Chereads / Entering a Dream / Chapter 7 - 6 - He and the Boss (I)

Chapter 7 - 6 - He and the Boss (I)

*Tok-tok*

"Masuk."

Adrian perlahan membuka pintu dan masuk sambil menutup pintu perlahan. Si pemilik suara yang tadi menyuruhnya masuk sedang duduk di salah satu sofa dalam ruangan. Mata Leonald -bos Adrian, pemilik Leons Agency- langsung fokus pada Adrian saat salah satu artis di agensinnya itu masuk ke ruangannya.

"Duduk sini." Adrian berjalan menuju sofa sebelah Leonald, tempat yang bosnya katakan untuk dia duduk. Dia 'tahu' kenapa dia sekarang duduk berhadapan dengan bosnya. Dan dia juga 'tahu' apa yang akan mereka bicarakan dalam pertemuan kali ini. Yang dia tidak 'tahu' adalah hasil apa yang keluar nantinya. Tangannya mulai terasa agak dingin dengan semua perkiraan yang terlintas dalam pikirannya.

Leonald, atau lebih dikenal dengan Leo saja, hanya diam melihat Adrian. Dia bisa melihat kalau anak muda di depannya sekarang ini sedang gugup dan juga sekaligus bingung. "Kau tahu kan kenapa kita berdua ada di sini sekarang?" Akhirnya Leo memulai pembicaraan mereka.

"Ya," jawab Adrian singkat, mengangguk.

"Kalau begitu, aku akan langsung saja," kata Leo juga tidak berputar-putar. "Kau putus dengan Alora?"

"Ya."

"Sejak kapan?"

"Dua hari yang lalu."

"Boleh kutahu bagaimana?"

"Lewat telepon. Kami tidak saling bertemu."

"Good," Leo mengangguk pelan. Setidaknya para artis agensinya mendengar ucapannya sebagai bos untuk tidak terlalu banyak keluar karena virus rocona. "Oke, kalian putus. Aku tidak akan tanya kenapa. Yang mau kutahu adalah, kenapa kau meng-unfollow akun resmi Alora?"

Adrian tidak langsung menjawab. Dia terlihat seperti berpikir sebelum akhirnya menutup mata dan menundukkan kepala. "Itu... sebuah ketidaksengajaan."

Leo menaikan satu alisnya dan berkata, "Jelaskan."

"Aku... aku sedang merasa sedih. Sedih, tertekan, mellow, tidak karuan. Semua hal negatif muncul satu per satu. Dan... aku kangen dengan Alora. Pak Leo, kita berdua putus karena keadaan, bukan karena tidak lagi saling sayang."

"Aku punya dugaan seperti itu. Dan ternyata tidak meleset. Aku juga tahu tentang keadaan kalian. Jadi, lanjutkan."

"Aku melihat-lihat postingan Alora di switter... dan itu sudah tengah malam. Pikiranku agak kacau, tapi aku ingat rasa rindu untuk melihatnya sangat kuat. Dan dalam pikiran agak kacau, terlintas kalau lebih baik aku tidak berteman dengannya supaya aku tidak semakin rindu... Dan akhirnya aku meng-unfollow dia."

Kejadian Adrian meng-unfollow Alora baru terjadi sehari yang lalu. Tapi efeknya sudah tersebar luas dalam waktu sekejap.

"Dan sebenarnya aku berniat untuk mem-follow dia lagi waktu besoknya aku sadar apa yang sudah kulakukan. Tapi Felice sudah meneleponku dan memberitahu untuk TIDAK melakukan apa-apa apa dulu pada akun switter resmiku sekarang. Jadi aku belum melakakukan apa-apa lagi."

"Aku yang bilang ke manajermu itu menghentikanmu melakukan apapun di akun resmimu. Dan asal kau tahu, butuh waktu lama supaya aku bisa menenangkan Felice yang cukup histeris waktu dia sadar apa yang sebenarnya terjadi. Makanya bukan dia yang bicara denganmu sekarang. Manajermu itu adalah shipper berat antara kau dan Alora. Kau tahu itu kan?"

"Aku tahu," Adrian menjawab pendek, kembali menganggukan kepala. Felice adalah pendukungnya nomor satu sejak dia mulai pendekatan dengan Alora. Dia jadi merasa agak bersalah pada manajernya itu karena status hubungannya dengan Alora. Dia harus benar-benar memberi penjelasan dan juga menghibur Felice setelah ini.

"Dan apa kau tahu kalau Alora juga sudah meng-unfollow akun resmi swittermu?" Leo tiba-tiba menjatuhkan bom.

"Apa...?" Muka Adrian memucat. Alora... meng-unfollow... akun resminya? Kenapa? Apa itu artinya dia benar-benat serius mau memutuskan hubungan deng-

Tangan Adrian langsung menyambar ponsel di kantung bajunya dan dia mengecek di akun resmi switternya. Aturan tidak resmi di sosmed tentang follow dan meng-unfollow terus terlintas dalam pikirannya. Tangannya agak gemetar waktu menemukan kalau nama resmi akun Alora tidak ada di daftar teman-temannya. Dengan panik, Adrian langung mengirim permintaan teman lagi ke akun resmi Alora tanpa pikir panjang.

"Dan apa yang barusan kau lakukan, Adrian?" Leo yang sedari tadi diam, membiarkan Adrian untuk mengecek apa yang baru dia katakan barusan, mulai bicara lagi.

"Aku... Pak Leo... Aku..." Adrian kelihatan bingung dan panik secara bersamaan. Dia melihat ke ponselnya dan Leo secara bergantian dengan cepat.

"Kau mengirim permintaan teman lagi ke Alora?" tebak Leo dengan benar.

"Aku... aku..."

"Adrian, dengarkan aku," kata Leo dengan tegas. "Letakkan ponselmu, ambil nafas panjang dan buang perlahan. Ayo, lakukan segera."

Adrian perlahan mengikuti suara Leo untuk meletakkan ponsel di meja kecil sebelah sofa. Lalu, dia mulai mengambil nafas dan membuangnya perlahan selama beberapa kali. Sampai akhirnya perasaan panik yang tiba-tiba menyerangnya tadi sudah hilang.

"Kau oke? Sudah enakan?"

"Aku oke. Sudah tenang."

"Bagus. Sekarang, fokus lagi pada pembicaraan kita." Leo mulai mengambil alih pembicaraan. "Aku tidak bermaksud membuatmu panik dengan memberitahu Alora sudah meng-unfollowmu. Dan asal kau tahu, Alora sudah melapor dan meminta padaku supaya dia boleh meng-unfollowmu."

Meski urusan seperti ini hanyalah masalah biasa dan sepele bagi kebanyakan orang, tapi bagi artis dan aktor yang setiap tingkah laku dan perkataan mereka disoroti publik, Leo membuat peraturan di agensinya kalau akun resmi mereka tidak boleh sembarangan mempost atau menghapus, ataupun melakukan apa yang baru saja Adrian lakukan. Mereka tetap harus melapor dan jika perlu meminta ijin padanya untuk hal-hal seperti ini.

"Kalaupun nanti Alora menerima permintaan temanmu ini, aku sarankan supaya kau meng-unfollownya lagi. Dengan catatan kau sudah bicara dengan Alora. Kalian tetap masih jadi teman kan?"

"Kami tetap menjadi teman baik."

"Bagus. Jadi untuk urusan ini, aku tidak akan membahasnya lagi. Kita bisa lanjut ke topik lainnya."

Adrian mengangguk diam dan menunggu bosnya bicara.

"Boleh aku cerita sedikit padamu?"

Adrian kembali mengangguk.

"Sejujurnya aku adalah orang yang senang menjodohkan," Leo memulai. "Dari sebelum aku membuka agensiku, sejak aku mulai berkenalan dengan artis dan aktor, sejak aku mulai bekerja sama dengan mereka... aku suka untuk mengenalkan orang yang kuanggap akan cocok sebagai pasangan. Bahkan aku juga akan minta mereka untuk jadi pasangan untuk beberapa film yang kubuat sendiri.

"Chemistry mereka sebagai on screen couple sangat cocok dan banyak penonton yang suka. Bahkan ada satu pasangan yang jadian setelahnya. Tapi... kau tahu kan akhirnya mereka malah putus dan sampai sekarang malah belum punya pasangan lagi bahkan di usia mereka. Sesuatu yang sebenarnya masih mengganjal di pikiranku sampai sekarang dan aku agak merasa bersalah kalau boleh jujur."

Dua orang nama, seorang artis dan aktor senior di Leons Agency langsung terlintas di pikiran Adrian. Dua orang yang juga adalah teman langsung dari Leo.

"Aku tidak pernah melarang adanya jalinan asmara di dalam agensi. Aku bahkan sangat mendukungnya. Aku suka melihat kisah cinta antara manusia dan banyak film yang kubuat juga berdasarkan tentang cinta itu sendiri.

"Kau dan Alora memang aktor dan artis di agensiku, tapi aku bukan seorang bos yang suka untuk mengatur dan memaksa siapa yang harus disukai atau kapan kalian boleh pacaran. Aku juga pernah muda dan aku bertemu dengan istriku dan mempunyai Rika di usia kalian.

"Waktu aku tahu kau dan Alora saling suka dan sepertinya kalian juga serius, aku juga termasuk orang yang mendukung hubungan kalian meski tidak secara terang-terangan. Dan harus kuakui, dari dua drama yang kalian perankan bersama, karena perasaan kalian yang real itu, chemistry kalian sebagai on screen terasa nyata dan aku juga salah satu fans kalian sebagai pasangan di drama.

"Dan setelah melihat footage, behind the scene, waktu pemotretan, waktu fans meeting, dan acara-acara lain yang kalian hadiri, sebenarnya aku senang melihat progres kalian. Kalian masih muda tapi aku bisa melihat kau dan Alora menjalani hubungan yang serius. Benar rumor soal kau sudah membawa Alora ke rumah orang tuamu?"

"Benar. Dan... kau juga tahu aku pernah kepergok sekali terlihat menginap di tempatnya."

"Yang pastinya bukan hanya sekali itu kan?"

"Kalau menginap benar-benar hanya sekali itu dan kami hanya tidur di atap yang sama. Tidak melakukan apa-apa. Tapi... sebelumnya dan beberapa kali sebelum penggemar mulai terus mengikutiku, aku dan dia pergi ke tempat kami masing-masing untuk... hang out."

"Dan sekalian pacaran?" Adrian mengangguk perlahan. Wajahnya agak merah padam.

"Tapi setelahnya kami mulai sibuk dan kalau tidak karena harus ketemu di acara atau memang ada pekerjaan bersama, kami hanya melakukan video call untuk kebanyakan waktu."

"Tapi tetap saja penggemarmu tidak berhenti untuk menyerang Alora di sosmed."

"Benar."

"Dan situasi dengan penggemarmu ini yang akhirnya membuatmu putus dengan Alora seperti sekarang?"

"....Benar."

"Kau sudah tahu apa yang mau kau lakukan setelah ini?"

"..."

"Adrian?"

"Antara tahu dan tidak."