"Mah.. pliss, Arra nggak mau di jodohin. Arra mau selesaiin kuliah dulu Mah, janji deh kalau udah wisuda Mama bebas jodohin Arra tapi nggak sekarang yah, plissss...!!"
Sudah sejak sejam yang lalu Bella terus membujuk Rasty agar menunda perjodohan itu. Dan di rumah Bella memang di panggil Arra oleh keluarganya, itu adalah nama panggilan kesayangan dari neneknya.
"Sayang, Mama lakuin ini semua demi kebaikan kamu, nggak usah khawatir anak kesayangan Mama yang cantik ini akan selalu bahagia."
Kenyataannya Rasty juga tetap pada pendiriannya, ia tidak berniat sedikit pun membatalkan perjodohan ini.
"Tapi Mah, Arra sibuk banget sekarang, lagi ngurus skripsi. itu aja udah bikin stres nggak ada waktu buat ngurus yang lain."
Bella masih berusaha membujuk ibunya dengan memasang wajah memelasnya. tapi sepertinya Rasty tetap pada pendiriannya.
"Nggak sayang, pokoknya kamu akan menikah. titik." ucap Rasty tidak ingin menerima bantahan, ia pun pergi ke dapur meninggalkan Bella yang sudah mencak-mencak dengan kesal di tempatnya.
Bella kembali duduk di sofa, tatapannya fokus ke depan. Ia benar-benar frustasi dengan semua ini.
"Woii, ngapain lo dek? Bengong aja, kesambet baru nyaho lo."
Suara Dimas yang tiba-tiba membuat Bella tersentak kaget, ia mendecak kesal kedatangan kakaknya sepertinya akan membuatnya semakin badmood.
Bella mengabaikan Dimas, ia malas meladeni ketidakwarasan Dimas kali ini.
"Elaah, di tanyain juga malah bengong aja. lagi ikut challenge diam-diaman kah?"
"Ganggu aja sih lo, pergi sana!" usir Bella.
"Nggak mau, ini kan ruang keluarga dan gue juga keluarga disini itu berarti gue berhak dong dimana aja dan ngapain aja." seru Dimas tidak jelas, membuat Bella menghela napas jengah.
"Gaje banget jadi orang." balas Bella setelah itu ia beranjak pergi dari sana.
"Ehh, mau kemana woii.. lo belum jawab pertanyaan gue. dasar kutil anoa." teriak Dimas mulai kesal karena Bella mengabaikannya.
"Hussh, ngomong gitu banget sama adek sendiri." kini Rasty muncul dari arah dapur sambil membawa sebuah piring yang berisi salad buah. ia kemudian duduk tidak jauh dari Dimas.
"Lagian dia kenapa sih Mah, tuh anak badmood mulu keknya."
"Kamu tuh gangguin adek terus, udah... nih saladnya enak loh, Mama sendiri yang buat." balas Rasty sambil menyodorkan salad buatannya. Dimas pun mengambilnya.
"Hmm.. buatan Mama memang yang paling enak." puji Dimas saat mencoba salad buatan ibunya.
"Tapi Mah, Dimas penasaran sepertinya Arra ada masalah ya!! dia kek lagi mikirin sesuatu gitu." lanjut Dimas penasaran.
"Ohh, itu... Mama baru aja beri tahu dia kalau Mama dan Papa sepakat menjodohkannya dengan anak teman Papa."
"Apaa??"
Dimas terbelalak seketika, hampir saja salad yang berada dalam mulutnya menyembur keluar.
"Mama apaan sih, pake jodoh-jodohin segala. Mah Arra itu lagi sibuk ngurus skripsi nya itu aja udah buat dia frustasi dan sekarang Mama malah nambahin beban dia, tega banget sih sama anak sendiri."
"Bukan gitu Dim, dengerin Mama dulu..."
"Nggak, pokoknya Dimas nggak setuju dengan keputusan Mama sama Papa. Bisa kan sekali saja nggak seegois ini pada Arra, dia itu udah gede Mah, udah bisa nentuin pilihannya sendiri tanpa harus di jodohin kayak gitu."
Setelah mengucapkan keputusannya Dimas langsung meninggalkan Rasty yang masih berusaha memberi pengertian padanya. Dimas mengabaikannya dan terus berjalan menuju kamar adik kesayangannya itu
Dimas mengetuk pintu kamar Bella namun tidak ada jawaban dan karena itu Dimas langsung membuka pintu, ia pun masuk kedalam kamar dan melihat Bella sedang duduk di tepi ranjang sambil menatap kosong ke arah balkon kamarnya.
"Ekhem.. gue ganggu nggak nih." Dimas berdehem agar Bella menyadari kedatangannya.
Tak ada respon dari Bella, Dimas pun mengambil tempat dan langsung duduk di sebelah Bella. tanpa Dimas duga, Bella langsung menghambur ke pelukannya sambil menagis sesegukan. Bella hanya ingin mengeluarkan sedikit bebannya dan mendapat ketenangan walau sementara.
"Iyaa, kakak ngerti kok. keluarin aja semuanya, kakak selalu bersamamu." Dimas membiarkan Bella menangis dalam pelukannya, ia tahu adiknya sebenarnya sangat rapuh hanya saja Bella selalu berusaha terlihat kuat. Dimas terus mengelus rambut Bella memberinya ketenangan.
"Kamu nggak usah mikirin ucapan Mama, fokus aja ke skripsi mu dan jangan jadikan beban soal perjodohan itu. kakak akan mengurus semuanya kamu tenang saja, semua akan baik-baik saja."
Bella hanya mengangguk sebagai jawaban atas ucapan Dimas. Kakaknya memang kadang bertingkah aneh dan terlihat sedikit tidak waras menurut Bella tapi ia bisa di andalkan jika ada masalah yang serius, seperti saat ini dan Dimas juga selalu ada untuk Bella bagimana pun caranya. ia sangat menyayangi adiknya.
Setelah puas dengan tangisnya Bella kini berbaring sambil menatap langit-langit kamarnya dan Dimas masih setia duduk di samping menemaninya.
"Kak.. Arra harus gimana? aku nggak mau buat Papa marah, kalau aku menolak Papa pasti bakalan marah besar." ucapnya sendu.
"Kamu tenang aja, biar kakak yang bicara dengan Papa."
"Justru itu Arra takut, kalian pasti akan bertengkar. Aku nggak mau itu terjadi. kalau memang menerima perjodohan itu satu-satunya cara, yaudah Arra akan menerimanya."
"Nggak. Kakak tidak setuju. selesaikan dulu kuliahmu baru nikah."
Hening sesaat, tidak ada jawaban dari Bella maupun protes Dimas. tiba-tiba Bella berseru membuat Dimas bingung dengan sifat Bella.
"Cieee, takut ya aku lambung. Yaah!! mau gimana lagi orang cantik mah cepat laku."
Dimas sedikit terkejut mendengar ucapan Bella barusan, apa gadis itu sedang bercanda? bukankah tadi dia sedang galau. Entahlah, wanita memang sulit di mengerti.
"Ihhh, apaan. siapa juga yang takut, gue juga kalo mau nikah udah banyak tuh gadis-gadis cantik yang ngantri di luar sana. Gue aja yang belum mau, masih pengen bebas!!" elaknya.
"Cihh.. sok-sok an banget, padahal sekali aja nggak pernah ngenalin cewek ke Mama!! itu apa namanya kalau bukan jomblo nggak laku, hahaha...." ledek Bella.
Sepertinya mood Bella sudah kembali dan ia memang gemar membuat Dimas kesal.
"Untung adek gue lo, kalo bukan udah gue sleding dari tadi, ngeselin banget sumpah!!"
"Unnchh, Masa sihh..."
Bella semakin menjadi meledek Dimas, membuatnya kesal dan meninggalkan Bella begitu saja.
"Sebahagiamu deh.." balas Dimas lalu keluar dari kamar.
Bella tak kuasa menahan tawanya melihat kekesalan di wajah Dimas.
*****
Pukul 08:00 PM, keluarga besar yang akan di jodohkan dengan Bella berkunjung ke rumah keluarga Vijay. Mungkin mereka akan membahas lebih lanjut soal perjodohan itu.
"Loh.. sayang ayok keluar, tamu di luar udah nungguin dari tadi. Anak Mama cantik sekali malam ini."
Rasty kini berada di dalam kamar Bella menyuruhnya segera keluar bertemu keluarga calon suami Bella nanti.
ia menuntun putrinya, Rasty tahu Bella melakukan semua ini karena terpaksa tapi mau bagaimana lagi Rasty melakukannya untuk kebahagian putrinya.
mereka berdua akhirnya keluar berjalan menuju ruang keluarga dimana semua orang berkumpul, sebelum pertemuan malam ini sebenarnya Dimas sudah berbicara dengan ayahnya bahwa ia tidak setuju dengan keputusan mereka tapi Dimas tidak bisa berbuat banyak, ia tetaplah seorang anak yang tidak bisa melawan orang tuanya terutama Vijay ayahnya.
Yahh!! terjadi pertengkaran kecil di antara mereka itu sebabnya malam ini Dimas tidak ikut serta dalam pertemuan ini, ia memilih keluar menenangkan pikirannya.
Bella bisa mengerti maka dari itu ia pasrah dengan semuanya dan mengikuti kemauan orang tuanya. walau melakukannya dengan setengah hati.
semua orang kagum melihat kecantikan Bella malam ini, membuatnya malu dan sedikit canggung karena untuk pertama kali Bella berada dalam situasi seperti ini.
Rasty dan Bella kemudian duduk di sebelah Vijay, terlihat Bella sedikit gelisah mencari keberadaan kakaknya, ia juga khawatir jika Dimas akan melakukan hal konyol di luar sana. Bella sudah paham betul sifat Dimas dan bagaimana cara ia akan menenangkan pikirannya. Bella benar-benar khawatir saat ini.
"Kamu kenapa sayang?" bisik Rasty melihat kegelisahan Bella.
"Mah, kak Dimas dimana? kenapa belum datang?"
"Kirain ada apa, Dimas baik-baik saja paling dia ke rumah temennya. setelah ini Mama akan menelponnya, kamu jangan khawatir yaa." jelas Rasty.
Bella membuang napas perlahan, baiklah ia hanya akan duduk saja kan sambil menampilkan senyumnya yang menawan jadi ia hanya perlu sabar sampai pertemuannya malam ini selesai.
Kedua orang tuanya sibuk berbincang dengan keluarga calon suami anaknya nanti tapi Bella justru sibuk dengan pikirannya mencari siapa yang akan di jodohkan dengannya dan sepertinya laki-laki itu tidak datang. Bella hanya melihat sepasang suami istri yang terlihat sangat baik, sudah pasti mereka adalah mertua Bella nanti dan ada juga seorang nenek yang sudah sangat tua tapi masih terlihat modis, nenek itu juga terus menatap Bella dengan penuh senyuman.
Ada pula seorang gadis cantik yang usianya kira-kira masih tujuh belasan lalu dimana laki-laki yang akan di jodohkan dengan dia kenapa Bella tidak melihatnya.
Vijay kini memperkenalkan anaknya pada keluarga Hans, teman bisnisnya sekaligus akan menjadi besannya nanti. Setelah memperkenalkan putrinya kini Vijay memperkenalkan satu persatu keluarga Hans pada Bella.
Jadi yang akan menjadi mertuanya nanti itu adalah Hans dan Juhi, nenek di sebelah mereka adalah nenek Helena dan gadis cantik bersama mereka itu adalah itzy.
Bella hanya mangut-mangut mendengarkan ucapan ayahnya. ia kembali menunduk memainkan jari jemarinya, jika sudah seperti itu berarti Bella sudah mulai bosan.
"Nah..kalau yang ini, Akash calon suamimu." lanjut Vijay, saat melihat seorang laki-laki baru saja muncul dari arah pintu. sepertinya ia datang terlambat.
Dan nama orang itu tidak asing di telinga Bella, ia pun mendongak melihat ke arah orang tersebut.
"Pak Akash?"
"Kamu?"
Ucapnya bersamaan dan mereka terlihat sangat terkejut satu sama lain.