Chereads / Kisah Helena / Chapter 17 - Aku Tidak Bisa Tidur Semalaman

Chapter 17 - Aku Tidak Bisa Tidur Semalaman

Helena tidak menyangka kalau dia bisa tidur pada ranjang empuk, yang seharusnya menjadi tempat tidur dari sang Raja Louis. Tapi kenyataannya Louis lebih memilih sofa panjang, menjadi tempat istirahatnya saat itu.

Mereka tidur terpisah, tapi masih berada didalam kamar yang sama? Hal itu yang sedari tadi Helena pikirkan.

Malam itu keduanya sangat lelah, apalagi Helena yang sudah berhasil membuat kekacauan di hari pertama malam berkabung bersama dengan sang Raja. "Kenapa aku belum bisa memejamkan mataku?" gumam Helena sangat pelan, bahkan ia yakin kalau tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Mungkin saja batinnya, yang sedari tadi banyak memikirkan hal aneh.

Walaupun tubuh Helena sedang berbaring, tapi kedua mata Helena tampak sangat segar. Tiba-tiba saja dia tidak merasa mengantuk sama sekali, dan Helena lebih sering melihat kearah Louis yang sudah terbaring.

"Apa dia benar-benar sudah tidur?" dengan hati-hati Helena menegakkan tubuhnya, ia melihat kearah Louis yang tidurpun masih terlihat tampan dan memukau.

"Kenapa dia bisa tidur dengan mudah? sedangkan aku... Ahh... Helena masih untung nyawamu bisa selamat. Jika tidak... entah apa yang akan terjadi."

Pikir Helena, dan ia pun menurunkan kedua kakinya.

Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Helena, apa efek obat itu masih ada? sehingga Helena tidak bisa berpikir secara logis? Kenapa dia justru malah mendekat kearah Louis yang sedang tidur.

"Ini benar-benar gila, sepertinya aku sudah kehilangan semua akal pikiranku, kenapa juga aku harus berada dekat dengan Raja Aarez yang amat berbahaya?" Helena tampak menyesali keputusannya, tapi dia pun sudah sangat dekat dengan Louis.

Kembali ia memperhatikan raut wajah Louis, melihat kedua matanya yang benar-benar terpejam. Dan Dadanya yang mengembang dengan teratur, beriringan dengan tarikan napas Louis.

"Wah... dia terlihat tampan saat tidur. Pantas saja banyak wanita yang ingin bersama dengannya." Ucap Helena sedikit lantang, membuat Louis sedikit terperanjat.

Helena segera mengambil langkah mundur, meskipun kakinya harus terkantuk pada sisi meja yang ada dibelakangnya. "Ah... kakiku..." Pekik Helena, seraya ia mendekap mulutnya sendiri.

"Apa dia bangun?" batin Helena, dan mengamati Louis yang hanya sedikit bergerak. Tapi setelah itu tidak ada hal lain yang terjadi, karena Louis masih tidur dan tidak sadar dengan Helena yang berada dekat dengannya.

"Sudahlah Helena, lebih baik kau kembali. Jangan membangunkan macan yang sedang tidur, atau kepalamu benar-benar akan melayang." Ucap Helena yang sudah berjalan cepat, dan kembali kearah tempat tidur.

Malam yang membuat Helena merasa tersiksa, dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Sepertinya hanya tubuh Helena yang terbaring, namun waktu tetap berjalan. Dan malam pun berganti dengan langit yang senja, yang mulai menandakan hari baru telah menanti keduanya.

Louis, katakan saja dia raja yang memang sempurna. Tidak hanya mengenai ketampanan, ataupun karakternya yang amat kuat. Bahkan dia sudah terbangun sangat pagi, ketika Helena baru saja memejamkan matanya.

Helena benar-benar celaka, dia tidak tahu dan tidak menyadari kalau sudah banyak aktivitas yang terjadi didalam kamar sang raja. Para pelayan istana seperti biasa sudah siap melayani sang Raja, menyiapkan air mandinya, pakaiannya, bahkan penataan rambutnya.

Beberapa mengernyitkan keningnya, melihat Helena yang masih tidur pulas bahkan mendengkur. Tapi kenapa juga Sang Raja belum membangunkan permaisurinya?

"Apa kau sudah menyiapkan pakaian untuk permaisuri?" tanya Louis ketika dia baru saja menggunakan jas hitamnya yang panjang. Seorang pelayan wanita membungkuk hormat, ketika Louis memberikan tatapan tajam kearahnya.

"Semua kebutuhan Permaisuri Helena, sudah kami siapkan Yang Mulia Raja. Apa anda ingin saya membangunkannya?" tanya pelayan tersebut dan masih menundukkan wajahnya.

"Tidak perlu, dan tinggalkan kami berdua." Jawab Louis dengan tegas.

Pelayan wanita itu menegakkan wajahnya, "Apa Yang Mulia, anda tidak ingin membangunkan permaisuri? Apakah anda ingin orang lain..."

"Apa aku meminta pendapatmu, apa perintahku belum jelas?" Potong Louis segera, pelayan wanita itu pun mengatupkan mulutnya segera. "Maaf Yang Mulia, saya akan meninggalkan anda berdua." Ucapnya, dan mulai melangkah mundur, untuk meninggalkan ruang kamar Sang Raja.

Louis mendekat kearah tempat tidur, sambil ia mengeluarkan ponselnya. Sebuah pesan dari seseorang bernama Andrian, baru saja mengirimkan pesan untuk sang raja.

**Pesan dari Andrian

Yang Mulia Raja yang tampan, aku sudah menemukan pelaku utamanya. Bersiap-siaplah... aku akan datang dalam waktu sepuluh menit lagi.

"Dasar cecunguk itu, ternyata dia bisa diandalkan. Apa kejadian semalam adalah ulah dari Dilara atau Emira? Mmm... aku tidak boleh lengah, ayah mereka saat ini dalam posisi menguntungkan. Cih... rasanya aku sangat kesal." Ucap sang Raja geram, tapi pandangannya kembali memandang pada punggung Helena.

"Apa dia ini semacam beruang? kenapa tidurnya lama sekali? Ehemm...." Louis dengan dengan dengan sengaja berdeham dengan nyaring, ia ingin membangunkan Helena dengan caranya sendiri.

Helena belum terbangun, justru ia hanya meluruskan tubuhnya. Membuat Louis bisa melihat jelas wajah Helena yang masih terlihat cantik saat tidur. "Jelas sekali dia masih sangat muda, sial... apa aku seperti psikopat yang menikahi anak-anak." Batin Louis kesal.

"Ehemm... ehemm..." Dehaman Louis kali ini sangat nyaring, dan sepertinya berhasil membuat kedua mata Helena tampak berkedut.

"Mmm... mmm... kenapa berisik sekali? Harika... aku masih ngantuk, bolehkan aku libur hari ini. Aku sudah belajar sangat banyak, bahkan aku sudah menghafal semua aturan kerajaan hanya dalam dua hari. Aku mohon... Harika... aku sangat mengantuk." Ucap Helena yang meracau, dia lupa kalau saat ini berada didalam kamar sang Raja.

"Wanita ini... hh... Hei...! Permaisuri Helena. Apa kau akan tidur sepanjang hari? Atau sebenarnya kau ini semacam beruang yang akan hibernasi panjang?" Louis mengerutkan keningnya, dia tidak suka dengan Helena yang terlihat sekali kalau dia masih bersikap anak-anak. "Bangun siang, kau pikir seorang permaisuri bisa bangun siap seperti ini!"

Louis yang sudah kehilangan kesabarannya, menyingkap selimut yang masih menutupi tubuh Helena. Berharap Helena bisa bangun, tanpa dia harus bersikap kasar atau semacamnya pada Helena.

"Oh.... Harika... kau tahu tidak? Aku tidak bisa tidur semalaman! Entah, tapi aneh sekali, rasanya aku mencium bibir Raja Louis, lalu kami sangat dekat sekali. Bahkan kami hampir..." Helena berucap masih dengan memejamkan matanya. Tiba-tiba saja ia sadar kalau apa yang ia katakan barusan bukanlah sebuah mimpi, dan setelah itu Helena membuka kedua matanya dengan perlahan.

"Tunggu... sepertinya semalam itu bukan sebuah mimpi. Aku dan Raja Louis kami..." Helena berucap sambil menegakkan tubuhnya, sedangkan Louis masih berada disampingnya mengamati dengan serius.

"Jadi sekarang kau sudah sadar, Permaisuri Helena?" Tanya Louis dengan suara beratnya yang khas.

Mendengar suara itu membuat bulu kuduq Helena, seketika berdiri dan ia menoleh kearah sumber suara. Melihat wajah Louis dengan amat dekat, setiap sisi wajahnya terlihat tegas tapi tetap memukau.

Glek... Helena menelan salivanya dengan wajah panik.

"Oh... Dewa dan Dewi mana lagi yang akan menolongku kali ini." Gumam Helena dengan seringai yang ia paksakan, agar bisa diberikan pada Sang Raja Aarez.