Hiko Seijuro XIII saat ini sedang berada di tepi pantai dari pulau awan api, ia benar-benar ingin pergi ke Kota Akademi untuk menonton cucunya yang akan dengan mudah menjadi juara utama dari Daihaseisai, seperti yang terjadi di setiap tahunnya. Hanya saja tahun ini, Hiko sama sekali tidak dapat pergi ke Daihaseisai, sebab ia memiliki kesibukan yang luar biasa di pulau awan api. Makanya Hiko menggunakan sedikit waktu kosong yang ia miliki untuk merenung di pantai mengenang kembali masa-masa indah atau masa-masa buruk yang ia miliki.
Dan saat ini Hiko sedang mengingat salah satu momen dimana Hiko sedang berada di puncak kejayaannya dan ia memandang rendah orang lain serta menganggap dirinya layaknya dewa yang tidak memiliki lawan, karena pada saat itu Hiko memang tidak terkalahkan. Sampai-sampai Hiko menjadi sangat sombong, tidak bermoral dan melakukan hal apapun yang ia sukai dengan seenaknya tanpa takut ada hal buruk yang akan terjadi kepada dirinya.
Hiko yang begitu arogan pada akhirnya mengalami kekalahan mutlak di tangan seseorang yang mengalahkan Hiko bahkan tanpa menggerakkan tubuhnya sedikit pun. Lelaki berambut coklat pendek berusia tiga puluhan dan memiliki kumis dan janggut dengan ketebalan sedang mengalahkan Hiko dengan mudah.
Lelaki itu datang kepada Hiko dan menyuruh Hiko untuk berhenti menyombongkan diri, bertindak seenaknya dan kembali ke jalan yang benar dan bermoral. Tapi Hiko tidak menerima nasihat dari lelaki itu makanya
Hiko menyerang lelaki yang menceramahinya itu dengan semua jurus terkuat yang ia miliki, tapi semua usaha Hiko sia-sia sebab semua serangan Hiko sama sekali tidak mempan kepada lelaki itu. Dan lelaki itu mengalahkan Hiko hanya dengan berkata terjatuhlah.
Satu kata itu sudah lebih dari cukup untuk membuat Hiko merasa tubuhnya mendapatkan tekanan yang sangat berat dan tekanan itu begitu kuat, sampai-sampai tulang-tulang Hiko mengalami keretakan.
Lelaki itu lalu pergi meninggalkan Hiko yang masih tubuhnya masih tertelungkup di tanah, tapi tidak sebelum ia berkata kepada Hiko;
"Kau terlalu arogan, memilki harga diri yang tinggi dan juga tidak mau mendengarkan nasihat baik dari orang lain. Makanya aku harus memberimu sedikit pelajaran, agar kau bisa menjadi orang yang lebih baik. Aku bisa saja membunuhmu dengan mudah bahkan tanpa melakukan apapun, tapi aku bukanlah pembunuh dan aku juga tidak bisa membunuhmu karena keberadaanmu akan sangat penting untuk masa depan dari dunia ini. Semoga kau bisa berubah dan semoga Dia yang berada di atas segalanya memberkatimu dan membawamu ke jalan yang benar. Dan yang terakhir kau akan tetap tertelungkup di tanah untuk sementara sampai ada gadis kecil berambut hitam yang akan membebaskanmu dari tekanan yang kuberikan untukmu."
Setelahnya Hiko harus tertelungkup di tanah selama bertahun-tahun sampai ia sendiri lupa berapa lama ia ada dalam keadaan itu. Yang anehnya walaupun Hiko berada dalam keadaan tertelungkup selama bertahun-tahun ia tidak merasakan lapar, haus, ataupun keinginan untuk buang air. Tapi bukan berarti Hiko tidak merasa tersiksa ada dalam keadaan semacam itu, sebab ia masih bisa merasakan panas terik dari matahari yang menyentuh tubuhnya. Dinginnya udara malam dan salju, juga tetesan dari air hujan. Ditambah lagi meskipun ada banyak orang yang lewat di sekeliling Hiko tidak ada yang bisa menyentuh ataupun melihat Hiko.
Bagi Hiko rasa lapar, haus, tetesan air hujan, panas terik matahari, dinginnya salju ataupun udara malam bukanlah masalah. Sebab Hiko sudah terbiasa menghadapi semua itu, sedari ia kecil karena latihan berat yang ia dapatkan dari gurunya. Yang membuat Hiko menderita ialah ada banyak sekali orang yang lewat di dekat dirinya.
Tapi mereka sama sekali tidak dapat menyentuh ataupun melihat dirinya dan hal semacam itulah yang membuat Hiko menderita, rasa sepi tidak dapat berbicara dengan siapapun ataupun melakukan apapun sekaligus dendam mendalam yang ia miliki kepada sang lelaki misterius yang bisa mengalahkan dirinya tanpa berusaha sama sekali sekalipun ia adalah seorang manusia yang memiliki kekuatan untuk membunuh dewa bahkan menghancurkan planet.
Ia tidak mengerti kenapa dirinya yang sudah berada di puncak tidak bisa mengalahkan seseorang yang terlihat jauh lebih lemah dari dirinya.
Dan Hiko tetap berada dalam keadaan seperti itu sampai Hiko bertemu seseorang yang mengubah hidupnya selamanya. Seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan keberuntungan. Seseorang yang akan menjadi istri pertama dari Hiko Seijuro XIII dan nama dari wanita yang menjadi istri pertama dari Hiko Seijuro XIII adalah Chitose Nakai.
Pada waktu itu secara kebetulan Chitose sedang berjalan pulang dari ibadah malam di gereja terdekat. Dan ia melewati jalan dimana Hiko tertelungkup, sebuah jalan yang jarang ia lewati karena jalan tersebut terkenal angker dan berhantu. Tapi untuk kali ini ia terpaksa melewati jalan angker itu, sebab jalan yang biasa lewati sedang ditutup karena jalan itu sedang mengalami perbaikan yang dimulai tepat pada saat ia berada di gereja sehingga ia tidak dapat kembali melewati jalan yang sama.
Dan tepat ketika ia berada di depan Hiko yang tertelungkup di tanah, Chitose pertama-tama mengira kalau Hiko adalah seorang pengemis yang tidak mengenakan pakaian apapun kecuali celana dalam. Jadi ia menyentuh tubuh Hiko dan sentuhan itu menghancurkan tekanan yang selama ini membuat Hiko tertelungkup di tempat yang sama selama bertahun-tahun. Dan akhirnya Hiko pun terbebas dari belenggu yang selama ini menahan dirinya.
Chitose merasa kalau ia memecahkan sesuatu dan merasa kuatir kalau ia sudah melakukan hal yang buruk sedangkan Hiko yang baru saja terbebas dari penderitaan yang ia alami merasa sangat lega.
Sebab bertahun-tahun tertelungkup di tanah membuat tubuhnya menjadi kaku dan Hiko sendiri mengalami perubahan dalam cara berpikir setelah ia tidak dapat melakukan apapun kecuali berpikir, bernapas dan menutup kedua matanya.
Dendam yang ia miliki kepada pria misterius yang sudah menghilang setelah ia sadar kalau hal buruk yang menimpa dirinya adalah hasil dari perbuatan buruk yang ia lakukan ketika ia masih sangat arogan dan tidak memiliki moral. Dan ia menerima dengan tulus semua hal buruk yang menimpanya sehingga yang bisa ia lakukan hanyalah merenung, berdoa, dan menunggu gadis berambut hitam yang akan membebaskan dirinya dari tekanan yang menghimpit dirinya.
Dan ketika ia melihat Chitose, Hiko menyadari kalau Chitose adalah orang yang ia tunggu selama ini. Sebab selain Chitose itu berambut hitam satu sentuhan dari Chitose bisa membuat dirinya terbebas dari penderitaan yang ia alami bertahun-tahun.
Hiko langsung memeluk tubuh Chitose dengan sangat erat. Karena Hiko di saat itu pula langsung menyadari, kalau Chitose akan menjadi seseorang yang sangat spesial bagi dirinya.
***
"Hmm dua belas tahun berada dalam keadaan tertelungkup tanpa bisa melakukan apapun ataupun berbicara kepada siapapun merupakan waktu yang paling menyiksa untuk diriku. Tapi kalau aku tidak mengalami penderitaan itu, mungkin sampai sekarang aku tidak akan bisa menjadi lebih dewasa, menjalani kehidupan yang lebih baik dan bertemu dengan Chitose ataupun Yukiko. Pria berambut coklat itu benar-benar memberikan pelajaran yang berharga untukku, sampai sekarang aku tidak bisa mengetahui siapa pria itu sebenarnya dan Chitose yang sepertinya tahu identitas dari pria itu tidak mau memberitahuku dan bilang kepadaku untuk mencari tahu sendiri siapa 'Dia' sebenarnya."