POV BEY
Dina dan Willa meninggalkan aku berdua dengan Mario di ruang televisi, mereka meninggalkan kami berdua dengan rasa yang canggung, mereka berdua masih saja selalu menggoda kami di setiap kesempatan, aku sedikit senang sahabat ku itu akan meninggalkan kami berdua saja kini. Mereka beralasan akan membantu orangtua ku di toko, pasti mereka hanya akan mengganggu saja di sana, keduanya sudah begitu dekat dengan kedua orang tua ku, Dina dan Willa biasa menghabiskan banyak potongan roti buatan mama dan papa, dan orangtua ku akan merasa sangat gembira saat kedua gadis itu terus memuji hasil masakan mereka.
Sekarang aku bisa menikmati berduaan saja dengan pacarku. Dina memang selalu menyukai roti - roti buatan mama dan sesuai minat nya yang melanjutkan sekolah bagian pastry, dia akan menghabiskan banyak roti di sana, mama sangat dekat dengan sahabatku sedangkan Willa sedang membuat riset untuk tugas kuliahnya, jadi itulah alasan mengapa mereka tiba - tiba mengunjungi rumah ku, yah aku agak kecewa jadinya
" kalo beduaan tiati beb , yang ketiganya ... " celetuk Dina dengan nada bercandanya sebelum meninggalkan ku bersama Mario
" SETTAAN !! " lanjut Willa berteriak, mereka berdua cekikikan sambil menutup pintu depan meninggalkan ku di balik pintu tentu dengan Mario yang sibuk di dapur sana. Aku menggelengkan kepala mengingat dua sahabatku itu, ada saja kalimat mereka untuk menggoda kami berdua. Sepeninggalan Dina dan Willa kami berusaha untuk tetap tenang, hingga Mario menghampiri dan duduk bersebelahan denganku di sofa
Aku mencuri lirik ke arah Mario yang sejak tadi hanya diam saja, aku mengganti ganti saluran televisi sepertinya tidak ada yang menarik perhatian ku
Kami berdiam diri dengan suara dari televisi yang tak jelas sedang menayangkan acara apa. Mario mencuri lirik kearah ku dengan wajahnya yang ragu ragu, aku juga menangkap tingkahnya yang cangguh yaa.. aku pun begitu
" Maaf ya, teman - teman ku rusuh " Aku mencoba membuka percakapan untuk mencairkan auasana yang beku ini, Mario menoleh dia tersenyum sekilas
" Mereka seru kok " ujar nya dengan senyum tipis
Kami terdiam lagi, saat aku melihat wajah nya yang merona malu seperti ini, jelas membuatku terus terbayang - bayang kejadian tadi malam, kejadian pertama kami, itu sedikit menganggu ku. Jantung ku seperti berayun ayun menangkap kilas balik bayang bayang kemarin
" Bey .. " panggilnya pelan
" kenapa ? " Aku menoleh sekilas
Tangannya menjangkau tanganku, mengenggam erat telapakku dalam telapak tangan kekarnya, wajahnya terlihat serius sekali. Ku turunkan remot di tangan satu lagi, aku mulai serius menatap wajah nya yang meminta perhatian penuh dari ku, Mario terlihat serius, aku masih menunggu lanjutan ucapan Mario, dia menarik nafas dalam
" Bey, aku akan pulang dulu " Aku mengerutkan dahi tidak mengerti. Tangan kiri Mario menjangkau rambut sisi ku menyelipkan diantara daun telinga ku, kau sering sekali begini, memperlakukanku dengan lembut. Sorot matanya terasa dalam saat ini, aku seperti melongok ke dalam sumur tua yang seram saat menatap sorot mata itu, kau seperti ini lagi membuat perasaanku takut
" Aku akan menyelesaikan urusan dengan ayah ku " aku mencoba mengangguk mencoba untuk mengerti walau masih mencerna kalimat Mario. Aku mencoba memahami apa maksud Mario, tapi rasanya otak ku tak mampu menelaah dengan baik apa yang dia katakan pada akhirnya aku menatap wajahnya bingung
Tapi..
Dia memang harus menyelesaikan masalah di belakang punggungnya, Mario tak boleh terus terusan menghindar. Saat ini pers juga sudah mulai tenang pikir ku. Aku hanya berpikir sederhana saja, dia akan menyelesaikan masalahnya dengan papa Sofia dan akan terap bersama dengan ku, terdengar sangat mudah dan sederhana
" tentu saja, selesaikan dengan baik sayang, aku selalu mendukung mu ! " balasku sambil menarik senyum. Aku mengepalkan tangan memberi semangat. Aku ingin memberi kekuatan pada pacarku itu
" Tapi Bey, mungkin itu akan memakan banyak waktu " jelas Mario dengan wajahnya yang datar, aku sekali lagi aku menatap bingung, ah !
" Aku tidak masalah ! " balas ku cepat sambil tersenyum. Bagiku menyelesaikan masalah memang butuh proses, tidak ada yang instan dalam hidup ini. Bahkan kau harus merebus terlebih dahulu sebelum menikmati mie instan sekalipun kan ! jadi itu wajar saja kan ?
Sorot mata Mario semakin tajam, seperti menusuk ke dalam jantung ku. Ada yang dia simpan dan cemaskan, pikirku curiga. Aku masih menatap nya, sambil menahan tarikan senyum tetap menghiasi wajah ku, dalam hati inj penuh tanda tanya yang tak bisa ku pahami akan dirimu walau aku sudah mencoba untuk membuat semua ini menjadi lebih sederhana, tetap saja aku belum mengerti akan dirimu
Mario menatap ku lama, membuatku bingung dan salah tingkah, apa yang dia lakukan sih ? aku menoleh cepat tak membalas tatapannya, aku membuang wajah perlahan seolah acara televisi telah mencuri perhatian ku
" Mata mu itu indah " ucapku asal tak berani membalas sorot tajam mata Mario. Ah kenapa malah kalimat seperti itu yang keluar ! aku bermaksud membuat percakapan diantara kami untuk mencairkan suasana yang masih cangguh tapi yang ada kalimat ku membuat aku malu sendiri, kenapa tiba tiba aku memujinya ! itu diluar perkiraan ku
Dia tertawa kecil melihat ku salah tingkah, wajah ku pasti sangat merah saat ini menyadari pujian ku yang terlontar begitu saja
" Boleh aku melakukan lagi ? " mata kami saling memandang, aku mencoba mengerti permintaan Mario
" Mau apa ? " tanya ku dengan wajah tak mengerti, apa dia sedang meminta 'itu' lagi ? ah ampun ! bahkan rasa sakit dan perihnya masih jelas ku rasakan Mario
" Menurut mu ? " Mario balik bertanya seolah menggoda ku. Mario memeluk tubuhku cepat, sesekali dia mengecup tanganku berulang ulang, apa yang kau lakukan sih ?
Aku bisa melihat sorot matanya yang tadi tajam kini seperti melayu, dia menggeser posisinya mendekati ku hingga pahaku bisa menyentuh ujung dengkulnya
Telapak tangan Mario meraba perlahan kulit di bawah rambutku, dari pangkal leher hingga daun telinga, itu bagian sensitif, pergerakannya sungguh membangkitkan gelora dalam dadaku
Kami menghabiskan waktu bersama lagi untuk kedua kalinya di atas sofa ruang tamu, dia yang tersenyum meyakinkan ku jika kali ini akan lebih baik dari pertama kali. Aku yang masih sedikit takut dan was was karena sisa rasa nyeri di pangkal paha ku
Aku bahkan mengikuti tingkahnya yaitu menggigit bibir seakan takut dan ragu melakukan hubungan ini sekali lagi, apa Mario tidak menipuku kali ini ?
" Sayang, ini tidak akan seperti sebelumnya, aku janji akan membahagiakan mu kali ini.. " bisiknya seakan mengerti akan kegalauan ku, aku mengangguk perlahan. Mario semakin yakin dengan tindakannya, dia segera menaikkan dirinya dan waktupun bergulir, hingga aku tertidur pulas karena kehabisan banyak energi
Aku meninggalkan Mario terlelap terlebih dahulu setelah membersihkan diri, aku tidak pernah tahu jika sudut mata Mario sedikit demi sedikit meneteskan air mata. Aku tak menyadari nya. Tak pernah sadar
***
beri dukungan dengan suka ,VOTE, komen dan semuanya !!
terima kasih sudah membaca sampai disini..
terus dukung dengan memberi review dan komentar berikut 5bintang di depan..
Komentar tiap tiap babnya..
Kirim power stone sebanyak2nya
beri hadiah sebanyak banyak ya agar penulis terus bersemangat dalam berkarya
ig @anyun yun yun yun (jng pakai spasi)