Leon dan Muhanov saling berdiri dan menatap satu sama lain. Muhanov dengan waspada mengamati jari Leon yang siap menekan pelatuknya. dia memegang tangan Andreana dan tanpa suara dia menyuruh Andreana untuk melepas pegangannya.
Muhanov lalu membentuk kuda-kuda pada kakinya, dia menendang ujung tongkat di bawahnya untuk melepaskan penutup bilah yang tersembunyi pada tongkatnya.
"Narrum Permission. Compile: Horologia, Generate Command: Triple Accel, Execute!" ucap Muhanov.
Seketika dengan cepat Muhanov sudah berada di depan Leon. dia langsung menghunuskan tongkat bilahnya kepada Leon. Tapi, Leon sendiri sudah menebaknya, dia langsung menangkis serangan Muhanov dengan bilah yang menempel pada senapannya, bayonet.
Kedua bilah mereka beradu menghasilkan suara yang keras sampai membuat telinga mereka bergetar. Mereka berdua langsung menyerang satu sama lain. Mata bilah tajam mereka saling mencoba untuk melukai: kanan, kiri, bawah dan atas terus dicoba tapi keduanya berhasil menangkis serangan yang dilancarkan oleh mereka masing-masing.
"Generate com—Sial!" kata Muhanov yang tersandung saat melangkah karena batu nisan yang hancur di sekitar mereka.
Melihat kesempatan tersebut, Leon langsung menghunuskan bayonetnya tepat ke perut Muhanov. Untungnya Muhanov berhasil menangkis sedikit meskipun jadinya dia harus jatuh dan gerakannya langsung terkunci oleh senjata Leon.
Leon akhirnya bisa melihat kesempatan untuk menekan pelatuknya yang sedari tadi sulit untuk ditekan gara-gara kecepatan serangan Muhanov yang sangat membabi buta. Pelatuk langsung Leon tekan tapi untungnya Muhanov berhasil menangkis peluru tersebut.
Hanya saja tubuh Muhanov langsung terdorong ke belakang ketika peluru itu mengeluarkan ledakan besar. Muhanov langsung bangun dan mulai menjaga jarak dari Leon.
Bilah pada tongkatnya sayangnya malah hancur, jadi dia menutup bilah tersebut dengan penutup tongkatnya dan mulai bersiap kembali untuk menyerang Leon dengan tongkat sihirnya sekarang.
"Hmph, kalau saja aku masih memegang Firdaus, mungkin aku langsung bisa mengalahkanmu. Tapi, aku cukup puas bisa berhadapan seimbang dengan sihir kotor Merlinstone" ucap Leon sambil mengisi peluru pada senjatanya.
"Tanpa Firdauspun, aku bisa mengalahkanmu" balas Muhanov.
"Kalimat yang bagus. Tapi apa kau bisa menghentikan ini?" Leon lalu mengarahkan senapannya kepada Muhanov.
"Generate Command: Enigma!"
Sebuah jam besar berukuran sama dengan tubuh Muhanov lalu muncul di depannya tepat saat Leon menekan pelatuknya. Sebuah peluru berwarna perak langsung muntah dari moncong laras senapan Leon dan langsung menembus dengan mudah sihir pelindung yang dibuat Muhanov.
Muhanov langsung terkejut melihat kalau peluru tersebut juga menyerap sihir pelindungnya dan terpaksa dia harus menahan peluru tersebut dengan tongkatnya.
"Sial!" teriak Muhanov yang langsung terlempar ke belakang.
Tidak disangka peluru tersebut meledak saat menyentuh tongkat sihirnya membuat efek ledakannya mendorong Muhanov jauh ke belakang. Efek ledakan tersebut juga melukai tubuh dan wajah Muhanov.
Rasa sakit dari ledakan tersebut terasa sekali dan Muhanov harus secepatnya untuk berdiri agar bisa melindungi Andreana. Tapi tidak disangka, Andreana lalu menghampirinya untuk membantu Muhanov untuk berdiri.
"Muhanov, kau tidak apa-apa?" tanya Andreana.
"Menjauhlah Andreana. Jangan ke sini—Urrghh!" balas Muhanov.
"Tapi kau terluka. Aku harap—"
"—Menghindar!"
Muhanov tiba-tiba memeluk Andreana dan membawanya berpindah posisi. Seketika sebuah peluru langsung menghantam di tempat mereka tadi.
"Oh! Hebat juga" ucap Leon sambil mengisi pelurunya kembali, "Kau punya indra yang bagus bisa mengetahui benang tembakan Gunslinger. Tapi" Leon mengarahkan senjatanya kembali "Kau pikir bisa lari dariku?"
"Generate command: Dimension Accel!" ucap Muhanov sambil membawa Andreana pergi tepat saat peluru yang dimuntahkan Leon keluar dari senapannya.
"Oh!" ucap Leon terkejut, "Tidak kusangka dia masih memiliki MP yang tersisa. Tapi, kalian pikir kalian bisa sembunyi dariku?"
Leon lalu menoleh ke kanan dan ke kiri secara perlahan. Setelah itu dia mengisi pelurunya lagi dan menembaknya ke arah atas. Dia lalu menutup matanya sebentar sambil menikmati bau mesiu yang keluar dari senapannya.
"Di sana kalian rupanya" ucap Leon sambil berjalan menuju ke arah tempat di mana Muhanov dan Andreana bersembunyi.
Sementara itu Muhanov lalu bersandar di dinding sambil menahan rasa sakit dari efek ledakan peluru tadi.
"Narrum Permission. Compile: Horologia. Generate Command: Timefall. Execute" ucap Muhanov dan seluruh luka yang ada di tubuh Muhanov langsung menghilang.
"Kamu tidak apa-apa, Muhanov?" tanya Andreana terlihat sedih
"Aku rasa tidak" balas Muhanov.
"Apa kamu masih terluka? Aku harap bisa menyembuhkanmu. Tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa di Sandbox Gunslinger ini"
"Lukaku sudah sembuh Andreana. Hanya saja MPku habis"
"Maafkan aku"
"Maaf untuk apa?"
"Aku tidak bisa menolongmu. Aku tidak bisa memanggil senjata suciku, bahkan menggunakan pengendalian apiku saja tidak bisa"
"Jangan khawatir. Aku akan melindungimu. Kemarilah" Muhanov lalu menarik wajah Andreana mendekat kepadanya
"A-ada apa?"
"Bisakah kau membantuku mengisi MPku?"
"Bagaimana caranya. Aku bahkan tidak bisa menggunakan sihir—Mmpphh"
Andreana langsung terkejut saat Muhanov menciumnya. Dia tidak tahu apa yang direncanakan suaminya, jadi dia pasrah saja di cium. Hanya saja rasa ciumannya agak berbeda. Rasanya memang masih kasar tapi entah kenapa kepalanya tiba-tiba jadi pusing dan jantungnya seakan-akan mau berhenti.
Andreana lalu mencoba melepaskan diri tapi Muhanov menahan kepala Andreana dengan tangannya sehingga Andreana tidak bisa lepas dari ciumannya.
"Mmpphhh, mmmpphhh" erang Andreana yang suaranya tertahan oleh bibir Muhanov.
Rupanya Muhanov sedang mengambil MP dari Andreana dengan cara menciumnya. Hanya saja, Muhanov hanya bisa mengambil setengah dari MP yang dimiliki Andreana karena dia melihat istrinya seperti mau mati.
"Terima kasih, Andreana" ucap Muhanov sambil melepaskan Andreana pelan-pelan sambil tetap memeluknya.
Andreana jadi merasa sangat pusing setelah dicium Muhanov, dia hanya bisa bersandar di dada suaminya sekarang.
"Hooo, di sina kalian rupanya" ucap Leon dari belakang mereka.
Rupanya muhanov dan Andreana bersembunyi di belakang sebuah nisan yang besar. Leon yang sudah mengerti posisi mereka langsung membidik tepat di posisi mereka.
Muhanov yang tahu bahwa mereka akan ditembak langsung membawa lari Andreana tepat saat Leon menekan pelatuknya. Sekali lagi, tembakan Leon meleset.
"Sialan. Dia lincah juga" ucap Leon sambil mengisi pelurunya lagi.
"Generate Command: Dimension Accel!" ucap Muhanov tepat saat Leon mau menekan pelatuknya dan mereka menghilang lagi.
"Oh. kau gunakan itu lagi, kau pikir—"
"Narrum Permission! Compile: Horologia. Generate Command: Quantum Superposition. Execute!" ucap Muhanov yang ternyata berada tidak jauh di belakang Leon.
Seketika sebuah jam besar langsung muncul di belakang Muhanov. Andreana yang baru saja sadar dari pusingnya terkejut melihat jam besar tersebut. Ini pertama kalinya dia melihat jam besar yang dikeluarkan oleh Keluarga Merlinstone saat dulu dia pernah melawan salah satu dari mereka.
Andreana bisa melihat mata Muhano yang berubah menjadi jam dan gerakan mekanisme mesin di dalamnya bergerak dengan sangat cepat. Gerakan mesin yang sama juga terjadi dengan jam besar yang ada di belakang mereka. Dua buah jarum jamnya juga berputar dengan sangat cepat dan tiba-tiba langsung berhenti tepat pada jam 12.
Leon tidak menyangka jika Muhanov menyerangnya dari belakang. Saat Muhanov menggunakan kekuatan sihirnya, jam yang dibuat olehnya juga berada tepat di bawah kaki Leon.
Leon langsung merasa tubuhnya tidak bisa digerakkan. Di matanya juga muncul berbagai penglihatan aneh yang membuat dirinya pusing seakan-akan dia berada di sebuah tempat yang tidak pada tempatnya. Apalagi hidungnya langsung mengeluarkan darah.
"Arrghhh!!!" jerit Muhanov.
Tiba-tiba Leon mendengar jeritan Muhanov dan jam yang tadi di bawah Leon perlahan menghilang. Dia langsung berlutut sambil mencoba menahan rasa sakit yang ada di tubuhnya. Entah sihir apa yang dilakukan oleh Muhanov tadi sampai membuat tubuhnya terasa sakit semua. Dia lalu membersihkan hidungnya yang tadi mengeluarkan darah dan sekarang dia berusaha berdiri kembali.
"Muhanov! Muhanov!" teriak Andreana sambil memegang tubuh Muhanov yang sekarat.
"Sialan" kata Leon sambil berdiri dengan bertumpu pada senjtanya, "Untung saja aku tidak mati"
"Muhanov! Tidak Muhanov, jangan mati" tangis Andreana yang mencoba menghentikan pendarahan di mata Muhanov yang tidak bisa berhenti. Sayangnya dia tidak bisa melakukan apa-apa karena sihirnya hilang akibat Sandbox yang diaktifkan oleh Leon.
Leon lalu mengobati dirinya sendiri dengan sihirnya dan melapisi luka-lukanya dengan eliksir. Setelah itu dia mendekati Muhanov dan Andreana.
"Terbekatilah engkau, Andreana. Sebutlah nama Tuhanmu yang maha kuasa itu tinggi tinggi karena kau berhasil membunuhnya" ucap Leon.
Andreana lalu merobek pakaiannya dan mencoba menghentikan pendarahan Muhanov dengan membalutkan kain tersebut kepada matanya. Hanya saja caranya tidak berhasil dan garis HP yang dimiliki Muhanov perlahan-lahan mau habis.
"Selamat tinggal, Andreana. Semoga Tuhan mengampunimu" ucap Leon sambil mengarahkan senapannya kepadanya.
Andreana hanya bisa memeluk Muhanov berusaha melindungi dia agar peluru yang ditembakkan Leon nanti tidak mengenai suaminya.
"—Wahai dia yang selalu berdiri tegap dan tetap mengangkat bendera bagi mereka yang setia berjalan bersamanya, lindungilah mereka berdua!"
Sesaat Leon sudah menarik pelatuknya, sebuah puisi terdengar. Tiba-tiba sebuah cahaya yang terang muncul di depan mereka; menyilaukan tapi begitu hangat sinar tersebut sampai membuat Andreana tertegun. Peluru yang ditembakkan Leon langsung terpental saat menyentuh sinar tersebut.
Setelah sinar tersebut menghilang. Terlihat Seorang pria paruh baya berdiri di depan Muhanov dan Andreana, orang tersebut memegang sebuah bendera yang cahayanya menyilaukan matanya.
Siapa dia? Siapa dia yang menyelamatkan kami? Pikir Andreana. Dia melihat orang tersebut memiliki rambut hitam gondrong panjang. Sambil membelakangi mereka berdua orang tersebut mencabut pedang dari sarungnya.
Leon menatap orang tersebut dan mereka terdiam sejenak. Cukup lama mereka saling bertatapan hingga akhirnya Leon memasukkan senjatanya ke dalam jubahnya dan langsung menghilang dari tempatnya.
Sandbox yang dibuat Leon menghilang dan mengembalikan mereka ke tempat asalnya.
Orang asing tersebut berbalik kepada mereka, "Kalian tidak apa-apa?" tanyanya
"Kau siapa?—Ah Muhanov!" kta Andreana yang masih berusaha menghentikan pendarahan di matanya
Orang tersebut langsung berlutut dan membantu memegangi tubuh Muhanov. Dia lalu menaruh tangannya tepat ke arah mata Muhanov dan dengan sihirnya darahnya mulai berhenti.
"Kakak!" teriak Elizabeth dari kejauhan.
Elizabeth tiba-tiba datang sambil berlari dan langsung mendekati kakaknya
"Kakak! Kakak!" teriak Elizabeth sambil mengambil tubuh Muhanov yang tadi dipangku Andreana. Betapa terkejutnya dia ketika mata Muhanov rusak. Elizabeth lalu menaruh telapak tangannya di dekat mata kanan Muhanov, "Narrum Permission. Compile: Horologia. Generate Command: Timefall. Execute" Mata kanan Elizabeth langsung berubah menjadi jam dan dia sekarang mencoba mengobati Muhanov dengan kekuatan sihirnya.
Andreana hanya terdiam saja saat Elizabeth mengambil suaminya darinya. Dia terpaku tidak bisa melakukan apa-apa.
Sihir yang dilakukan oleh Elizabeth mampu membuat jam di mata Muhanov kembali seperti semula. Darah yang mengalir keluar juga kembali lagi ke dalam tubuh Muhanov. Hanya saja entah kenapa setelah beberapa lama, jam di mata Muhanov kembali hancur dan darah kembali muncrat keluar.
"Ah, tidak! Muhanov—"
PLAAAK!
Elizabeth tiba-tiba menampar pipi Andreana saat Andreana mencoba mendekatinya.
"Kau! Apa yang kau lakukan pada kakakku!" teriak Elizabeth sambil menjauhkan Muhanov dan mulai mengacungkan tombak merah kepada Andreana
Andreana hanya bisa terdiam tanpa bisa membalas apa-apa. Dia memegang pipi yang tadi ditampar oleh Elizabeth. Rasanya tidak sakit sih memang, tapi cukup membuat air matanya mulai mengalir keluar.
"Sabar Elizabeth, bukan dia yang melakukannya" kata orang asing itu berusaha menenangkan Elizabeth dengan memegang pundaknya karena Elizabeth mulai mengacungkan tombaknya kepadanya
Elizabeth menatap tajam kepada Andreana sesaat, tapi setelah itu dia kembali memeriksa keadaan Muhanov.
"Apa yang harus kita lakukan, Montmorency?" tanya Elizabeth.
"Kita harus membawanya kepada Sofia, aku rasa dia tahu bagaimana cara menyelamatkan kakakmu" balas Montmorency
Elizabeth lalu mengangkat tubuh Muhanov, dia lalu berlari membawanya menuju kereta kuda. Orang bernama Montmorency itu langsung mendekati Andreana
"Kau tidak apa-apa?" tanya Montmorency
"Ah iya" ucap Andreana sambil menghapus air matanya, dia lalu berdiri sambil menoleh ke Elizabeth yang berlari membawa Muhanov
"Namaku Montmorency, aku adalah teman satu serikat dengan Muhanov"
Saat Montmorency memasukkan pedangnya kembali ke sarungnya, Andreana melihat sekilas sebuah simbol yang ada pada ujung pedang tersebut, simbol yang dia sangat kenal sekali. Sebuah simbol yang dibuat oleh bunga lily (fleur-de-lis) dari prancis dengan 2 lingkaran yang mengikat di tengahnya, Simbol Sion! Andreana langsung menarik tangannya dan mencoba memanggil Apel Eden. Pedang Apel Eden langsung terbang ke arahnya dan mendarat tepat di tangannya.
Dia bingung kenapa pedangnya sekarang bisa dipanggil, tapi daripada itu dia harus siap melawan. Andreana langsung menjaga jarak dengan Montmorency, dia mencabut pedangnya dari sarungnya, seketika pakaiannya berubah menjadi gaun besi.
Montmorency mengangkat alisnya sambil mengangkat tangan. Dia tersenyum kecut saat melihat Andreana waspada dengannya.
"Bagaimana kalau kau turunkan pedangmu dulu? Aku tidak ingin membuat masalah dengan Templar. Apalagi harus berhadapan dengan seorang Grand Master sepertimu" ucap Montmorency dengan santai.
Andreana menatapnya dengan sangat waspada, dia memegang erat-erat pedangnya. Saat Montmorency memegang pedangnya, Andreana terlihat terkejut tapi ternyata dia hanya melepas sabuk pedangnya dan melemparkannya ke depan Andreana.
Andreana meraih pedang yang dibuang Montmorency dengan kakinya dan diinjaknya.
Ketika Montmorency menoleh sedikit ke arah Elizabeth tadi berlari, Andreana langsung bersikap waspada membuat Montmorency jadi sedikit tertawa
"Hei" katanya "Aku ingin segera membawa Muhanov sekarang. Seperti yang aku bilang, aku tidak niat berurusan dengan Templar. Jika kau melepaskanku, dia bisa segera mendapatkan perawatan sesegera mungkin"
Andreana sedikit ragu tapi dia juga ingin Muhanov segera diselamatkan. Akhirnya dia tak punya pilihan lain selain menaruh kembali pedangnya ke sarung dan jubah besinya menghilang. Dia juga mengambil pedang milik Montmorency lalu memberikannya kepadanya sambil tetap siaga dengan memegang pedangnya sendiri.
Montmorency menerimanya dengan senang hati.
"Tidak perlu waspada seperti itu" ucap Montmorency "Setidaknya kau harus berterima kasih karena untuk Sandbox milik orang itu sangat kuat. Pedangmu baru bisa kau ambil setelah penghalang sihirnya hilang. Meskipun aku Sion, aku bukan musuhmu… untuk sementara"
Andreana tidak menjawab, dia masih curiga dengannya. Tapi melihat Elizabeth mengenalnya, dia tidak terlalu punya pilihan selain mempercayainya.
"Jadi bagaimana?"
"Baiklah, aku mempercayaimu. Elizabeth mengenalmu jadi aku rasa kau tidak berbahaya" balas Andreana.
Mereka berdua lalu berjalan kembali menuju kereta kuda. Sesampainya disana, ada seekor hewan yang sedang duduk santai di samping kereta kudanya. Hewan itu tubuhnya seperti singa dengan kepala dan sayap seperti elang
"Aku akan mengantarkan kalian dengan griffon milikku. Kereta kalian jika ditarik dengan griffon bisa ikut terbang bersamanya" kata Montmorency mengelus salah satu griffonnya
Andreana hanya bisa mengangguk.
Montmorency lalu melepas kuda di kereta mereka dan membebaskannya. Dia lalu memandu Griffon tersebut dan memasang tali kepada hewan itu. Setelah selesai Andreana lalu masuk ke dalam keretanya bersama Montmorency yang sekarang memegang kemudi keretanya
"Sudah siap?" tanya Montmorency.
"Ah—iya" jawab Andreana dengan sedikit gagap karena dia terdiam beberapa detik melihat Elizabeth yang masih mengobati Muhanov.
"Baiklah. Mari kita pergi" kata Montmorency memecut talinya dan Griffon mulai berlari sambil menyiapkan sayap mereka
Suara langkah Griffon yang berat membuat tanah di sekitarnya bergetar saat dia berlari, saat sudah mendapatkan kecepatan yang cukup, sayapnya mulai dibuka dengan lebar dan perlahan-lahan terangkat sampai kakinya melayang dan sayapnya mulai dikibaskan dengan sangat kuat sehingga mereka mulai terbang ke atas dengan perlahan.
Montmorency dengan Griffonnya mulai membawa mereka menuju ke arah timur, Kerajaan Vangarian.