Hari ini adalah hari yang paling bersejarah di hidup Amora. Gadis cantik yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di luar negri baru saja kembali ke negara ini hanya untuk menemui kekasih hatinya. Namun apa yang di harapkan Amora tidak sesuai dengan kenyataan, tepat di depan kediaman Randy sang kekasih. Amora melihat Randy merangkul seorang wanita yang sedang hamil besar. Yang lebih menyakitkan lagi Randy memanggil wanita itu dengan sebutan 'istriku'.
Selama ini Amora yang merupakan sebatang kara menganggap Randy sebagai keluarga satu-satunya yang ia punya. Pertemuan mereka yang sangat manis sejak awal, tak pernah ia sangka akan berakhir seperti sekarang.
"Amora..."
Saat itu Randy menyadari kehadiran Amora yang berdiri di seberang jalan sembari memegang koper berwarna merah mudanya.
"Sayang... Bisa masuk sebentar, ada yang ingin aku bicarakan dengan Amora." Pinta Randy kepada sang istri.
Terlihat wanita yang sedang hamil itu seolah mengerti dan langsung beranjak masuk kedalam kediaman mereka.
"Katakan apa yang baru saja aku lihat adalah sebuah kebohongan?" Kata Amora dengan mata yang berkaca-kaca.
"Aku mencintainya, maaf..."
Randy merasa sangat bersalah di hadapan Amora, ia bahkan tak berani menatap mata gadis itu, dan hanya tertunduk sembari sesekali menatap Amora yang sudah banjir air mata.
"Lalu untuk apa empat tahun ini kita bersama, aku sudah menggantungkan segalanya padamu. Tapi apa yang aku dapat dari hubungan ini... Kau benar-benar bajingan!" Amora menampar wajah Randy dan berbalik sembari menyeret koper yang ada di tangannya.
Dan saat sudah melangkah cukup jauh Amora berbalik berharap Randy akan menahannya. Walau sakit di hatinya Takan terobati tapi setidaknya rindu dan kekesalannya bisa sedikit terobati. Namun apa yang di harapkan Amora tidak sesuai dengan apa yang Randy lakukan. Randy malah dengan cepat berlari masuk menuju kediamannya.
"Dasar bajingan... Seharusnya aku tau sejak awal maka aku tidak akan Sudi menjatuhkan perasaan ku terhadapmu. Aku tidak akan memberikan cintaku yang berharga untuk pria bajingan sepertimu."
Saat itu Amora hanya berjalan tanpa tentu arah sambil menangis di bawah gelapnya malam tanpa bintang. Ia tidak menghiraukan siapapun yang menatapnya dengan penuh tanda tanya. Ia melampiaskan segala kekecewaannya dengan menangis.
Ia tidak menyangka orang yang amat Amora cinta akhirnya menjadi orang yang paling kuat memberi luka. Bagi Amora, Randy adalah gambaran masa depan dimana ia akan membangun rumah untuk pulang. Tidak pernah terlintas sekalipun di benak Amora bahwa Randy akan mengkhianati Amora sekejam ini.
Tidaklah mudah bagi Amora menjalani hidup sendiri, Randy adalah salah satu orang yang membuat Amora bangkit dari keterpurukan. Pria itu adalah orang yang membuat Amora berupaya menggapai impiannya. Itulah mengapa Amora merasakan sakit yang teramat dalam saat ini.
Tak berapa lama Amora melihat sebuah pusat hiburan malam, entah apa yang terbesit dalam pikiran Amora. Namun langkah kakinya seolah mengajaknya untuk masuk ketempat yang sama sekali tidak pernah ingin Amora kunjungi sepanjang hidupnya.
Terdengar suara dentuman bas menggetarkan jantung Amora. Lampu kelap-kelip yang berlalu lalang di wajahnya membuat Amora sedikit pusing. Amora melihat beberapa orang berjalan dan memesan minuman di bartender. Amora lantas berjalan sembari menyeret tasnyaenuju tempat tersebut. Beberapa orang merasa aneh melihat Amora. Namun Amora tidak menghiraukan tatapan orang-orang disana.
"Selamat malam... Mau pesan apa nona manis?" Tanya sang bartender dengan ramah.
Amora melihat botol minuman yang terbaris disana.
"Berikan aku minuman yang terbaik." Kata Amora.
Sang bartender tersebut lantas menuangkan segelas Grande Champagne kedalam gelas dan memberikannya kepada Amora. Tanpa menunggu lama Amora langsung meminum alkohol tersebut dengan sekali tenggak.
Sang barista saja tercengang melihat Amora bisa menghabiskan Champagne tersebut seperti menenggak segelas air putih.
"Apa kau baik-baik saja nona?"
"Tuangkan segelas lagi." Pinta Amora menyodorkan gelasnya.
"Woah... Aku tidak menyangka, penampilanmu sangat polos tapi ternyata kau peminum berat."
Malam itu Amora menghabiskan dua botol Champagne tanpa jeda. Tingkahnya sudah mulai aneh, ia menangis dan menceritakan segala keluh kesalnya kepada sang barista, walaupun sesekali Amora meluapkan emosinya kepada sang barista. Namun pemuda itu berusaha mengerti kesedihan yang di alami Amora.
Tak berapa lama Amora merasa mual, perutnya terasa sedang di kocok-kocok dan wajahnya memerah. Sambil berjalan sempoyongan Amora mencari kamar mandi.
Seseorang menabrak Amora membuatnya terjatuh dan mendarat di pangkuan seorang pria tampan yang sedang duduk di kursi VIP bersama beberapa wanita dan beberapa pria berjas rapi yang sama sepertinya. Pria itu menatap dingin kearah Amora.
"Maa...f tuan!" Kata Amora yang berusaha untuk bangun dari pangkuan sang pria. Namun pria itu dengan cepat menahan Amora, memborgol gerak Amora.
Dan saat itu tiba-tiba saja pemuda itu mencium bibir Amora. Amora melotot dan langsung menampar wajah pemuda itu di hadapan semua orang. Namun saat berdiri Amora merasakan sakit di kepalanya sudah tak tertahankan. Amora jatuh pingsan dan pemuda itu langsung menangkap tubuh Amora.
Tidak saja Amora, semua orang yang menatap Albern juga terkejut. Mereka terbelalak keheranan melihat aksi Albern yang sangat mengejutkan. Bagaimana tidak, seorang Albern yang terbilang anti wanita tiba-tiba saja mencium wanita asing di depan mata mereka sendiri.
"Tuan Albern biarkan saya." Kata pengawal.
"Bawa gadis ini ke kamar hotel yang sudah aku pesan." Kata Albern dengan tegas.
Albern Kenzo adalah pengusaha kaya raya yang bergerak dalam bidang transportasi. Menjadi pewaris tunggal di keluarga Kenzo, membuat ia amat di segani oleh banyak orang. Pria kaya raya yang memiliki sikap dingin dan juga sangat cuek dalam segala hal ini tentu saja menjadi incaran para wanita. Walau begitu Albern bukanlah tipe pria yang suka mempermainkan wanita, ia bahkan sangat pemilih dan sangat selektif dalam memilih pendamping hidup. Hal itu membuat Albern tak kunjung mendapatkan jodoh walau sang kakek sudah tidak sabar melihat cucunya menikah. Albern memang tinggal bersama kakeknya setelah kepergian kedua orangtuanya.
Di lorong kamar 302
"Dimana wanita itu?" tanya Albern kepada pengawalnya.
"Ada di dalam Tuan, tapi mengapa Tuan meminta saya untuk membawa wanita asing ini ke kamar Tuan?" tanya sang pengawal.
Sambil melonggarkan dasinya Albern tidak menjawab sepatah katapun pertanyaan pengawalnya dan hanya masuk kedalam ruangan tersebut dan menutup pintu kamar dengan sangat kasar. Pengawal Albern sangat kebingungan dengan sikap Albern yang tak biasa.
"Apa Tuan akan..." kata-kata sang pengawal terhenti saat memikirkan bahwa Albern akan memangsa wanita itu. Tapi sang pengawal dengan cepat memukul pipinya beberapa kali untuk menghilangkan pikiran buruk yang ada di kepalanya.
"Ahk... sebaiknya aku menunggu di mobil saja." Ucapnya kesal.