Reista mengerjapkan matanya perlahan, melirik kearah Ramelson yang tersenyum penuh arti disampingnya. Reista ingin memukul kepala Ramel karena menampilkan senyum yang menjijikan didepannya saat ini, namun tentu saja Reista tidak bisa melakukan hal itu.
Berjalan perlahan kearah kuda putih yang Reista pikir bahwa ini benar-benar kuda yang sama dengan film yang ia tonton kemarin, mengelus kulit atau bulu? Entahlah, sama saja keduanya bagi Reista. Sangat halus, Reista rasa perawatan kuda ini melebihi perawatan yang dijalani Reista saat ini.
Tapi memangnya kapan Reista pernah perawatan? Iya juga. Selama menjadi istri seorang Ramelson, Reista tidak pernah memanfaatkan harta suaminya itu. mungkin nanti akan Reista coba untuk menghabiskan harta terpendam milik keluarga ettrama.
Reista berbalik dan melihat Ramel sekali lagi, senyum sok tampannya itu membuat Reista kesal, karena memang wajahnya sangat tampan, bahkan Reista rasa actor korea itu tidak ada tandingannya dengan ketampanan Ramel dipagi hari ini, dan dengan dukungan alam semesta. Matahari yang bersinar cerah memancarkan sinarnya di wajah Ramel, Reista heran dengan dunia ini, apa satu bumi ini berpihak kepada Ramel?.
Karena Reista cemburu dengan matahari itu, sepagi ini, secara tidak langsung mentari membelai wajah Ramel dengan lembut, membuat pancaran ketampanan suaminya bertambah berkali-kali lipat.
Rasanya Reista ingin mengumpat sekarang, bukan hanya mentari yang mendukung ketampanan Ramel. Sekarang angin sejuk bahkan membelai helaian Rambut seorang Ramelson Ettrama, Reista merasa seperti pembantu yang melihat pangeran tampan didepannya.
Reista ingat adegan ini, seharusnya Reista menjadi pemeran utama perempuan yang secara tiba-tiba dicium oleh pangeran didepannya, karena saat sudah ada terpaan angin yang menggerak-gerakan Rambutnya lalu selanjutnya, lagu romantic yang membuat jiwa bergetar-getar tak karuan.
Tapi sudahlah, memang apa yang Reista harapkan? Ciuman manis dan lembut? bahkan saat dikamar mandi tadi hanya ada ciuman kasar yang menggebu, dan sialnya lagi-lagi Reista menikmatinya.
"kau tidak suka dengan hadiahnya?". Reista tersentak kaget karena saat ini Ramel sudah ada didepan wajahnya dan menghembuskan nafas hangat itu disamping wajah Reista.
Tuhan jika ini mimpi, tolong… tolong jangan bangunkan aku.
Reista ingin tertawa sekaligus menangis, kedekatan wajahnya dengan Ramel benar-benar seperti adegan drama korea. Hanya tinggal beberapa percakapan Romantis dan pangeran akan mencium sang putri.
"Reista? Kau melamun?". Ramel membelai wajah Reista, dan ya.. sentuhan tangan itu masuk kedalam satu adegan yang membuat semua pasang mata perempuan menjerit-jerit tak karuan.
"a..ku, aku tidak melamun". Yeah cocok, jika ada produser film yang melihat Reista saat ini, mungkin akan ditawarkan film Romantis yang pasti laris sepanjang masa, entah dorongan darimana Reista bisa mengucapkan kata-kata seperti perempuan yang gugup didepan Pangerannya.
"aku bertanya padamu, apa kau suka hadiah dariku?".
"maksudmu hadiah apa?". Ramel berjalan kearah belakang Reista, dengan satu hentakan yang membuat Reista berbalik dan melihat Ramel sudah ada diatas kuda, lengkap dengan pedang disamping pinggangnya.
Reista ternganga, wajahnya sudah pasti terlihat bodoh saat ini, mulutnya ingin menjerit, namun dengan sekuat mungkin Reista tahan. Karena saat ini Ramel benar-benar terlihat gagah dan tampan. Bahkan kata tampan tak akan bisa menafsirkan ciptaan tuhan yang satu ini. Reista bisa melihat otot kekar Ramel dibalik pakaiannya, yang tadi Reista cakar dengan sangat keras karena pelepasan yang membuat semua tubuhnya terguncang.
"apa aku sangat tampan seperti ini?". Tanya Ramel, Reista yang memang pikiranya masih ada diangan-angan hanya mengangguk dan matanya tak lepas dari wajah Ramel, Ramel yang melihat itu hanya tersenyum geli. Ramel yakin sekali saat ini istrinya sedang terbang dan berbunga-bunga didalam hati.
Tidak sia-sia Ramel menghubungi sutradara film yang Reista tonton semalam, Ramel sedikit bertanya adegan film romantic yang mampu membuat banyak jantung perempuan berdetak dan kehabisan nafas. Sebenarnya Ramel enggan mengikuti adegan seperti itu, tapi saat melihat wajah bodoh istrinya saat ini, Ramel tidak menyesal. karena sudah dipastikan Reista mengangguminya.
Siapa itu actor tampan yang Reista katakan kemarin? Pasti dia akan kalah denganku jika aku bisa bermain satu film denganya, tidak usah bermain film. Bahkan aku seperti ini saja dan ditayangkan di semua stasiun televisi pasti aku mempunyai banyak fans.
"jadi Reista Ettrama, apakah actor korea yang kau tonton kemarin masih tampan? Karena kau lihat sendiri aku jauh lebih tampan darinya". Reista tersadarkan dari angan-anganya saat kuda didepannya meringkik dengan kencang.
"apa? Apa yang kau katakan? Tentu saja actor itu lebih tampan darimu". Reista mencoba mengalihkan pandangannya dari arah Ramel, ia tidak mau melihat Ramel merasa menang dan menertawakan wajah bodoh Reista.
Apa lagi yang harus Ramel tanyakan? Tentu saja Ramel lebih tampan dari actor itu, bahkan berkali-kali lipat, tapi Reista terlalu malu untuk mengakui hal itu.
"Really!? Kau katakan tadi aku tampan, sekarang kau mengelak. Jujur saja jika memang aku lebih tampan darinya".
"kau terlalu percaya diri Tuan Ramelson, kau tau kenapa kau masih kalah tampan darinya?".
"katakan apa yang kurang dariku? Aku sudah punya kuda putih dan pedang, dan lihat pakaian yang kupakai saat ini. Aku sudah benar-benat terlihat seperti pangeran yang ketampanannya pasti tersebar disemua kalangan".
"kau masih kalah Romantis dari pangeran dalam filmku, kau tau? Bahkan didalam film, sang pangeran selalu mencium lembut bibir kekasihnya dan memeluknya agar terhindar dari terpaan angin, belum lagi senyum manisnya yang mampu meluluh lantakan jantung sang perempuan. Ah ya, aku masih ingat saat sang pangeran mengusap air--- mmmmppphhttt". Ucapan Reista terpotong saat sebuah benda kenyal menelusup lembut dan mengecap setiap sudut bibir Reista, Reista melihat mata indah Ramel sudah ada diedepannya. Tangan lembut dan besar Ramel mengusap pipi Reista.
Demi dewa yunani dan penghuni alam semesta, Reista merasa jantungnya sudah tidak berdetak saat ini, bahkan semua persendiannya mati rasa, ciuman lembut seorang Ramelson bukan hanya mampu meluluh lantakan hati perempuan, tapi mampu menghancurkan dan meleburkan sampai kedalam hatinya dan Reista yakin saat ini sudah tak berbentuk bagaimana hatinya.
"jadi? Apa aku sudah tampan menurutmu?". Suara lembut itu terdengar disamping kuping Reista, bulu kuduk Reista sudah meremang, jika Ramel tidak menopang tubuhnya dengan tangan kekarnya ini, Reista yakin saat ini Reista sudah jatuh ketanah dan nyawanya terbang entah kemana.
Reista ingin berkata 'ya'. Namun lidahnya kelu dan bibirnya belum terkatup dari keterkejutan, Reista hanya tersenyum dan memandang wajah Ramel, halusan ibu jari suaminya mampu membuat Reista perlahan-lahan kembali kedunia nyata dan menormalkan detak jantung yang Reista kira sudah menghila karena sebuah ciuman.
"dari wajahmu itu aku mendapatkan satu jawaban, aku yakin aku lebih tampan dan ciumanku lebih mampu meluluh lantakan hatimu". Ucapan Ramel mau tidak mau membuat Reista mengangguk pelan, persetan dengan rasa malu, Reista hanya jujur dengan hatinya saat ini. Bahwa benar, ciuman itu memang benar-benar berhasil membuat semuanya hilang, bahkan jika hatinya bisa keluar dari organ tubuhnya, Reista dapat melihat hati itu berbunga-bunga.
Reista dengan berani mencium bibir Ramel, rasa manis dan kelembutan Reista dapatkan hanya dicecapan pertama. Mengapa Reista bisa merasakan rasa seperti ini? Mengapa rasanya berkali-kali lipat lebih manis seperti buah persik yang matang diatas pohon? Mengapa saliva yang menurut Reista sangat menjijikan disetiap film porno, sekarang berubah sangat nikmat dan mampu membuat Reista terbuai dan melayang tak tentu arah?. Apa arti semua ini? Apa Reista benar benar jatuh cinta dengan seorang Ramelson? Jika memang ya, Reista berharap kisah cintanya sama dengan film itu, berakhir bahagia dan saling mencintai.