Helena dan Harika sudah sampai di Istana dengan selamat, meskipun Harika sendiri sudah merasa lega karena Louis tidak terlalu menunjukkan amarahnya.
Tapi berbeda dengan Helena yang sedang duduk, dengan wajah yang tampak berpikir. Dia pun sering kali menhela napasya, membuat Harika yang baru saja tiba membawa kudapan melirik dengan heran.
"Permaisuri Helena, ini buah yang kau minta. Dan…" Harika mendekat kearah Helena, ia meletakkan tangannya pada kening Helena. "Anda tidak sedang demam, lalu kenapa dengan wajah ini?"
Helena justru mendelikkan matanya, "Aku sedang kesal, sangat kesal. Sebelum aku menikah dengan Louis, tidak ada yang mengenalku. Bahkan mereka sepertinya menganggapku tidak ada sama sekali." Ucap Heelna yang mulai menjelaskan.
"Tapi… sekarang, mereka yang dulu tidak peduli denganku. Justru… menyalahkan aku atas apa yang terjadi dengan Kota Aidon, padahal aku belum tahu apapun. Dan… Harika…" Helena meraih tangannya, dan menggenggam tangan Harika dengan kuat.