Mario masih menunggu di luar ruangan, wajahnya masih saja Risau dan takut. Suara ketukan langkah semakin mendekat memaksa Mario memalingkan wajah dari ruangan kamar rawat Bey. Bibirnya memaksakan tarikan senyum. Mario menyambut Nico dan.. Rio!
"Apa kabarmu?" tanya Rio menyapa Mario. Melihat jelas raut buruk dari sepupunya itu, Rio mencoba mengerti.
Nico masih sibuk dengan panggilan yang baru saja masuk ke ponselnya, dia sedikit menyingkir, memberi waktu pada Mario dan Rio untuk berbincang.
"Kudengar kau akan ke rumah Artadiningrat?" tanya Mario. Rio mengerutkan dahi dan menarik senyum sinis.
"Entahlah, aku masih sedikit ragu." ucap Rio memberi tatapan mengambang. "Kau tahu daripada sebagai manusia, aku levih dianggap pengemis disana" dengus Rio kecewa. Mario menepuk pundak Rio pelan.
"Bro, terkadang menjadi orang baik itu memang tidak enak. Di benci, salah faham, begitulah hidup" Rio tersenyum mendengar kalimat bijak Mario.
---