Chereads / Cinta Sang Lycan / Chapter 4 - GERHANA MATAHARI

Chapter 4 - GERHANA MATAHARI

Kace duduk dengan ekspresi gelap di wajahnya ketika dua penjaga mendekatinya untuk membawanya kembali ke kamar tidurnya.

" Kau harus kembali ke kamarmu sekarang." Salah satu penjaga berkata pada Kace dengan hormat. Dia membuka lengannya untuk menunjukkan jalan menuju kastil, seolah Kace tiba- tiba lupa jalan menuju ke sana.

Hal ini terkadang sangat lucu di mata Kace. Mereka terkadang tampak lebih mengetahui tempat ini daripada dirinya sendiri.

Sementara itu, tanpa mengindahkan ucapan mereka, Kace menengadah dan menatap Gerhana matahari di atas sana. Hal ini tidak akan berlangsung lama, sehingga Kace harus segera bertindak untuk berpindah ke alam lain.

"My lord." Penjaga lainnya mengingatkan Kace karena dia tidak bergerak sama sekali dan terlihat tidak fokus. "Apakah ada sesuatu yang mengganggumu?"

Namun, alih- alih menjawab pertanyaan sang penjaga, Kace berubah menjadi binatang buasnya dan menyerang para penjaga tersebut.

Mereka tidak menyangka Kace akan melakukan hal ini, karena itu Kace lebih unggul untuk menjatuhkan mereka ke tanah dengan mudah.

Cukup sulit untuk membuat mereka tidak sadarkan diri, tetapi tidak cukup untuk mengakhiri hidup mereka. Kemampuan penyembuhan mereka akan memakan waktu sekitar lima menit sampai mereka sadar kembali dan sampai saat itu, Kace akan sudah lama menghilang.

==============

Binatang buas putih itu memompa keempat kakinya secepat yang dia bisa, menghindari para penjaga yang menghalanginya dan membiarkan mereka terluka, sehingga mereka tidak bisa mengejarnya.

Gerhana matahari ini juga membantu monster putih tersebut melarikan diri dari para penjaga, yang mengelilingi kastil, dengan cukup mudah, karena mereka tidak memprediksi Kace akan melakukan hal ini di waktu seperti ini.

Sebagai pertanda buruk bagi Lycanthropes, Jedrek sebagai Alpha di Kerajaan para Lycanthropes, perlu ditempatkan di tempat yang aman dan menyelesaikan ritual tertentu.

Oleh karena itu, seluruh pengawal akan berkumpul di depan Pura Selene, tempat Jedrek akan tinggal di sana selama gerhana matahari berlangsung.

Karena Kace tidak terlalu menyukai hal semacam itu dan tidak terlalu percaya dengan pertanda buruk yang dibawa oleh gerhana, dia melanggar semua aturan dan melarikan diri.

Kastil dan kota di dekatnya sangat sunyi karena semua orang memilih untuk tinggal di dalam rumah mereka, melindungi diri dari kegelapan.

Kecuali dari beberapa penjaga di dalam kastil, yang berpapasan dengan monster putih tersebut, tidak banyak orang di kota yang melihatnya.

Di antara ketiadaan sinar matahari, pergerakan monster putih itu mirip dengan bayangan putih yang menembus kegelapan.

Begitu Kace tiba di perbatasan dessert of no return, monster putih itu lalu melompat, melewatinya. Dan bersamaan dengan itu sensasi yang familiar merayapi seluruh bulunya.

Hal tersebut berlangsung sepersekian detik hingga Kace menghilang dibalik portal gelap yang akan menghubungkannya dengan dunia manusia, dimana dia akan menemui Serefina.

==============

Kota yang ramai di bawah langit malam adalah hal pertama yang disadari Kace tentang lingkungan barunya. Dia berjalan di sepanjang jalan di mana banyak rumah berdiri dengan megah di kedua sisi jalan.

Di ujung jalan ini, Kace melihatnya. Wanita yang berhasil membuat kakak laki- lakinya menjungkirbalikkan seluruh dunia karena dirinya yang tiba- tiba menghilang.

Senyuman di bibirnya adalah seringai sama persis yang diingat Kace saat terakhir kali mereka bertemu.

Saat itu, Serefina memberitahunya bahwa dia akan meninggalkan dunia para lycanthropes dan bagian yang mengejutkan adalah, alih- alih memberi tahu Jedrek, dia malah memberitahunya.

Orang yang mendengar hal ini akan berpikir kalau rumor itu benar, tapi Kace tahu pasti betapa Serefina sangat mencintai Jedrek dan begitu pula sebaliknya.

Kace terkejut dan menemukan keputusan aneh Serefina adalah sesuatu yang sama sekali bukan karakternya, tetapi sang penyihir itu dengan tegas tidak ingin memberi tahu dia alasannya ketika Kace bertanya padanya.

Sejauh yang Kace tahu, Serefina tidak akan pernah meninggalkan Jedrek untuk alasan yang tidak masuk akal, begitu pula saudara laki- lakinya. Maka dari itu, pertanyaannya adalah; mengapa dia harus pergi?

Dan Kace masih belum bisa memahaminya sampai sekarang.

Beratus tahun yang lalu, pada malam saat Serefina meninggalkan dunia para lycanthropes, dia hanya berkata bahwa dia akan menemukan pasangan Kace dan akan memberinya tanda ketika dia menemukannya. Itu adalah panggilan baginya untuk datang.

"Menurutmu mengapa aku menginginkan pasangan? Aku telah hidup cukup lama tanpa seseorang, kurasa aku tidak menginginkannya sekarang, terutama saat dia berasal dari makhluk yang lemah seperti guardian angel." Itu adalah kata- kata yang dikatakan Kace saat itu.

Namun, Serefina hanya tersenyum padanya dan mengangkat kepalanya untuk melihat bulan purnama di langit.

Malam itu bulan purnama. Kace mengingatnya dengan jelas.

Dia terlihat sangat tenang dengan gaun putihnya. Jejak permusuhan dan kesombongan, yang sering terlihat di wajahnya, tidak terlihat sama sekali.

Serefina saat itu tampak seperti seorang wanita yang menyerah pada takdir.

"Itu kata- kata Jedrek, bukan kau." Serefina berkata dengan pasti, seolah dia bisa melihat jiwa Kace semudah membaca buku yang terbuka.

"Jangan terlalu percaya diri." Kace menggerutu sambil menyilangkan lengannya.

Pada saat itu, dia tidak yakin apakah dia menginginkan seorang pasangan, tetapi makhluk buas di dalam dirinya mengenalnya lebih baik bahwa dia membutuhkan separuh Jiwanya. Inti dari keberadaannya.

Karenanya, Kace telah menunggu momen ini, selama lebih dari beberapa dekade.

Menunggu sinyal dari Serefina dan sekarang, Kace bisa merasakan semua adrenalin mengalir melalui nadinya. Sinyal dari Serefina muncul, begitu pula pasangannya, bukan?

"Jangan menyeringai padaku." Kace menyapa Serefina saat mereka saling berhadapan di bawah lampu jalan yang menerangi sekeliling mereka.

Serefina mengangkat alisnya dengan penuh tanya. "Begitukah caramu menyapaku setelah sekian lama?"

"Apa? Kau ingin sebuah pelukan?" Kace membuka lengannya lebar- lebar, mengundang penyihir itu ke pelukan hangatnya.

Tapi, senyum Serefina menghilang saat dia memandang Kace dengan ketidaksukaan yang jelas di mata hijau limau. "Menjijikkan."

"Begitu?" Kace meletakkan lengannya dan menyilangkannya di depan dadanya. Gerakan yang menunjukkan bahwa dia sedikit gugup.

"Aku pikir dia ada di dalam." Serefina memandang ke rumah di seberang jalan tempat mereka berdiri.

Kace mengikuti garis pandang penyihir itu dan melihat ke sebuah rumah besar dengan semua lampu dinyalakan, menerangi setiap sudut gelap rumah tersebut.

Dia ada di dalam? Kace bertanya dengan terengah- engah. Jantungnya berdegup kencang, dia tidak tahu kalau antisipasi ini terasa seperti ini.

"Aku pikir begitu." Serefina memiringkan kepalanya.

"Apa maksudmu?" Kace mengerutkan kening.

Namun, sebelum mereka dapat melanjutkan percakapan mereka, aroma yang familiar menyerang hidung Kace saat dia menatap ke jalan di belakang sang penyihir dengan mata penuh dengan permusuhan.

"Maximus." Kace menyebut namanya dengan dingin.