Chereads / Secret In Love / Chapter 25 - Keputusanku

Chapter 25 - Keputusanku

Suara mesin mobil terdengar hingga ruang kamar Reista, jantungnya semakin berdetak kencang saat ia tau bahwa Ramel sudah pulang. sejak jam 6 sore Reista benar-benar sudah pulang kerumahnya karena ancaman dari suaminya, mungkin bukan ancaman namun keinginan suaminya.

Entahlah rasanya saat ini dadanya benar-benar berdetak lima kali lebih cepat, jika jantung ini buatan manusia mungkin sudah copot sejak tadi. untung saja ini buatan tuhan.

Dia benar-benar sudah siap dengan lingerie warna merah dengan renda-renda hitam, Reista akui warnanya sangat indah dan cocok dikulit putih Reista, jangan lupakan lulur yang sudah membuat kulitnya semakin bersih, aroma bunga lili dari shampo yang ia pakai merebak keseluruh ruangan kamarnya.

Bahkan ia sudah memutar beberapa film bagaimana cara yang baik memuaskan suami, dia benar-benar gelisah saat ini. semoga saja dia tidak akan lupa pelajaran yang sudah dia tonton selama ini dan yang tadi, jangan lupakan film terakhir yang membuatnya menarik nafas panjang.

Saat ini Reista sedang ada diruangan pakaian miliknya dan juga Ramel, dia terlalu takut untuk menyambut Ramel didepan kamar mereka.

Suara pintu terbuka terdengar oleh Reista, ia tau Ramel sudah masuk kedalam kamar mereka. Reista hanya mengigit kukunya resah, harus apa dia sekarang? menyambutnya atau hanya disini sampai Ramel masuk untuk mengganti pakaian?.

Ia melepaskan kuku yang digigitnya sedari tadi, bagaimana jika kuku itu dicium Ramel nanti, dan menjadi bau. ia pasti akan jijik padaku, astaga melakukan hal kecil saja aku tidak bisa. Reista menarik nafasnya perlahan dan membuanganya. ia meyakinkan dirinya untuk optimis bahwa Ramel akan menyentuhnya malam ini dan ia ingin Ramel merasa puas.

Reista keluar dari ruangan pakaian dan menutupnya perlahan, lampu kamarnya masih mati, dimana Ramel? dia dengar dengan jelas Ramel masuk kemari.

Reista menghidupkan lampu kamarnya dengan remot control yang sudah ia pegang sejak tadi, kosong....

Tidak ada Ramel di kamar ini, dan tidak ada wangi tubuhnya juga. dimana dia?.

Reista melihat kearah kamar mandi dan ternyata Ramel juga tidak ada disana, Reista semakin resah malam ini. apa dia salah menunggu Ramel di ruangan pakaian? bagaimana jika Ramel berpikir bahwa Reista tidak ada dikamar dan pergi keruangan kerjanya?. Ramel memang beberapa kali berada diruangan kerja miliknya sampai pagi.

Reista memutuskan untuk datang keruangan kerja Ramel, membuka pintu kamar mereka perlahan dan berjalan sedikit gugup. lingerie yang ia pakai membuatnya sedikit mengigil. untung saja para pekerja dan maid hari ini Reista suruh untuk berada di lantai satu dan jangan ada yang naik kelantai 2 atau lantai 3.

Reista sudah sampai didepan pintu ruangan kerja Ramel, ia mencoba menenangkan detak jantungnya dan membuka pintu itu perlahan.

"ahhh Ramel ya benar di...situhhhh..akrghhh". Reista membeku saat didengarnya suara yang sering ia tonton dalam film, dan suara ini suara Caca.

Reista jalan dengan tergesa-gesa, tidak ada Ramel di kursi kerjanya. Reista melihat kesekeliling dan ditemukannya pintu untuk menuju ruangan lain, suara itu semakin jelas Reista dengan saat menuju pintu tersebut.

Reista kesulitan menahan air matanya, pikiran yang tidak-tidak menghantui otaknya saat ini, ia dengan sekuat tenaga membuka pintu tersebut. Terkunci...

Pintunya Terkunci, Ramel mengunci pintu kerjanya. dia bersama Caca didalam ruangan itu dengan suara-suara yang membuat hatinya semakin panas.

"lebih cep..atthhh Ramellhhh, arghhh".

Air mata Reista menetes saat ini, dia benar-benar sakit. dia jatuh kedalam dasar jurang. Reista tau apa yang mereka lakukan saat ini didalam. Reista tidak bodoh dan dia tau bahwa ternyata selama ini Ramel sebegitu dekat dengan Caca. menikmati tubuh Caca dan ia tidak menikmati tubuhku sebagai istrinya.

Sekarang ia tau bahwa Ramel memang tidak pernah menyentuh tubuhku karena banyak perempuan yang menawarkan tubunya pada Ramel, dan tentu saja Ramel tidak akan menolak sentuhan yang diberikan oleh Caca. Caca cantik dan juga seksi, dia tau bagaimana memuaskan seorang laki-laki.

Laki-laki berpengalaman seperti Ramel, memang membutuhkan seorang perempuan yang sangat pandai dalam urusan ranjang.

Reista menangis dalam diam, hatinya semakin hancur tak kala pikiran buruk menghantui dirinya saat ini, bagiamana nasibnya di masa depan?, bagaimana kehidupannya esok. hanya menjadi istri tanpa disentuh suaminya?. seumur hidup?

Bodoh....

Satu kata yang mewakili diri Reista saat ini, sangat-sangat Bodoh...

Merelakan masa mudanya didalam sangkar emas milik Ramelson, dan menghormatinya sebagai suami serta mencintai anaknya seperti mencintai diriku sendiri.

Reista berjalan dengan gontai keluar dari ruangan itu, sudah cukup ia disakiti saat ini, hidupnya terlalu muda hanya untuk dibuat istri pengganti oleh Ramel. mungkin bukan istri, hanya ibu untuk mengasuh anaknya. dia memanfaatkan kebaikanku saat ini, dia memperlakukanku seperti budak yang diberikan pakaian emas. benar kata Caca aku hanya istri yang tak dianggap.

Posisiku sebagai istri sah, namun hak yang aku punya tak mampu untuk membuat Ramel menghormatiku saat ini.

Lalu apa yang harus dilakukan Reista saat ini? pergi dari kehidupan Ramel, atau menentap dengan bayang-bayang kebodohannya sendiri.

Reista ingin egois saat ini, ia ingin pergi dari semua orang, dari keluarganya yang mempercayakan Reista pada Ramel. dari kedua mertuanya yang menyuruhnya terus sabar menghadapi Ramel. dari Renandra anaknya yang menginginkannya terus menjadi ibunya yang baik. apa yang harus dia lakukan saat ini?.

Reista kembali kekamarnya dan mengunci pintu, ia mengganti lingerie yang ia pakai menjadi kaus dan celana panjang. Reista mengambil gunting di nakas meja riasnya, menggunting lingerie itu menjadi kacil dan hancur, seperti hatinya saat ini. potongan potongan kebahagiaan saat memakai lingerie itu terus berputar di otaknya.

Namun kini potongan itu hancur, tidak tersisa dan tidak akan kembali dengan sempurna. hatinya hancur,jiwanya membeku dan pikirannya kosong. Reista menatap potongan lingerie itu yang sudah jatuh ke lantai. jatuh kedasar seperti hatinya, diinjak-injak dan tak akan pernah terlihat.

Air matanya kini berhenti, mengapa juga ia harus memikirkan perasaan Ramel dan berusaha menjadi istri yang baik untuknya?. jika dia saja tak memperlakukanku dengan baik.

Lebih baik aku bersenang-senang dengan masa mudaku, lebih baik aku tidak usah lagi menjadi sekertarisnya, lebih baik aku tidak usah berpura-pura baik dan menghormatinya lagi. aku akan memilih jalan hidupku, jika suatu hari nanti aku menemukan laki-laki yang bisa menerimaku dan mencintaiku. aku akan benar-benar pergi dari hidup Ramel, aku hanya butuh waktu dan sedikit uang Ramel untuk menjadi orang yang berbeda.

Reista merebahkan tubuhnya di atas kasur, matanya sangat berat untuk saat ini. ia ingin tertidur dan menjalani hari esok dengan segala hal baru.