Zizi tetap duduk di dalam mobil meski Andres telah membuka pintu dan sabuk pengamannya. Dia merasa tubuhnya mulai menggigil.
"Andres, kita ke tempat lain saja," katanya dengan penuh harap prianya bisa membaca pikirannya.
"Kenapa?"
Zizi menelan ludah, "ini tengah hari. Pantai di sini beda dengan di Andalusia. Di sini udaranya panas."
Andres mencium pipinya lalu mencemooh, "kamu pembohong yang payah!"
Andres menarik tangannya. Zizi turun dengan enggan. Zizi kecewa. Biasanya Andres bisa memahami perasaannya. Lalu, mengapa sekarang pria itu terlihat tidak peduli?
"Andres," panggilnya lagi. Rasanya Zizi ingin menangis.
Andres memeluknya dan berbisik, "jangan takut. Ada aku. Kamu tidak akan tersesat. Aku tidak akan meninggalkanmu."
