Chereads / My Photographer Story / Chapter 4 - EPISODE 4

Chapter 4 - EPISODE 4

" Ibuku Sakit dan aku ingin menjenguknya dan melihat keadaannya, tapi Ayahku terus memaksaku untuk berhenti menjadi Fotografer. Aku tidak bisa meninggalkan profesiku sebagai Fotografer, itu karena aku sudah menjadikan Fotografer sebagai bagian dari hidupku. aku bingung harus bagaimana." jawab Ryu dengan penuh kegelisahan.

"Jadi Ibumu sakit, dan ayahmu melarangmu untuk menjadi Fotografer dan kamu ingin menjenguk Ibu mu, kenapa harus memikirkan Ayahmu, kan kamu ingin menemui Ibumu yang sakit, kamu kan bisa menemuinya tanpa bertemu dengan Ayah mu." jawab Elva kepada Ryu memberikan saran untuk menjenguk Ibu nya yang sedang sakit.

"Kamu ada benarnya juga, kenapa aku harus memikirkan masalahku dengan Ayah kalau tujuanku sebenarnya ingin bertemu Ibu. Terimakasih Elva sudah memberikanku solusi." jawab Ryu dengan penuh rasa terimakasih.

Ryu kemudian menelfon Paman Chen. Dia adalah orang yang paling dekat denganku dirumah, dan dia selalu memberikanku kabar tentang keadaan rumah. Dulu Paman Chen pernah menjadi Bodyguardku waktu masih kecil, dan sekaligus menjadi orang yang sering menghiburku dikala Ayah dan Ibuku meninggalkanku Keluar Negeri.

"Halo paman, bagai mana keadaan ibu sekarang?" tanya Ryu pada Paman Chen di telfon. "Ibu tuan masih dirumah sakit. Saya disuruh menjaga Ibu tuan dirumah sakit, dan ayah tuan sempat kesini mampir untuk menengok keadaan ibu tuan yang terus memanggil nama tuan terbaring sakit tuan. Untuk sskarang Ayah tuan sudah kembali kekantor, Apa tuan akan kesini menjenguk ibu tuan?" jawab Paman Chen sekaligus bertanya kepada Ryu.

"Iya paman, aku mau kesana segera. Paman tolong jaga Ibu ya, dan kalau ada informasi lebih lanjut kabari aku." jawab Ryu dan meminta tolong untuk menjaga Ibunya dan menginformasikan semua keadaan Ibunya kepadanya.

"Baik tuan. Saya akan mengutus orang untuk menjemput tuan, nanti tuan tinggal kirim lokasi tuan dimana." jawab Paman Chen.

"Oke, terima kasih paman, suruh jemput dikafe Lordbreaks tempat biasa kita bertemu dulu paman." Jawab Ryu dan meminta menjemputnya dikafe tempat dulu dia bersantai dengan paman Chen.

"Kamu telfon siapa?" tanya Elva. "Aku menelfon Pamanku dia akan menjemputku untuk mengantarku ke rumah sakit." jawab Ryu sambil melanjutkan perjalanan menuju Rumah Elva.

"Tidak perlu sampai telfon pamanmu untuk mengantar, biar aku yang mengantarmu ke rumah sakit, aku ada mobil kok dirumah" ajak Elva untuk mengantarnya kerumah sakit.

"Terima kasih Elva, kamu sudah banyak membantuku, jadi biar pamanku saja yang datang menjemputku." Ryu menolak dengan lembut ajakan Elva.

"Kalau gitu, boleh aku ikut menjenguk Ibu mu dirumah sakit? Anggap saja kamu membayar bantuanku padamu." pinta Elva sedikit memaksa.

"Baiklah, tapi apa kamu tidak lelah habis pulang kerja lalu ikut kerumah sakit. Ditambah sekarang hari sudah mulai malam."

jawab Ryu yang dengan berusaha untuk mnolak permintaan Elva.

" Tidak masalah, besok perusahaanku libur bersama, jadi besok aku sudah bisa istirahat tenang." jawab Elva.

"Baiklah, mari kita ke kafe Lordbreaks, aku disana disuruh menunggu oleh pamanku." ajak Ryu kepada Elva.

Elva pun kebingungan mendengar nama kafe tersebut. Pasalnya kafe itu adalah kafe private yang hanya sedikit orang yang bisa masuk, dan harus memiliki persyaratan dengan memiliki perusahaan minimal 100 cabang dengan karyawan lebih dari 5000 orang. Dan juga hanya yang memiliki kerja sama dengan perusahaan Zynki yang diperkenankan untuk masuk ke kafe tersebut.

Karena Elva merasa tidak enak terus bertanya akhirnya dia mengikuti ajakan Ryu kesana.

***

Tak lama mereka pun sudah sampai di kafe tersebut. Tapi mereka tidak dibiarkan masuk oleh penjaga disana.

"Yang tidak punya kartu member dilarang masuk." Ujar penjaga kafe tersebut sambil menghadang mereka berdua.

Apa kamu lupa dengan saya? jawab Ryu dengan tegas pada para penjaga tersebut. namun jawaban itu tidak digubris para penjaga dan menertawakan Ryu dan Elva.

"Jangan sampai kalian menyesal setelah mengetahui siapa saya!!." Jawab Ryu dengan penuh amarah.