"Aku pikir kita sudah selesai urusanmu disini, Andreana"
"Ya belum dong, masih ada satu tempat yang harus kita kunjungi. Dinding Templar"
Dinding Templar sangat jauh dan berada di utara Kerajaan Briton. Dinding ini bertempat di Skotlandia dan untuk mencapai kesana butuh waktu 3 minggu dengan menaiki kereta kuda. Meskipun perjalanannya agak jauh, mereka ikut rombongan pedagang sehingga bisa melewati jalan pintas melewati hutan yang banyak monster berbahaya sehingga hanya butuh 2 minggu untuk kesana.
Rombongan pedagang ini menyewa petualang untuk melindungi mereka melewati hutan, seharusnya Muhanov dikenakan biaya karena mereka ikut sambil dilindungi oleh para petualang. Mendengar bahwa ada Andreana Sheffield yang ikut bersama mereka, Rombongan Pedagang itu menawari biaya gratis perlindungan dengan syarat Andreana harus mendoakan dagangan mereka agar laku.
Muhanov awalnya menolak tawaran itu karena berpikir Andreana sudah bukan biarawati lagi, Apalagi nama marganya bukan lagi Sheffield, tapi Merlinstone.
"Aku masih bisa melakukannya kok, kan aku masih Grand Master" kata Andreana sambil turun dari kereta kuda dan mendekati rombongan pedagang itu "Mana barang kalian yang ingin aku doakan?"
Rombongan itu satu persatu menunjukkan barang yang mereka jual, Andreana lalu menyuruh mengumpukan barang dagangan mereka di satu tempat dan akan dia doakan secara bersamaan. Setelah selesai mendoakan barang rombongan pedagang itu, dia kembali ke Kereta Kudanya.
Muhanov terlihat bingung dengannya
"Aku pikir hanya Santa yang boleh memberi doa"
"Hanya ada 2 jabatan yang boleh memberikan doa, Santa dan Grand Master. Aku masih Grand Master. Jadi masih diperbolehkan melakukan itu—Ah mereka mulai berangkat, ikuti mereka Muhanov"
"Oke" Kata Muhanov sambil memecut tali kudanya dan mereka mengikuti rombongan pedagang melewati jalan pintas menuju hutan.
Setelah sampai di Skotlandia, mereka lalu berpisah dengan rombongan pedagang dan melanjutkan perjalanan menuju ke Dinding Templar. Disana mereka disambut dengan sebuah gerbang tanpa pintu dimana di atasnya tertulis dengan tulisan emas "Dinding Templar".
Saat mereka masuk, hamparan tanah luas dengan nisan yang berjejeran menghiasai kanan kiri jalan tersebut.
"Ini kuburan ya Andreana?"
"Iya, meskipun disebut kuburan, tempat ini hanya berisi batu nisan yang dijejerkan seperti dinding"
Banyak sekali batu nisan yang dijejerkan sepanjang jalan saat mereka baru memasuki Dinding Templar. Batu nisan tersebut ada yang bentuknya macam-macam tapi dominansinya lebih ke semacam batu nisan berbentuk balok panjang dengan simbol kepala tengkorak dan tulang yang menyilang.
"Ini kuburan bajak laut?" tanya Muhanov
"Bukan. Tempat ini hanya kumpulan nisan saja" kata Andreana membaca sebuah lembar kertas yang sepertinya sebuah peta "—Ah belok kiri Muhanov"
"Bukan itu maksudku" katanya sambil membelokkan kereta kudanya "Ada simbol seperti yang biasa digunakan oleh kapal-kapal bajak laut"
"Aaahh" Andreana mengerti apa yang dimaksud suaminya "Itu simbol Templar yang artinya kematian. Simbol itu dipakai di semua makam Templar"
"Itu bukan simbol bajak laut?"
"Bukan. Bajak laut menggunakan itu untuk menakuti kapal Templar yang artinya 'Maut untuk Templar', apalagi Kapal Templar sering membawa harta yang banyak, jadi Bajak Laut menggunakan simbol itu untuk menakut-nakuti Templar"
"Aku pikir nenek moyang Templar itu bajak laut" Kata Muhanov sambil tertawa
"Katakan sekali lagi maka akan kuhajar mulutmu!" balas Andreana dengan nada tinggi
Muhanov langsung berhenti tertawa saat Andreana menatapnya dengan raut muka marah. Lalu dia pura-pura tidak melihat Andreana.
Setelah itu Andreana menyuruh keretanya berhenti, dia mengajak Muhanov untuk turun. Muhanov menyuruh Elizabeth untuk menjaga kereta kuda mereka. Andreana lalu mengajak ke sebuah jalanan kecil yang dibentuk oleh batu nisan tersebut. Dia menoleh kanan kiri sambil memeriksa kertas yang dibawanya.
"Andreana?"
"Ya?" kata Andreana sambil belok kanan
"Yang kau pegang itu kertas apa?"
"Lokasi batu nisan Richard Rainheart. Templar menaruh nisannya di Dinding Templar"
Muhanov lalu melihat sekeliling, dia berpikir untuk sebuah kuburan tempat ini sangat sempit. Apalagi jarak antara batu nisan dan yang lainnya saling berhimpitan, sekitar 50cm mungkin? Dia jadi sedikit merinding jika jalan yang dia lewati dibawahnya ada mayat yang tertidur.
Andreana melihat Muhanov ingin tertawa saat Muhanov sedikit ketakutan melewati jalannya.
"Jangan takut begitu Muhanov, disini cuman batu nisan saja kok. Tidak ada mayat sama sekali"
"Oh? Benarkah?"
"Dinding Templar hanyalah sebuah taman kuburan tanpa mayat. Jika ada seseorang yang hilang atau mati tanpa bisa membuat mayatnya kembali ke tempat kuburan yang layak, Templar menaruh batu nisan mereka disini" Andreana lalu berhenti disebuah batu nisan yang lebih tinggi dari batu nisan yang lain "Muhanov, ini kuburan—eh, batu nisan kekasihku. Richard Rainheart"
Andreana lalu membersihkan batu nisan yang tertutupi oleh debu itu. Disana tertulis
Terima kasih Pahlawan Templar, Richard Rainheart, meskipun tubuhmu menjadi abu, tapi jiwamu tetap kami kenang
Tertulis dengan huruf emas yang indah dengan simbol kematian Templar.
Andreana lalu berlutut, dia melipat kedua tangannya sambil menutup matanya. Lalu dia berdoa tanpa suara. Setelah selesai berdoa, dia berdiri dan menarik tangan Muhanov untuk berdiri di sampingnya.
"Halo Richard. Apakah kau bisa melihatku 'disana'? Lihatlah aku membawa pelaku yang membunuhmu 7 tahun yang lalu. Lihat aku memeganginya sekarang dan dia tak akan bisa lari" kata Andreana sambil tertawa
"Andreana!"
Andreana masih suka melakukan humor gelapnya lagi membuat Muhanov tidak bisa habis pikir kenapa dia masih melakukannya.
"Jangan marah begitu Muhanov. Aku hanya bercanda"
"Aku tidak suka dengan humor gelapmu" balas Muhanov sambil melepas paksa pegangan Andreana
Muhanov lalu berlutut di depan batu nisan Richard, tangan kanannya ditaruh ke tanah dan tangan kirinya ditaruh di atas dada
"Atas nama Dewi Narrum aku berdoa, terimalah jiwa yang sudah hilang dari dunia ini dan berikanlah kedamaian untuk dirinya"
Andreana tersenyum saat Muhanov berdoa untuk Richard. Dia sangat bahagia ketika Muhanov ikut memberikan penghormatan kepada Richard.
"Andreana, apakah mayat Richard hilang dalam perang?" Tanya Muhanov
"Ya. kami tidak menemukan mayatnya setelah kami kalah perang melawan Vangarian. Setahuku Richard mengorbankan dirinya untuk mengulur waktu agar kami bisa mengevakuasi tentara kami sebelum Vangarian datang"
"Begitu ya" Muhanov lalu berdiri
Saat Muhanov berdiri, sekilas Andreana langsung dibawa ke masa lalunya, teringat bagaimana Richard mengorbankan dirinya agar dia beserta pasukan Templar lainnya tidak ditangkap dan ditawan oleh Kerajaan Vangarian. Richard saat itu sampai rela untuk kembali ke kota yang akan dihancurkan oleh Vangarian dan menyelamatkan beberapa penduduk yang tidak sempat menyelamatkan diri. Andreana juga ikut membantunya, tapi di saat terakhir ketika Vangarian hampir mendekati mereka, Richard mengorbankan dirinya sambil memberikan waktu bagi Avalon untuk membawa Andreana ke tempat aman.
Setelah kejadian tersebut, Andreana tidak menyangka jika dia nantinya akan menikahi pria yang membunuh kekasihnya dulu. Andreana memperhatikan wajah Muhanov yang sedang menunduk di depan nisan Richard. Dia tersenyum dengan lega bahwa dia masih diberi kesempatan untuk hidup dan memperoleh kebahagian yang dia—
"Andreana! Tiarap!"
Muhanov tiba-tiba menoleh kepada Andreana, wajahnya terlihat terkejut. Dia langsung memeluk Andreana, mengeluarkan sihir pelindung dan menutup Andreana dengan jubahnya. Tiba-tiba sebuah peluru langsung menghantam mereka berdua sampai membuat mereka terpental dan menabrak beberapa batu nisan.
"Kau tidak apa-apa Andreana?" kata Muhanov sambil membantu Andreana berdiri
"Terima kasih" Andreana lalu bangun dan dia langsung kaget melihat kepala Muhanov mengeluarkan darah "Muhanov, kepalamu berdarah!"
"Tidak apa-apa, aku bisa menyembuhkannya" Muhanov lalu menyentuh kepalanya dengan jarinya dan mengobati luka kepalanya
"Itu tadi apa Muhanov?"
Muhanov lalu berdiri di depan Andreana untuk melindunginya
"Kita baru saja ditembak oleh seseorang" Muhanov lalu mengeluarkan tongkatnya sambil terus memegang Andreana "Wahai Dewi Narrum, berikan aku jam pengendali" Mata kanannya langsung berubah menjadi jam, setelah itu dia melihat sekelilingnya
Beberapa peluru lalu menuju ke arah mereka lagi dan kali ini Muhanov mampu menangkis peluru itu dengan membelokkan gelombang waktu agar peluru tersebut berbelok dan menghancurkan peluru lain.
Andreana juga berusaha ingin melihat apa yang terjadi, tapi sebuah peluru lolos dari belokan waktu Muhanov dan langsung menghantam mereka sampai membuat mereka terpental lagi.
Andreana lalu membantu Muhanov untuk berdiri sambil menyembuhkan lukanya. Muhanov lalu berusaha menghalau peluru-peluru yang terus berdatang ke arah mereka. Andreana juga ingin ikut membantu bertahan, dia lalu menarik tangannya ke depan.
"Apa yang kau lakukan Andreana?"
"Aku sedang memanggil Apel Eden, tapi aneh sekali" dia mencoba memeriksa panelnya dan terlihat Apel Eden masih memegang jiwanya "Dia tidak mau datang"
"Kita harus lari dari sini Andreana!"
Muhanov lalu menarik tangan Andreana sambil terus berlari dan membelokkan peluru yang masih menghantam mereka berdua. Sebuah peluru besar langsung menghantam mereka dan mereka terpental lagi.
"Sialan! Tunjukkan dirimu bajingan!" Muhanov mengangkat tongkatnya dan menghantamkannya ke tanah "Bukalah waktumu wahai Dewi Narrum"
Dari tongkatnya langsung keluar sebuah sirkuit sihir, sirkuit sihir itu berjalan melingkar dan membentuk sebuah jam besar yang mengelilingi kaki di bawahnya. Setelah jamnya berbentuk, sirkuit sihir tersebut lalu mencari posisi orang yang menembaki mereka. Alur sirkuit sihir tersebut membuat jalur yang akan mengantarkan posisi penembak tersebut dan setelah ditemukan, Muhanov mengangkat tongkatnya lagi, dia membentuk sebuah jam yang lebih besar lagi di belakang punggungnya dan melepaskan serangan sihir dari jam yang dia buat.
Serangan tersebut langsung ditangkis oleh peluru yang ditembakkan oleh orang tersebut. Muhanov mengeluarkan serangan lebih besar lagi dengan memperbanyak jam dibelakangnya. Andreana yang berada di belakangnya hanya bisa memegang jubah Muhanov dan ini baru pertama kalinya melihat jamnya dari dekat. Jam yang dia lihat berbeda dengan jam yang dimiliki oleh salah satu keluarga Merlinstone yang pernah dia hadapi saat perang. Jam yang digunakan Muhanov terlihat kuno dengan berbagai banyak huruf yang ada pada mesin jamnya.
Serangan Muhanov akhirnya berhasil mengenai orang tersebut dan dengan salah satu jam yang dimiliki Muhanov, dia membuat sebuah portal dan langsung menarik orang tersebut.
Orang tersebut berhasil ditarik masuk ke portalnya, tapi tidak disangka sebuah bilah yang ditempel di pistol laras panjang keluar dari portal tersebut, ternyata orang itu langsung menyerang begitu dia ditarik ke dalam jam portal. Serangan itu langsung dihindari oleh Muhanov dan merobek sedikit jubahnya.
Orang tersebut langsung mundur dan membuat jarak sambil terus berdiri dan mengarahkan pistolnya.
"Sudah lama aku tidak merasakan serangan sihir dari Merlinstone. Aku jadi teringat dengan masa lalu"
Saat orang tersebut berbicara, Andreana langsung mengenali suara tersebut. Suara yang sangat dikenalnya, Leon!
"Leon, apa yang kau lakukan?" Andreana maju ke depan, tapi dia lalu ditarik mundur oleh Muhanov
"Halo Andreana, kau beruntung sekali peluruku tidak menembus dirimu. Bersiaplah, aku akan membunuhmu dan juga orang bangsat di sampingmu dan akan kubawa kau ke surga-Nya"