Beberapa hari ini Lili tidak masuk sekolah karena penyakitnya. Tidak banyak yang bisa dilakukan saat kondisi tubuhnya melemah, Lili hanya makan dan tidur saja yang membuatnya merasa bosan.
"Nak, ayo makan dulu." kata Ibu Susan menghampiri Lili sambil membawa sepiring nasi.
"Nanti saja, Bu." kata Lili menolak.
"Kamu harus makan sekarang!" perintah ibunya.
"Iya, aku makan." jawab Lili melihat ibunya marah.
"Selesai makan kamu juga harus minum obat." kata Ibu Susan memberitahu anaknya.
"Tidak. Aku sudah sembuh jadi tidak perlu minum obat lagi." kata Lili.
"Jangan membantah lagi! Cepat minum obatnya!" kata Ibu Susan dengan suara keras.
"Tapi, obat ini sangat pahit dan aku tidak bisa menelannya. Biasanya kalau aku sakit diberikan sirup sama dokter." kata Lili mencari alasan.
Ibu Susan pergi ke dapur dan sesaat kemudian kembali ke kamar Lili seraya berkata "Ibu sudah menghaluskan obatnya dan menambahkan madu jadi tidak akan terasa pahit lagi."
"Aish, ibu memang selalu memaksa." Lili menggerutu.
"Besok kamu sudah bisa sekolah lagi." kata Ibu Susan.
"Asyik! Lili senang sekali karena besok bisa bertemu teman-teman." kata Lili bersemangat.
"Lili, cepat kesini!" kata Tuan Rudi.
"Ada apa Ayah?" tanya Lili.
"Ayah punya hadiah kejutan untuk kamu." kata ayahnya lagi.
"Wah! bagus sekali sepedanya. Ini untuk Lili?" tanya Lili senang karena tidak percaya.
"Iya. Sepeda ini untuk kamu, sayang. Mulai besok kamu berangkat sekolah naik sepeda sendiri dan ibu tidak perlu mengantar kamu lagi." kata Tuan Rudi.
"Baiklah." kata Lili menuruti perkataan ayahnya.
Keesokan harinya
Lili sudah duduk di ruang makan sambil menyantap sarapannya. Setelah selesai makan ia mencari ibu dan ayahnya dan berpamitan untuk pergi ke sekolah. Lili mulai menaiki dan mengayuh sepedanya itu. Lili berangkat ke sekolah dengan teman - temannya yang juga bersepeda. Lili memperlihatkan wajah ceria kepada temannya yang lain. Sampai saatnya pulang sekolah Lili tidak harus lelah dengan berjalan kaki.
Siang harinya
Setibanya di rumah Lili berganti pakaian dan mengambil makan siangnya. Saat makan Lili senyum-senyum sendiri. Tanpa Lili sadari ada Ibu Susan yang mengawasi perilakunya yang aneh itu lalu bertanya.
"Ada apa, Lili?"
"Apakah ada yang lucu?"
"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri begitu?"
"Apa kamu gila?"
Lili terkejut karena ibunya menimpali dengan berbagai pertanyaan. Kemudian Lili mulai bercerita kepada ibunya tentang kejadian lucu di sekolahnya tadi pagi.
"Ibu tadi ada peristiwa lucu saat di dalam kelas." kata Lili.
"Apa peristiwa lucu itu sampai membuat kamu tertawa sendiri?" tanya Ibu Susan penasaran.
"Tadi di kelas kedatangan pangeran kodok." jawab Lili dengan tawa terbahak-bahak.
"Dasar! anak kecil bicara saja tidak jelas." sahut Tuan Rudi mendengar jawaban konyol anaknya.
"Pangeran kodok?" tanya Ibu Susan tidak mengerti.
"Iya. Di dalam sepatu yang dipakai sama Anggi ada kodoknya." kata Lili tidak mampu menahan tawanya.
"Sepatunya itu dipipisi kodok. Lucu sekali kan, bu?" tanya Lili kepada ibunya.
Ibu Susan tidak menjawab pertanyaan Lili dan hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya itu.