"Aku tidak tau dengan semua pertanyaanmu Nia, sekarang lebih baik kita masuk dan menjadi tamu yang memiliki pikiran.. jauhkan sedikit rasa iri dan cemburumu, ingatlah bahwa kamu sudah berjanji datang dan membantu Ibu Devy. kamu lupa? bahwa kamu yang katakan sendiri, janji adalah janji.. apapun yang terjadi harus di tepati.. sekarang ayo kita masuk, dan tunjukan pada Lina serta Surya, bahwa kau wanita dewasa dan terhormat.. mau sebagaimana hatimu tersakiti, tetaplah tegar.. dunia tidak boleh tau kau hancur, dunia tidak boleh tau kau lemah, dunia hanya boleh tau bahwa kau kuat dan selamanya akan tetap kuat. cinta sesat yang kau rasakan saat ini, maka biarkan ber-akar lebih dalam.. jadikan akar itu semakin kuat dan lakukan cara apapun untuk menghancurkan penghalang cintamu, Termaksud menghancurkan hubungan Lina dan Surya!". Perkataan Riri begitu tajam dan dalam, Riri terlihat menggebu-gebu dalam memberitahu perkataan jahat pada Nia..
Bukan tanpa sebab, karena Riri tidak ingin Nia bersama Romeo.. apapun akan Riri lakukan agar Surya bisa bersama dengan Nia, sekalipun harus membuat Banyak drama dan kesedihan..
Cinta harus di balas dengan cinta..
Itu prinsip yang benar kan? logika saja, mana ada cinta di balas dengan kesakitan.
"Kau benar Riri, kenapa aku tidak kepikiran? bukankah Mereka belum menikah? lebih tepatnya, mereka bisa saja membatalkan itu. jika kita melakukan sesuatu, ahhh... kau terbaik Riri, seharusnya aku berpikir sejak tadi. daripada harus menangis seperti wanita gila dan mencium Romeo tanpa alasan". Nia tersenyum sinis, Riri hanya menanggapi itu dengan sebuah anggukan..
Mereka berdua masuk kembali ke dalam Rumah Romeo, Nia menampilkan senyumnya yang begitu manis..
jika cara halus tidak bisa membuat Surya berada disisi Nia, maka cara kasar akan Nia lakukan untuk mendapatkan Surya..
apapun itu! Nia bukan wanita lemah, Nia patut memperjuangkan cintanya..
Pandangan Ibu Devy yang melihat senyum Nia hanya bisa tersenyum balik, Menyambut Nia dengan tangan terbuka..
"Ibu.. Ah, maksud Nia.. Tante.. Maaf tadi Nia terbawa emosi". Nia memeluk ibu Devy dengan senyum manis, melirik ke arah Lina yang keluar dari pintu dan langsung melihat ke arah Nia.
"Tidak apa sayang, Tante tau perasaan anak muda". Jawab ibu Devy dengan lembut.
"Oh iya Tante, Kita akan masak apa hari ini? Nia kemari mau membantu banyak hal". Nia sengaja bergelayut manja ke lengan ibu Devy, Membiarkan Lina tau bahwa Posisi Nia disini sangat kuat untuk menyingkirkan Lina kapan saja.
Nenek Santi dan Bu Wulan keluar dari dapur dan melihat Nia yang sudah tersenyum bersama Dengan Devy..
Nenek Santi sedikit curiga dengan perubahan Nia yang drastis.. secepat itu? kesedihan seperti hanya hinggap lalu pergi lagi?.
Tapi Nenek Santi tak mau terlalu memikirkan, jika Nia sudah baik baik saja.. bukankah itu hal yang bagus? pikir Nenek Santi membenarkan..
"Tante mau buat banyak makanan, Salah satunya tongseng. makanan kesukaan Surya..". Ibu Devy tidak sengaja menyebut makanan kesukaan Surya, tidak tau bahwa Lina saat ini cukup merasa risih karena ibu Devy sangat dekat dengan Nia.
"Wahhh.. kalau begitu ayo kita masak Tante". Kata Nia yang sudah sangat bersemangat..
Karena suara Nia yang begitu kencang, membuat Romeo serta Surya turun dari lantai atas.. mengingat tadi Nia sempat marah dan menangis. tentu saja menjadi hal tidak terduga saat ini Nia sudah tersenyum dan bisa bisanya bersemangat tanpa beban.
Romeo turun lebih dulu, memasukan tangannya ke dalam kantung celana dan berjalan ke arah Nia.
"Kamu gak jadi pulang?". Tanya Romeo berbasa-basi.
"Memangnya siapa yang mau pulang? kamu aja yang ninggalin aku di belakang sama Riri. Oh iya, maaf soal tadi.. aku tidak sengaja, yasudah.. aku mau memasak bersama Tante dan yang lainnya, kamu jangan ganggu". Ujar Nia yang sudah benar benar kembali seperti biasa.
Romeo menggaruk rambutnya yang tidak gatal saat melihat Nia menggandeng tangan ibunya ke dalam dapur, diikuti oleh Nenek Santi dan juga Bu Wulan..
Riri yang melihat itu hanya bisa menepuk pundak Romeo dengan sengaja dan tersenyum sinis. "Bagaimana rasanya? ciuman pertamamu dengan Nia?" setelah mengatakan itu Riri berlalu pergi meninggalkan Romeo dengan wajah memerah malu.
Hal itu tentu tidak lepas dari pandangan Surya yang sudah berada di ujung anak tangga.
Romeo bahkan tidak bisa merasakan apa arti ciuman tadi, karena Romeo merasa kecewa serta sedih secara bersamaan. "Kamu kenapa? wajahmu memerah". ujar Surya yang melihat Romeo dengan pandangan menyelidiki. Romeo berdehem sebentar lalu menggelengkan kepalanya bingung.
"Tidak kenapa-napa, hanya sedikit panas disini". Kata Romeo berusaha berbohong.
"Maaf soal tadi, aku tidak bermaksud menyinggung perasaan Nia. Aku tau kamu begitu mencintainya.. aku akan coba untuk berbicara lebih sopan di lain kesempatan". Kata Surya yang tau bahwa Romeo marah dengannya.
"Tidak apa, aku juga tadi hanya terbawa emosi.. lupakan saja, toh Nia juga sudah terlihat baik-baik saja". Kata Romeo yang masih berdiri di dekat Surya..
"Apa yang kamu katakan padanya? hingga dia bisa terlihat baik baik saja?". Tanya Surya penasaran.
"apa? tidak ada hal yang kukatakan padanya. Mungkin dia yang sudah merasa bahwa kamu memang tidak pantas untuk mendapatkan cintanya, bukankah itu jawaban masuk akal atas pertanyaanmu?". Setelah mengatakan itu, Romeo berlalu pergi meninggalkan Surya dengan kebingungannya, Surya tidak sadar sejak tadi jika Lina masih ada di situ.
mendengarkan semua pertanyaan Surya dan Romeo, penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya..
penasaran siapa Nia? apakah Nia berarti di hati Surya? melihat saat Ini Surya seperti memikirkan banyak hal..
wajahnya datar namun keningnya berkerut, apakah Marahnya Nia cukup mengusik pikiran Surya? jika iya, lalu apa arti Lina untuk Surya? apakah pernikahan ini hanya sebuah keterpaksaan Surya karena Nenek Santi ingin cepat memiliki cucu?
Lina cukup sakit hati melihat semua yang terjadi, dengan langkah pelan. Lina meninggalkan ruangan itu dan berjalan ke arah dapur..
Dengan semua pertanyaan yang bercokol di dalam pikirannya, Lina menahan dirinya untuk terus berkata bahwa semuanya baik baik saja.. walaupun Lina tau dengan jelas tidak ada yang baik setelah mereka datang ke Jakarta.
Jika Lina tau lebih awal bahwa ada Nia yang begitu mencintai Surya, maka Lina akan memikirkan ribuan kali lamaran yang diajukan Surya..
apakah pantas Lina bahagia di atas kesedihan Nia? mereka berdua sama sama Perempuan, Lina tau bahwa sakit hati bagi seorang perempuan adalah kesakitan yang tidak bisa di ucapkan..
Lalu bagaimana sekarang? semua sudah terjadi, lamaran sudah selesai dan tanggal pernikahan semakin hari semakin dekat..
apakah Lina dan Surya benar benar berjodoh atas jalan Allah SWT?