"Reista.... Reista....Reista.... Hei, bangun". Reista merasa dunianya tertarik ke alam sadar, mengerjapkan kedua matanya dan merasa silau saat cahaya tertangkap oleh matanya. Diano ada didepannya memandang wajah khawatir. "Kenapa kau tidur di sofa ruang tunggu? apa aku terlalu lama menjemputmu? maafkan aku". Reista memperhatikan wajah Diano yang seperti merasa bersalah, memperhatikan kesekeliling. kenapa dirinya masih ada di sofa lobby hotel? bukankah tadi dirinya ada diluar dan dilamar oleh Diano?.
Reista melihat ke arah tanganya, tidak ada cincin berlian yang Reista inginkan. tidak ada bunga mawar dalam genggaman tangan Diano. jadi semuanya tadi hanya mimpi?
"Reista kau baik-baik saja? kenapa wajahmu seperti orang kebingungan?". tanya Diano lagi, Diano membantu Reista untuk duduk dengan benar. Reista tadi memang benar-benar tertidur pulas di atas sofa.