Chereads / Secret In Love / Chapter 62 - Reista pov

Chapter 62 - Reista pov

Reista keluar dari ruangan Ramel dengan tangan gemetar, hatinya terasa tercabik dan keringat dingin turun dari pelipisnya.

Matanya sedikit berkunang-kunang, entah mengapa rasa mual dari perutnya kembali saat melihat Ramel dan kembaran andine itu.

Reista merasa tubuhnya sudah tidak mampu menopang segala beban yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya, baru tadi ia merasa diperlakukan seperti Ratu oleh suaminya. namun selang satu jam kemudian Reista dicampakkan seperti sampah.

Cinta memang bisa menghancurkan seseorang dalam sekejap, pikir Reista tidak pernah membayangkan bahwa andine akan kembali. entah dia andine atau bukan, tapi wajahnya mampu membuat seorang Ramelson mengacuhkannya.

Reista berjalan kedalam lift, untuk turun ke arah kantin kantor. ia butuh segelas kopi hangat untuk meredakan rasa mualnya. walaupun bisa membuatnya di pantry kantor, namun Reista seakan terasa sesak membayangkan bahwa Ramelson dan andine berada dalam satu ruangan saat ini. Reista hanya butuh udara segar untuk menenangkan rasa kalutnya.

lift terbuka, Reista berjalan dengan perlahan sambil memegang tembok kantin. kakinya terasa seperti jelly, kantin lumayan sepi di jam kantor seperti ini. bagus untuk Reista, setidaknya ia tidak akan bertemu dengan orang dan berbasa-basi mengobrol dengan mereka.

hanya ada para pengurus kantin yang sibuk dengan urusan mereka sendiri, Reista berjalan kesalah satu tempat dan memesan kopi.

"Nona Reista, wajahmu sangat pucat. apa baik minum kopi disaat tubuhnya sedang tidak sehat?" seorang ibu yang cukup berumur menuntun Reista untuk duduk di bangku yang tak jauh dari mereka. Reista hanya menurut karena memang benar tubuhnya sangat tidak enak untuk saat ini.

"aku hanya butuh sesuatu yang hangat" Reista berusaha tersenyum, mengalihkan rasa pusing yang mendera kepalannya.

"saya punya sesuatu yang bisa menghangatkan tubuh, tapi bukan kopi. Nona tunggu disini, jangan kemana-mana ya".

Reista hanya mengangguk dan memperhatikan gerakan cepat perempuan yang sangat ramah itu, Reista memang jarang ke kantin kantor selama bekerja di perusahaan Ramelson. posisinya sebagai sekertaris selalu membuatnya makan diluar bersama banyak klien.

"ini Nona, diminum. walaupun rasanya sedikit aneh, tapi sangat baik untuk tubuh".

"cepat sekali kau membuatnya". kata Reista sedikit tersenyum, Reista mencoba menghirup minuman yang di sodorkan didepannya. sangat menenangkan, Reista tidak tau apa ini.

"ini namanya wedang jahe, anak saya bekerja di Indonesia dan selalu membawa ini saat pulang kemari. katanya bagus untuk menghangatkan tubuh di cuaca yang sedang dingin seperti ini. rasanya sedikit pedas, tapi saya sudah menambahkan madu agar bisa diterima dengan baik di lidah nona".

Reista meminum dengan perlahan, merasakan sensasi hangat dan manis. rasanya tidak terlalu buruk. sensasi hangat menjalar di tenggorokan dan perut Reista. meninggalkan rasa nyaman dan menenangkan.

"pasti harganya mahal sekali ya? akan kubayar setelah ini, sepertinya aku juga menyukainya" Reista berkata dengan lembut kepada perempuan didepannya. wajahnya dipenuhi dengan banyak keriput namun senyum yang terpancar dari wajah ibu ini sangat manis. Reista teringat ibunya yang sudah lama tidak ia kunjungi.

"tidak juga, di Indonesia kata anak saya ini sangat murah. jadi dia membawa banyak untukku, kau tidak usah membayar. aku membuatnya khusus untukmu Nona".

"apa pekerjaan anakmu di Indonesia?" tanya Reista penasaran.

"dia bekerja sebagai Guru bahasa Belanda disana, cita-citanya memang ingin menjadi guru".

"dia pasti sangat pintar dan menyayangi dirimu, sampaikan salamku padanya ya. dan terimakasih untuk? apa nama minuman ini? aku lupa". Reista tertawa saat dia melupakan minuman yang sudah membuat tubuhnya lebih baik.

"wedang jahe".

"ya wedang jahe, aku akan membelinya mungkin nanti. sangat baik untuk tubuh, seperti obat yang sangat manjur".

"ya, kau benar. apa tubuh Nona benar-benar merasa lebih baik?".

"ya, lumayan. tidak terlalu mual lagi".

" kalau begitu saya akan kembali untuk membereskan makanan, sebelum jam makan siang dimulai".

"ya terimakasih". Reista membiarkan dirinya duduk sendiri dalam kekosongan, walaupun tubuhnya sudah lumayan baik. namun hatinya tidak cukup baik untuk kembali keruangannya.

Persetan dengan urusan pekerjaan, Reista yakin Ramel dan Susliana mampu menangani semuanya.

apa yang harus Reista lakukan saat dirinya dan Ramel saling bersitatap? apakah Reista akan merasa baik-baik saja setelah ini?. melihat andine selalu ada dalam lingkaran hidup Ramel, dan dimana posisi dirinya setelah ini?.

Masih samakah? apa arti kata 'istri'

Reista mengusap wajahnya dengan kasar, dirinya tidak pernah berada di situasi yang sulit seperti ini.

Reista melihat jam dipergelangan tanganya, sudah hampir jam makan siang. lebih Baik Reista pulang untuk menjemput Renandra di sekolah dan bersenang-senang bersama anaknya. sedikit makan siang bersama dan berbelanja di mall pasti cukup menyenangkan.

Bangun dari duduknya dan berjalan kearah tangga, loby hanya dua lantai dari sini. lebih baik menuruni tangga daripada menunggu lift terbuka.

Reista melihat kesekeliling, sangat sepi. lagipula siapa yang akan lewat tangga saat bangunan di perusahaan ini sangat tinggi.

menuruni tangga dengan perlahan, suara ketukan high heelsnya menggema di tempat itu. Reista sedikit bergidik ngeri saat kakinya sudah menuruni satu persatu anak tangga.

ini yang Reista sebal dengan pendiriannya, terkadang ia suka menyesal saat memilih sesuatu. lebih baik dia menunggu lift terbuka daripada menuruni tangga seorang diri. ternyata dua lantai kebawah sangat jauh, jarak tangga lumayan banyak.

hufftttt, baru satu lantai yang ia lewati. saat ini ia berada dilantai 2. tepatnya lantai yang menyimpang peralatan bersih-bersih setahunya.

Reista melihat kesalah satu pintu di ujung ruangan sebelum menuruni satu lantai kebawah. ada suara-suara berisik yang cukup mengganggu menurut Reista.

apa dia harus mengeceknya? tapi jika itu hantu bagaimana? Reista akan sesak nafas jika melihat hantu ditempat seperti ini. mungkin saja langsung pingsan.

sudahlah, lebih baik Reista turun saja. jangan terlalu ingin tau hal-hal yang seharusnya tidak diketahui. batin Reista dalam hati.

Namun sebelum langkah kaki Reista sampai di anak tangga pertama, Reista mendengar suara didalam sana menyebut nama Ramel?.

"Tuan terlalu meremehkan saya, permainan untuk menghancurkan Ramelson sudah dimulai oleh Nyonya besar. saya tau apa yang harus saya lakukan, iya.. memangnya mengapa selama ini saya mau jadi OB? karena saya memang membenci Nona Reista dan ingin melihatnya hancur.....". Reista sudah tidak mendengar lagi kata-kata selanjutnya. lututnya lemas, Reista dengan perlahan membuka high heelsnya dan menuruni anak tangga dengan sedikit suara dan gerakan yang cepat. Reista tidak ingin mati konyol disini jika sampai orang itu mengetahui bahwa Reista menguping.

Walaupun orang itu membicarakan tentang dirinya dan juga Ramelson, Reista tidak boleh gegabah untuk melabrak laki laki sialan didalam ruangan itu. bukan dia yang merasa takut, tapi sudah pasti Reista yang akan gemetar didalam sana.

Pikirkan nanti saja, Reista harus segera menjemput Renandra. keluar dari loby belakang perusahaan Ramel dan menyetop taksi yang memang lewat disana. menetralkan detak jantung yang sudah tidak normal lagi.

Reista harus memberitahu Ramel tentang pendengarannya tadi. seterah Ramel percaya atau tidak. yang pasti Reista tau satu hal, bahwa saat ini dirinya dan Ramel sedang dalam bahaya.