Valen duduk di meja kerjanya dan membaca dokumen yang diserahkan oleh Ben, dia mengerutkan keningnya lalu wajahnya berubah menjadi gelap.
" Brengsek!" umpat Valen.
" Ada apa, Bos?" tanya Valen.
" Orang-orang yang menarik sahamnya dari perusahaan kita ternyata semua adalah anak buah dari Tiger! Dan kamu tahu yang bikin perusahaan menurun?" kata Valen.
" Apa, Bos!" tanya Ben karena dia tidak menemukan hubungan apapun dengan Black Eagle.
" Ternyata Black Eagle adalah adik yang lama hilang dari Tiger!" kata Valen. Dia berdiri dan langsung meraih jasnya.
" Kita pergi menemui, Om Gabriel!" kata Valen. Lalu mereka telah ada di jalanan dan Valen dengan perasaan amarah mengepalkan tangannya. Dia memang memiliki pengalaman tidak menyenangkan dengan Tiger.
Sementara itu di apartement Tata, Tata sedang duduk di balkon kamarnya dan menatap ke depan. Apakah kamu benar-benar telah meninggalkan kami? Bahkan sejak kemarin kamu tidak berbicara sepatah katapun padaku! batin Tata. Tata mneteskan airmatanya untuk yang kesekian kalinya. Akhirnya dia bertekad untuk melakukan sesuatu, dia pergi keluar kamarnya dan menemui mama mertuanya.
" Ma!" sapa Tata saat melihat mertuanya itu sedang memasak makan siang.
" Ya?" tanya mama Valen.
" Apa mama akan tinggal disini?" tanya Tata.
" Kenapa, Ta? Kamu mengusir mama?" tanya mama Valen bercanda.
" Tidak, ma! Bukan maksudku seperti itu, aku..."
" Iya, Ta! Mama tahu! Mama hanya bercanda!" kata mama Valen sambil tersenyum. Tata langsung merasa lega, karena dia tidak mau jika mama Valen mengira dia tidak suka jika tinggal disini.
" Ada apa? Bilang saja sama mama!" kata mama Valen.
" Emm...itu! Aku....ingin pergi ke rumah mami!" kata Tata.
" Tentu saja kamu boleh pergi kesana! Kan mereka orang tuamu juga!" kata mama Valen.
" Mama gimana?" tanya Tata.
" Mama akan tinggal di apartement Valen saja!" jawab mama Valen. Tata tersenyum dan lega mendengar ucapan mama Valen.
" Kapan kamu akan kesana?" tanya mama Valen.
" Kalo nggak lusa mungkin 3 hari lagi, ma! Setelah aku menyelesaikan semua urusan di perusahaan!" kata Tata.
" Apa kamu sudah memberitahu Valen?" tanya mama Valen. Deg! Tata bingung harus bicara apa, tapi kemudian dia dengan tenang menjawab pertanyaan itu.
" Sudah, ma! Bahkan dia akan menyusulku kesana jika urusannya telah selesai!" jawab Tata tegas. Walau sebenarnya hatinya terasa sakit dengan segala apa yang diucapkannya.
" Baguslah! Dia pasti akan secepatnya menyelesaikan urusannya dan kemudian mengurus kamu!" kata mama Valen dengan nada sedih. Dia jadi teringat dengan hubungannya dengan mantan suaminya yang sekarang entah dimana. Tata yang melihat kesedihan pada wajah mertuanya, menyimpulkan jika Valen memang akan meninggalkannya dan telah mengatakannya pada mama mertuanya. Hati Tata bertambah sakit dan matanya sedikit berkunang-kunang, tapi dia menahan semua itu. Tidak! Aku tidak boleh terlihat lemah! Aku harus kuat! Aku akan mengurus sendiri Reva dan mengajukan perceraian sebelum dia mendahuluiku! batin Tata. Kemudian Tata pergi ke perusahaannya dan menyelesaikan semua urusannya.
" Bu Tata!" kata Merry.
" Ya?" ucap Tata saat dia sedang memeriksa beberapa dokumen.
" Ada Pak Fero yang ingin bertemu dengan Bu Tata!" kata Merry. Fero? Mau apa lagi dia? Aku ingin tahu apa maunya! batin Tata.
" Suruh dia masuk!" kata Tata. Kemudian Merry keluar dan masuk lagi bersama dengan Fero.
" Hai! Apa kabar!" ucap Fero dengan senyumnya yang bisa meruntuhkan hati para wanita.
" Apa ada yang bisa gue bantu?" tanya Tata santai.
" Ka...lo nggak akan suruh gue duduk?" tanya Fero.
" Silahkan duduk!" kata Tata. Fero duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Tata.
" Aku...Gue mau minta maaf atas semua kelakuan gue!" ucap Fero.
" Udah gue maafin!" jawab Tata tegas.
" Apa lo sudah baik?" tanya Fero.
" Gue baik-baik saja!" ucap Tata.
" Baguslah! Gue harap kalian akan bisa punya anak lagi!" kata Fero. Tata terkejut mendengar ucapan Fero.
" Darimana lo tahu kalo gue keguguran?" tanya Tata.
" Apa suami lo nggak bilang?" tanya Fero kaget.
" Bilang apa?" tanya Tata.
" Kalo gue yang donorin darah buat lo?" ucap Fero, seketika hati Tata kecewa, entah apa yang menyebabkan kekecewaan itu, apakah karena Fero yang memberikan darahnya atau karena Valen yang tidak memberitahu dia jika Fero yang telah menolongnya.
" Terima kasih! Apa yang lo inginkan sebagai imbalannya!" tanya Tata. Fero kaget mendengar pertanyaan Tata, dia merasa Tata telah menghina harga dirinya.
" Gue tahu lo benci sama gue! Tapi apakah serendah itu gue dimata lo?" ucap Fero, lalu dia berdiri dan melangkah pergi.
" Fero, stop! Maaf! Gue nggak bermaksud untuk bicara seperti itu!" kata Tata. Fero menghentikan langkah kakinya dan berbalik menatap Tata.
" Gue tulus nolongin lo, Ta! Bagaimanapun lo pernah ngisi hati gue!" ucap Fero.
" Ok! Sekarang apa maksud lo datang? Gue nggak percaya kalo lo kesini hanya untuk minta maaf!" kata Tata.
" Gue tahu kalo lo pasti nggak akan percaya! Gue hanya ingin kerjasama kita tetap berlanjut!" kata Fero.
" Alasannya?" tanya Tata.
" Gue hanya tidak ingin kehilangan salah satu relasi gue aja!" kata Fero.
" Ayolah, Fer! Gue tahu lo! Apa mau lo?" tanya Tata.
" Gue mau kita kerjasama dalam proyek Mr. Hito di jepang!" kata Fero.
" Gue udah ngira!" kata Tata.
" Ayolah, Ta! Gue butuh lo buat ngedapetin tender itu dan lo butuh gue untuk nego dengan dia!" kata Fero. Apa yang dikatakan Fero sebenarnya adalah benar, tapi dia takut jika nanti Valen...Ah, betapa bodohnya dia, Valen telah meninggalkan mereka, apa perduli dia! batin Tata.
" Ok! Gue setuju!" kata Tata akhirnya.
Valen telah sampai di rumah Gabriel dan disambut oleh Monica di depan pintu. Sedari tadi dia mondar-mandir di depan pintu rumahnya hanya untuk menunggu kedatangan Valen.
" Val!" sapa Monica lalu memeluknya. Valen tidak enak dengan Ben dan beberapa penjaga yang melihat mereka.
" Monic! Jangan seperti ini! Kamu sudah menikah dan aku juga!" kata Valen melepas pelukannya.
" Tuan Muda!" sapa Pasco.
" Pas!" jawab Valen lalau mereka masuk dan duduk di ruang tamu. Valen sengaja duduk di kursi untuk satu orang agar Monica tidak duduk disebelahnya. Monica duduk dikursi panjang yang terdapat sebelah kanan Valen dan menatap Valen dengan pandangan sedih.
" Seandainya saja kamu menerima cintaku saat itu, maka kita pasti akan bahagia!" kata Monica.
" Kamu tahu jika aku hanya menganggapmu adikku!" kata Valen.
" Aku tidak mau! Aku sangat mencintaimu!" kata Monica.
" Monica! Apa kamu tidak mencintai Joe?" tanya Valen.
" Tidak!" kata Monica tegas.
" Lalu kenapa kamu menikahinya?" tanya Valen.
" Aku hamil karena mabuk dan bercinta dengan dia!" kata Monica menundukkan wajahnya.
" Putramu sangat lucu dan tampan! Kamu harusnya mencintai mereka berdua dengan sepenuh hatimu! Apa kamu tahu bagaimana perasaan Joe dan putramu jika melihatmu seperti ini?" tanya Valen.
" Aku tidak perduli!" jawab Monica.
" Apa kamu membenci putramu juga?" tanya Valen.
" Tidak! Aku sangat menyayanginya!" jawab Monica ketus.
" Sayangilah juga Joe! Dia pria yang baik dan tampan! Bukannya kamu suka pria tampan?" goda Valen.
" Tapi kamu sangat tampan!" jawab Monica. Dan tanpa mereka sadari, Joe dan putranya mendengar semua percakapan mereka.