Di apartemen Deri.
Natali meletakkan ponselnya di meja, dia berdiri, bangkit dari kursi kembali bergabung di antara ketegangan Jeni dan kekasihnya.
"Kenapa? Kenapa kau dengan mudahnya berpaling dari satu wanita ke wanita lain?" Tatapan mata jeni terlihat nanar. Sorot matanya begitu tajam menatap wajah kejam Deri. Dia menahan semua gejolak yang siap tumpah saat ini.
Kalau mau jujur tak mudah menginjak lagi lantai apartemen ini, tak mudah merasakan ruangan yang pernah menjadi bagian dari masa lalu indah tapi pahit.
"Kau! Jangan bicara omong kosong. Cepat keluar dari sini!" Deri mendorong Jeni. Pria itu begitu kasar dan kejam. Tanpa sungkan dia menarik pangkal lengan Jeni, dia mendorong wanita hamil itu agar keluar dari rumahnya.
Tapi Jeni masih saja bersikeras. Dia tak mau beranjak dari posisinya. Dari wajah Deri dia menoleh dan mendapati Natali yang mendekati posisi mereka terlibat adu mulut.
"Dan kau. Kau pikir berapa lama kau akan tersenyum karenanya!"