Di dalam gedung tanpa jendela yang ada di distrik tujuh. Aleister Crowley saat ini sedang melihat ke arah monitor yang memperlihatkan pertarungan antara Touma melawan Agnes, pertarungan itu benar-benar berat sebelah sampai-sampai Aleister merasa kasihan melihat keadaannya Agnes yang dipecundangi habis-habisan oleh Touma. Sekalipun Agnese adalah musuh bagi Aleister karena apa yang hendak Agnese lakukan bisa mengganggu rencana yang sudah susah payah ia buat.
Tapi rasa kasihan dan simpati yang ia miliki terhadap Agnese hanyalah sesaat, sebab Aleister tidak mau memiliki rasa simpati dan kasihan terhadap siapapun sebab perasaan semacam itu hanyalah penghalang bagi dirinya untuk mencapai dunia yang terbebas dari pengaruh hal-hal yang berbau supranatural.
[Pertarungan yang cukup menarik, tapi sayang pertarungannya terlalu berat sebelah dan cepat sekali berakhir. Tapi akhir dari pertarungan antara Agnese Sanctis melawan Kamijou Touma berakhir lebih baik daripada yang kukira, aku mendapatkan data pertarungan yang sangat berharga, data yang bisa kugunakan untuk membuat senjata terkuat anti Hiko Seijuro XIII yang selama ini sudah menjadi penghalang terbesar dari berjalannya rencana yang sudah susah payah kubuat.]
Aleister merekam pertarungan antara Touma melawan Agnese menggunakan drone khusus yang ukurannya sangat kecil sekecil kutu, sehingga drone tersebut sangatlah sulit dilihat oleh mata telanjang. Bagi Touma yang memiliki kemampuan persepsi yang luar biasa, melacak keberadaan drone itu bukanlah sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Makanya Aleister sengaja menggunakan kamera dengan teknologi khusus pada drone itu, sehingga drone berbentuk kutu itu bisa mengawasi Touma dari jarak belasan kilometer tanpa diketahui oleh Touma yang jarak dari kemampuan persepsinya berkurang ketika ia bertarung.
[Drone berbentuk kutu dengan kamera super kecil yang dikembangkan oleh para Kihara itu sangatlah berguna untuk mengumpulkan data yang kubutuhkan. Kalau bukan karena drone berbentuk kutu itu, sangatlah mustahil bagiku untuk bisa merekam pertarungannya Kamijou Touma.]
***
Tanpa diketahui oleh Aleister, Touma sudah mengetahui mengetahui soal drone berbentuk yang dipakai oleh Aleister. Sebab sesuatu yang sekecil kutu sekalipun tidak dapat lepas kemampuan persepsi milik Touma yang menjadikan Nen miliknya sebagai radar yang sangat akurat. Tapi meskipun Touma sekalipun sudah mengetahui mengenai keberadaan dari Drone kutu itu, Touma tidak terlalu mempedulikannya.
Sebab bagi Touma apapun data mengenai dirinya yang dikumpulkan oleh Aleister menggunakan drone itu, tidak akan ada gunanya karena Hiko sudah memberi peringatan kepada Touma untuk tidak menunjukkan kekuatan penuh yang ia miliki di dalam area kota Akademi karena Aleister selalu mengawasi semua hal yang terjadi di Kota Akademi.
Tapi karena di Kota Akademi tidak ada musuh yang dapat menyakiti dirinya atau pun membuat dirinya serius ketika bertarung. Touma tidak merasa kuatir sama sekali meskipun Aleister merekam pertarungan yang ia lakukan ketika ia melawan Agnese.
Touma lalu melihat ke arah Agnese yang lukanya telah sembuh setelah Touma memberikan Senzu bean kepada Agnese. Saat ini sang biarawati yang memiliki penyakit mental masih tidak sadarkan diri sekalipun Touma sudah menyembuhkan lukanya.
Touma lalu menaruh tubuh Agnese yang masih pingsan ke atas pundaknya sambil menghela nafasnya. Ia sama sekali tidak ingin membawa Agnese bersama dengan dirinya, tapi Touma tidak memiliki pilihan lain, sebab kalau Touma tidak membawa Agnese bersama dengan dirinya maka Agnese akan dijadikan bahan percobaan untuk para Kihara. Sekalipun Touma tidak menyukai Agnese sekalipun karena perbuatan yang dilakukan olehnya, bukan berarti Touma akan membiarkan ada seorang perempuan menderita karena dirinya.
"Sigh, benar-benar biarawati yang merepotkan, hukuman untuk biarawati ini akan kuserahkan kepada Chitose-san, karena aku nggak memiliki hobi untuk menyakiti seorang perempuan."
***
"Ma-mama, kenapa mama melarangku untuk kembali ke Vatican dan melaksanakan tugasku sebagai biarawati disana! Mama tahu bukan kalau menjadi biarawati adalah tujuan hidupku! Kenapa mama melarangku untuk menggapai mimpiku! Padahal menjadi biarawati adalah sesuatu yang mulia dan baik!"
Saat ini Orsola Aquinas sedang protes kepada Chitose yang melarangnya untuk kembali ke Vatican di saat ia baru saja terbangun dari pingsannya. Orsola sama sekali tidak mau berhenti untuk menjadi biarawati dan pergi dari Vatican, sebab ia merasa kalau menjadi biarawati adalah panggilan hidupnya setelah ia terinspirasi untuk menjadi biarawati akibat ia melihat cara hidup dari biarawati yang menjadi kepala dari panti asuhan tempat dulu ia tinggal sewaktu ia masih kecil.
Sayangnya sekalipun Orsola memiliki dedikasi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang biarawati yang baik, sifat Orsola yang ceroboh dan membuat susah orang lain membuat dirinya sama sekali tidak cocok untuk menjadi biarawati. Tapi karena Orsola sangatlah keras kepala, ia tetap tidak mau berhenti menjadi biarawati sekalipun Chitose sudah menyuruhnya berhenti berkali-kali.
"Nyawamu akan terus terancam kalau kau terus berada di Vatican dan menjadi biarawati. Dan di Vatican tidak ada yang mau melindungi dirimu akibat sifatmu yang ceroboh dan membuat susah orang lain, kau akan lebih aman kalau kau tetap berada di Yuragi Sou bersama denganku. Apa gunanya kalau kau tetap berada di Vatican dan mendapatkan apa yang kau inginkan kalau kau kehilangan nyawamu? Apakah cita-citamu itu jauh lebih penting daripada nyawamu dan juga orang-orang yang menyayangi dirimu Orsola?"
Perkataan Chitose membuat Orsola shock dan kaget, selama ini Orsola terlalu fokus dan terobsesi dengan profesinya sebagai seorang biarawati, sampai-sampai ia melupakan hal-hal yang berharga untuk dirinya. Kombinasi dari obsesi dan keras kepala yang ia miliki membuat dirinya sama sekali tidak mampu berpikir dengan logis dan benar.
***
"Aku sama sekali tidak dapat menyangkal kalau semua yang dikatakan mama adalah hal yang benar," Kata Orsola yang masih tetap keras kepala dengan pendirian dan jalan hidup yang ia pilih, sebab ia masih ingin membuktikan kepada Chitose kalau cita-citanya untuk menjadi biarawati bukanlah hal yang salah dan sesuatu yang patut untuk diperjuangkan. Orsola yakin kalau ia bisa menjadi seorang biarawati yang baik selama ia berusaha sekeras mungkin. "Tapi membuang cita-citaku begitu saja, karena aku belum menjadi seorang biarawati yang baik dan kompeten. Jadi sekalipun aku mati di saat aku sedang menjadi biarawati, bagiku itu bukanlah masalah. Karena setidaknya aku mati di saat aku melakukan hal yang kusukai."
"Sigh, obsesimu untuk menjadi biarawati benar-benar sudah mencapai level yang tidak sehat. Sampai-sampai kau tidak lagi bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mati demi keegoisan dirimu sendiri tanpa memikirkan apa yang akan terjadi kepada orang yang menyayangimu bukanlah perilaku dari seorang biarawati kau tahu. Apa setelah kau melakukan hal itu kau masih berani untuk menyebut dirimu sebagai seorang biarawati Orsola?"
Sekali lagi Orsola terdiam karena ia mendengar ucapannya Chitose. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Chitose akan mengucapkan hal semacam itu, Orsola sekarang bingung bagaimana ia akan membalas ucapannya Orsola. Karena apa yang dikatakan oleh Chitose kepada dirinya seratus persen benar, dan ia tidak dapat menyangkal kalau perilaku dan ucapan yang ia tunjukkan sama sekali tidak menggambarkan perilaku dari seorang biarawati.
Obsesinya untuk menjadi seorang biarawati di Vatican sudah membutakan matanya dan membuat dirinya akan hal-hal penting yang harus ia miliki untuk menjadi seorang biarawati yang baik. Ia akhirnya sadar, kalau ia memang tidak pantas untuk menjadi seorang biarawati.