Juwita menautkan alis, pemilik sepasang pantofel mengkilat itu kian dekat. Senyum menyeringai menghias wajahnya. Untung saja Reo sudah lebih dulu meninggalkan ruangan kantor Artadiningrat, Juwita menghela nafas lega.
"cepat jelaskan maksud teleponmu kemarin!" perintah Juwita ketus, dia tak ingin mengulur waktu bersama rekan kerjanya ini. Pria itu membuka kacamata hitam, menatap dalam wajah Juwita. Dia sudah paruh baya tapi kecantikan tak mau lekang dari wajahnya. Lihat senyum sinis bibir tipis itu. Hidung mancung berpadu sudut mata tajam. Juwita selalu mempesona pria sebaya nya.