memakaikan dasi Valen yang telah memakai pakaiannya. Valen akan mendekati bibir Tata dan...Hoek! Hoek! Tata kembali berlari ke kamar mandi.

" Kita ke dokter!" kata Valen mendekati Tata.

" Nggak usah, sayang! Ini pasti masuk angin dan kecapekan!" kata Tata.

" Tapi wajahmu pucat sayang!" kata Valen yang melihat wajah Tata memang sedikit putih,

" Aku akan istirahat sebentar!" kata Tata lemas.

" Baiklah! Jika kamu masih muntah, kita langsung ke dokter!" kata Valen yang menggendong Tata keluar kamar mandi.

" Iya, sayang!" jawab Tata, dia membaringkan tubuh Tata ke atas ranjang lalu menutup tubuh Tata dengan selimut hingga sebatas dada.

" Tidurlah!" kata Valen.

" Tunggulah aku sampai tertidur!" kata Tata.

" Iya!" jawab Valen. Valen mengecup kening Tata lalu keluar dari kamar saat Tata sudah tertidur pulas.

Hoek! Hoek! Tata kembali muntah saat akan bercumbu dengan Valen. Valen yang takut terjadi sesuatu dengan Tata, langsung menelpon Gerry.

- " Halo, Bro!" -

" Lama banget! Lo dimana?"

- " Gue lagi asyik lo main telpon aja!" -

" Gue mau lo kerumah gue sekarang!"

- " Ada apa?" -

" Periksa istri gue!"

- " Tunggu 3 jam lagi!" -

" Sekarang!"

- " Nanggung, Bro!" -

" Sekarang ato gue bilang mama lo kalo lo punya simpenan!"

- " Sialan lo! Males gue kalo udah main ancem-ancem gitu!" -

" Cepet!"

Gerry ngomel-ngomel karena diancam oleh Valen.

" Sayang! Aku menunggumu!" panggil seorang wanita dari dalam kamar Gerry.

" Iya, sayang!" jawab Gerry. Gerry terpaksa bohong saat menjelaskan pada kekasihnya jika dia ada panggilan mendadak di RS. Dia membersihkan tubuhnya di kamar mandi lalu memakai pakaiannya.

" Aku janji kita akan pergi ke pantai selama yang kau mau sayang!" kata Gerry merayu.

" Baiklah! Kamu harus janji!" kata kekasihnya.

" Iya!" jawab Gerry lalu pergi meninggalkan kekasihnya.

Tata terbaring lemah karena muntah-muntah di ranjangnya, sementara Valen, mami dan papi duduk di sofa di kamar Valen.

" Malem, Om! Tante!" sapa Gerry.

" Malem nak Gerry!" jawab papi Tata.

" Cepat periksa istriku!" kata Valen.

" Tolong keluar semua!" kata Gerry.

" Mau apa, lo?" tanya Valen curiga.

" Gue akan memeriksa istri lo, Len! Kalo lo disini, gue akan gugup dan nggak bisa meriksa dia dengan tenang!" jawab Gerry.

" Ayo, kita keluar dulu, nak!" ajak papi Tata. Gerry memeriksa Tata setelah semua keluar dari kamar Tata.

" Kapan kamu terakhir kali menstruasi?" tanya Gerry.

" Entah! Sebulan ato dua bulan yang lalu!" jawab Tata. Gerry tersenyum.

" Apa gue..."

" Iya! Selamat, ya! Kali ini lo harus jaga dengan baik!" kata Gerry.

" Trima kasih, Ger! Gue janji!" jawab Tata. Kemudian Gerry memasukkan alat medisnya ke dalam tas kerjanya dan membuka pintu kamar Tata.

" Bagaimana?" tanya Valen.

" Reva pasti seneng karena akan punya adik!" kata Gerry.

" Apa? Lo..Dia...Serius? Beneran? Lo nggak bohong?"

" Iya! Selamat, Bro!" kata Gerry.

" Sayang! Kita akan punya anak lagi?" kata Valen mengecup kening istrinya.

Hoek! Hoek! Tata bangun dan pergi ke wastafel di dalam kamar mandi.

" Ger! Lo gimana, sih? Kok, istri gue masih muntah-muntah?' tanya Valen dengan wajah marah.

" Sepertinya anak lo nggak mau lo cium ato mungkin dia anti sama bau lo!" kata Gerry menahan tawanya.

" Mungkin Gerry benar sayang!" kata Tata yang bersandar di pintu kamar mandi.

" Nggak mungkin sayang!" kata Valen.

" Iya, sayang! Aku tidak tahan baumu dan ciumanmu!" kata tata. Valen mencoba mencium Tata dan benar saja, Tata langsung merasa mual.

" Astaga! Apa gue harus puasa selama 9 bulan?" tanya Valen frustasi.

" Hush! Malu ada mertua!" kata Gerry. Valen menoleh kepada mertuanya yang tersenyum.

" Mi! Pi! Mami sama papi akan punya cucu lagi!" kata Valen.

" Iya, nak! Selamat, ya, sayang!" ucap mami Tata lalu mencium kening putrinya yang telah keluar dari kamar mandi dan berbaring di ranjangnya.

" Semoga kali ini dia akan selamat dan sehat!" kata mami Tata.

" Mamaaaaa!" panggil Reva yang terbangun dari tidurnya. Valen menggendong putrinya itu dan meletakkannya dekat Tata.

" Reva seneng nggak kalo punya adik?" tanya Valen.

" Bener, pa? Nggak bohong lagi?" tanya Reva.

" Mudah-mudahan nggak sayang!" kata Valen.

" Horeeeee! Reva punya adik benerannn!" teriak Reva. Mereka semua tertawa melihat tingkah lucu Reva. Akhirnya mereka bisa bersama selamanya saling mencintai dan menyayangi tanpa ada salah paham lagi.

-------------------------- The End ---------------------------