"Apa yang kau lakukan Hope?" Kace berdiri di ambang pintu kamar tidur Hope setelah dia mengamati apa yang dilakukan gadis kecilnya.
Hope mengoleskan lipstik warna pink di bibirnya dan mencoba menggulung rambut hitam lurus panjangnya. Kace yakin bahwa 'alat' yang dia gunakan berasal dari kamar tidur Serefina, karena tidak mungkin dia mendapatkannya sendiri.
Hope terkejut saat dia mendongakkan kepalanya ke arah pintu dan menatap Kace dengan mata terbelalak. Dia melompat dari kursinya dan bergegas ke arahnya.
"Kau harus mengetuk sebelum memasuki kamarku." Hope mendorong Kace dan menutup pintu. Setelah itu, terdengar suara 'klik' lembut yang menandakan kalau dia baru saja mengunci pintunya.
Kace berdiri tepat di luar pintu yang terkunci dengan ekspresi tidak percaya, untuk sesaat dia mengerti apa yang salah.
Apa yang terjadi dengan gadis kecilnya!?
Sudah hampir setahun sejak terakhir kali Kace bertemu Hope, karena dia sibuk mencari Gluttony dan menghindari orang- orang Jedrek, terkadang dia sendiripun bertanya-tanya mengapa saudaranya tidak membiarkannya saja ?! Sudah puluhan tahun! Apa lagi yang dia inginkan darinya ?!
Namun, Kace tahu persis apa yang diinginkan Jedrek; Serefina. Sang penyihir.
Mengapa Jedrek belum juga menemukan pasangannya? Jadi, dia bisa menghentikan kegilaannya terhadap penyihir aneh itu. Tapi, kemudian Kace takut kalau dia justru membunuh pasangannya sendiri.
Apapun itu, Kace tidak keberatan, selama dia tidak menyentuh Hope.
Namun, apa yang terjadi dengan gadis kecilnya sekarang!?
Sejak kapan dia mulai menggunakan riasan itu dan mencoba membuat dirinya cantik? Tidak. Dia sudah cantik! Tapi, kenapa dia melakukan itu?
Hope tidak pernah menutup pintu di hadapan Kace seperti ini sebelumnya. Biasanya, dia akan melompat ke arahnya dan menuntut untuk melihat serigala putih dengan ekspresinya yang menggemaskan.
Jadi sekarang apa? Apa yang terjadi selama setahun ini?
Kace tercengang selama beberapa menit sampai pintu terbuka dan memperlihatkan Hope lagi.
Untungnya, dia telah menghapus lipstik merah mudanya, tetapi ikal dirambutnya masih ada. Kace menemukan dirinya kehilangan kata- kata.
"Apa yang kau lakukan gadis kecilku?" Kace bertanya dengan lembut. Dia tahu bahwa pasangannya mulai menyesali tindakannya tadi.
Hope mengerjapkan matanya dan menatap Kace dengan cemberut. "Aku bukan anak kecil lagi…" dia berkata dengan takut-takut, hampir seperti berbisik, tapi Kace tetap bisa mendengarnya dengan jelas.
Alis Kace terangkat penuh pertanyaan. Meskipun tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya.
"Apakah itu milik Serefina?" Kace bertanya setelah dia melihat bagaimana gadis kecilnya mulai merasa tidak nyaman dengan kesunyian yang membentang di antara mereka.
Hope mengangguk dengan takut-takut.
"Apakah Serefina tahu itu?" Kace mengacak-acak rambutnya seperti yang selalu dilakukannya dan dia bisa merasakan Hope menjadi rileks. Dia takut Kace akan marah padanya.
Kace shock, tapi dia tidak marah padanya.
Hope menggelengkan kepalanya. "Dia akan marah jika dia tahu kau menyentuh barang-barangnya." Kace tahu penyihir itu dengan baik, dia akan mulai mengomel kalau sampai tahu Hope menyentuh barang-barangnya dan masuk ke kamarnya.
Beruntungnya Serefina sedang pergi, sementara Lana, setelah dia membukakan pintu untuk Kace, dia menghilang lagi, seperti biasa.
"Aku tahu." Hope menjawab dengan takut-takut. Dia menggigit bibirnya dengan gugup.
"Kalau begitu kenapa kau melakukannya? " Kace meraih tangan Hope dan membawanya ke dapur tempat dia membuat segelas cokelat hangat.
"Karena teman-temanku juga menggunakannya ..." Hope sedang duduk di kursi bar, bermain dengan rambut ikalnya.
Kace harus mengakui bahwa dia terlihat sangat imut dengan gaya rambut itu, tapi di matanya dia terlihat sangat imut apa pun yang dia lakukan, sehingga penilaiannya kali ini tidak dapat dibenarkan.
"Mereka menggunakannya di dalam sekolah?" Kace mengangkat alisnya. Apakah itu diperbolehkan?
"Tidak." Hope mengangkat kepalanya dan menatap Kace. "Mereka mencoba memakai riasan ibu mereka di rumah dan memotretnya. Mereka mencoba berpakaian seperti ibu mereka. "
"Dan mereka menunjukkan foto-foto itu padamu?" Kace menebaknya dengan benar ketika dia melihat gadis kecilnya mengangguk. "Lalu kau ingin mencobanya juga?"
"Iya." Hope mengakuinya, tapi kemudian ekspresinya berubah sedih. "Tapi, aku tidak punya ibu, jadi kupikir Serefina… itulah kenapa aku…" Hope terhenti, tapi Kace tahu apa yang ingin dia katakan.
"Minumlah ini." Kace mendorong gelas cokelat hangat ke arahnya dan duduk di seberang Hope saat dia menyesap gelasnya sendiri.
Ketika anak-anak mencapai usia sepuluh tahun, banyak yang mulai menganggap diri mereka hampir remaja, sementara beberapa akan mulai terlihat dan bertindak lebih dewasa, yang lain akan tetap lebih seperti anak-anak, baik secara fisik maupun emosional.
Kace rasa, alasan pertama adalah apa yang terjadi pada Hope. Dia mulai meniru dan mengagumi seseorang yang lebih tua darinya.
Masalahnya adalah; Berhubung Hope sangat jarang keluar dan bertemu orang lain, satu-satunya orang dewasa di rumah ini hanya Serefina.
Kace hanya menyesali bahwa gadis kecilnya harus menjadikan penyihir itu sebagai role modelnya.
"Apakah kau marah denganku?" Hope meminum cokelatnya, mengibaskan bulu matanya dari balik gelasnya.
"Marah? Tentu saja tidak." Kace tertawa kecil. "Kau telah tumbuh dengan baik" dia mengulurkan tangannya dan mengacak-acak rambutnya, tetapi berhenti ketika Hope mengerutkan keningnya karena Kace telah merusak rambut ikalnya.
Kace menghela napas.
"Aku hanya ingin kau tetap seperti ini sedikit lebih lama." Kace bergumam, menarik tangannya dari Hope, tanpa sepengetahuannya, Hope merasa kecewa karena kehilangan sensasi yang dia dapatkan setiap kali Kace menyentuhnya. "Ayo kita beli barang yang kau mau saat kau lebih besar, oke?" dia tidak ingin Hope mendapat masalah dengan Serefina karena ini.
"Okay!" Hope menjawab dengan riang.