Chereads / Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 49 - Kamu Dimana?

Chapter 49 - Kamu Dimana?

Tata menghubungi Valen, tapi tidak ada jawaban.

" Kamu dimana sayang? Aku butuh kamu!" ucap Tata pada dirinya sendiri.

Sekali lagi dihubunginya ponsel Valen, masih sama. Dia beralih ke nomor Ben. Berdering! Tapi tidak diangkat. Tata melalukan panggilan hingga berkali-kali, tapi tidak ada yang mengangkat.

" Arrgghhhhh!" Kenapa semua bikin keselllll?" teriak Tata. Lalu tiba-tiba perutnya terasa kram.

" Akhhhh!" teriak Tata. Di berjalan tertatih masuk ke dalam kamar dan berbaring. Dipejamkannya kedua matanya. Kenapa perutku bisa kram begini? batin Tata. Tidak lama kemudian Tata bangun setelah rasa sakitnya perlahan menghilang. Dia memesan makan siang dan menikmatinya sendirian, dengan mata berkaca-kaca. Entah kenapa beberapa hari ini moodnya sering berubah-ubah, sebentar senang, sebentar sedih sebentar marah.

" Mama!" sapa reva saat jam makan siang selesai.

" Sayang!" jawab Tata sambil tersenyum pada putrinya. Reva menghampiri mamanya yang duduk di kursi kerjanya, lalu dipangku oleh Tata. Terlihat Fero masuk ke dalam ruangan Tata bersama nanik.

" Sudah makan, anak mama?" tanya Tata.

" Sudah, ma!" jawab Reva.

" Kalo gitu Reva main dikamar lagi, ya, sama mbak nanik!" kata Tata. Reva menganggukkan kepalanya lalu pergi bersama nanik ke dalam kamar. Kamar tersebut sengaja dibuat Tata untuk dirinya jika dia merasa sedikit tidak enak badan atau mengantuk. Dengan sebuah tempat tidur dan juga dapur dan mini bar yang dilapisi juga dinding kedap suara. Setelah Nanik dan reva masuk ke dalam ruangan itu, Fero mendekati Tata dan duduk di depan Tata.

" Kita lanjut?" ucap Fero. Tata menghela nafas panjang, lalu menatap Fero.

" Kerjasama dengan kita aku akhiri sampai disini!" ucap Tata.

" Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?" tanya Fero.

" Aku hanya ingin kamu move on dengan hidupmu dan jangan lagi mengharapkan aku!" jawab Tata tegas.

" Hahaha! Apakah karena pria di penthouse itu?" ucap Fero.

" Jadi kamu sudah mendapatkan target baru?" sindir Fero.

" Apa maksud perkataan kamu?" tanya Tata denagn tatapan mata tidak suka.

" Ya! Target baru! Laki-laki yang bisa kamu ajak untuk kerjasama dan menguntungkan!" jawab Fero tajam.

" Jaga mulut kamu! Kalo kamu tidak bisa diajak bicara baik-baik, sebaiknya kita akhiri saja pembicaraan ini!" tutur Tata marah.

" Ok! Aku terima keputusanmu mengakhiri rekanan kita!" ucap Fero tiba-tiba.

" Good! Kita sudah sepakat! Dan tolong setelah ini, terserah kamu masih akan bekerja disini atau tidak!" ucap Tata lagi.

" Tidak! Aku akan menghandle perusahaan papaku yang harusnya sudah kelakukan 2 tahun yang lalu!" jawab Fero datar.

" Ada lagi?" tanya Tata yang melihat Fero masih duduk di depannya.

" Masih! Apa kita baik-baik saja?" tanya Fero menatap Tata tajam.

" Tergantung maksud kamu dengan kita itu apa?" tanya Tata.

" Kamu tahu apa yang aku maksud, Ta!" ucap Fero melembut. Tata selalu saja merasa kasihan jika Fero sudah bicara dengan lembut padanya.

" Aku tidak tahu, Fer! Jelaskan!" kata Tata tegas.

" Hubungan kita! Aku ingin menikahi kamu!" kata Fero jujur.

" Maaf, Fer! Aku tidak bisa.

" Kenapa?" tanya Fero dengan nada suara sedikit meninggi.

" Aku hanya tidak bisa teriak Tata.

" Apa yang tidak bisa?" tiba-tiba seorang pria tengah baya masuk ke dalam ruangan Tata.

" Papa?" ucap Tata.

" Halo, menantuku sayang!" sapa papa Valen.

" Kok..?"

" Lama kita nggak ketemu! Kamu sudah lama nggak ngajak Reva ke rumah!" ucap Guntur.

" Maaf, Pa! Tata sedang sibuk akhir-akhir ini!" jawab tata masih kaget dengan kedatangan mertuanya, lalu dia berjalan mendekati Guntur dan memeluknya.

" Fero!" sapa Guntur.

" Om! Apa kabar?" sapa Fero lalu berdiri dan memeluk Guntur dengan akrab. Sejak kapan mereka jadi akrab? batin Tata.

" Ta! Papa mau bicara sama kamu!" ucap Guntur lalu mereka duduk di sofa.

" Maaf, Fer! Apa kamu..."

" Biar dia disini!" sela Guntur. Tata semakin tidak mengerti dengan sikap mertuanya.

" Ok! Apa yang akan papa bicarakan?" tanya Tata.

" Sudah 2 tahun sejak kepergian Lewis, dan Papa tahu kamu membesarkan reva dengan sangat baik. Tapi papa juga tahu jika kamu masih muda dan pasti membutuhkan seorang pendamping hidup dan sosok papa bagi reva!" tutur Guntur.

" Langsung saja, pa! Nggak usah panjang lebar! Inti dari semua ini apa?" tanya Tata.

" Fero melamar kamu melewati papa!" kata Guntur tegas.

" Apa?" kata Tata kaget, dia berdiri dan memejamkan matanya sejenak.

" Jadi ini semua adalah rencana kamu untuk menjebakku?" tanya Tata pada Fero.

" Ta! Fero sangat mencintai kamu! Dan papa akan sangat bahagia jika kamu bisa menikah dengan dia!" kata Guntur dengan penuh pengharapan.

" Tidak, Pa! Tata tidak mau!" ucap Tata.

" Apa? Kamu...'

" Fero!" panggil Guntur yang melihat Fero menjadi emosi.

" Tata! Apa kamu tidak ingin membuat Reva bahagia?" tanya Guntur.

" Tapi bukan seperti ini caranya, Pa! Saya tidak mencintai Fero!" ucap Tata dan membuat Fero bagai disambar petir disiang bolong.

" Apa maksud kamu tidak mencintaiku? Apa kamu hanya ingin mempermainkanku?" teriak Fero emosi.

" Kamu yang selalu memaksaku! Aku..."

Tiba-tiba saja Tata merasa sangat pusing dan tubuhnya oleng, Tata hampier saja membentur lantai jika saja Fero tidak memegang tubuhnya.

" Ta! Tata! Bangun sayang!" panggil Fero.

" Kita bawa ke RS!" ucap Guntur.

" Saya bawa Tata, Om! Ada reva di kamar!" kata Fero Lalu membawa Tata dengan menggendongnya. Nanik dan Reva diantar pulang keapartement Tata oleh Guntur lalu dia menyusul Fero ke RS.

" Bagaimana keadaan dia, Gas?" tanya Fero pada Bagas yang merupakan sahabatnya dan juga dokter di RS itu.

" Dia hanya kelelahan saja! Sedikit stress!" kata Bagas.

" Apa perlu menginap?" tanya Fero.

" Sepertinya iya! Gue akan memeriksa darahnya, lalu dia akan dipindahkan ke ruangan!" kata Bagas.

" Thanks, Bro!" ucap Fero.

" Bagaimana, Fer?" tanya Guntur yang baru saja datang.

" Masih diambil darahnya untuk diperiksa lebih lanjut, Om!" jawab Fero sedih.

" Kamu yang sabar! Om yakin Tata akan menyetujui hubungan ini!" kata Guntur lagi.

Beberapa jam kemudian, Tata membuka matanya perlahan, dilihatnya ke sekeliling ruangan., ini bukan dikantor? batin Tata. Dilihatnya ke arah sebelah kirinya, Fero duduk didsebelahnya dan mrtuanya duduk di sofa. Tata tidak berani bergerak, karena tidak mau membangunkan Fero yang tertidur. Akhirnya Tata pura-pura tidur, dia tidak mau lagi berdebat tentang hubungannya dengan Fero. Kamu diaman, sayang? Kenapa aku tidak bisa menghubungimu? batin tata. Dimana ponsel gue? batin Tata. Dia ingin menghubungi Valen.

" Apa tidak apa-apa, Om?" tanya Fero yang terbangun saat menjelang malam.

" Apanya?" tanya Guntur.

" Sudah hampir malam tapi dia masih saja tertidur!" ucap Fero.

" Mungkin pengaruh obat!" jawab Guntur.

" Om! Apa yang akan Om lakukan jika dia tidak mau menikah dengan saya?" tanya Fero.

" Kamu tenang saja! Serahkan semua pada Om!" jawab Guntur dan membuat dada Tata sesak mendengarnya. Dia pura-pura bergerak.

" Dia bangun, Om!" kata Fero melihat tangan Tata yang bergerak.

" Biar Om yang bicara!" kata Guntur.

" Dimana ini?" tanya Tata pura-pura.

" Kamu di RS sayang!" jawab Guntur.

" Kenapa saya di RS, pa?" tanya Tata.

" Kamu tadi pingsan, sayang!" jawab Guntur lagi.

" Pingsan?" tanya Tata.

" Iya! Ta! Tolong kamu dengar permintaan Papa! Fero adalah laki-laki yang baik dan dia sangat mencintai kamu!" kata Guntur.

" Tapi Tata tidak mencintainya!" ucap seorang pria yang datang tiba-tiba.