Setelah semua orang telah pergi meninggalkan ruang tamu, saat ini hanya tinggal Xu Qiaoqiao dan nenek di dalam ruangan itu.
"Qiaoqiao, jangan takut. Paman dan bibimu sudah setuju untuk membawamu kembali ke rumah ini." Nenek Xu mengatakannya sembari tersenyum dan menggenggam tangan Xu Qiaoqiao.
Xu Qiaoqiao merasakan telapak tangan nenek Xu keriput seperti kulit pohon tua. Walau demikian belaian lembut telapak tangan itu telah membuat Xu Qiaoqiao merasakan kehangatan seorang nenek.
Ia menatap wajah neneknya, kemudian dengan ragu-ragu ia berkata, "Nenek, kenapa aku merasa... sepertinya paman tidak begitu menyukaiku?"
"Bagaimana bisa!" Nenek dengan cepat membantah, "Paman dan ibumu sewaktu kecil memiliki hubungan yang baik! Kalau bukan karena...."
Saat nenek melontarkan kata-kata itu, tiba-tiba ia menyadari bahwa dirinya hampir melewati batas pembicaraan yang tidak boleh diberitahukan pada Xu Qiaoqiao. Lalu ia terbatuk dan mengalihkan pembicaraan, "Selama kamu bersikap baik dan menurut, mereka tidak akan bisa mengusirmu. "
Xu Qiaoqiao yang masih tidak memahami hal ini hanya mengangguk kepada neneknya. Setelah tidak ada lagi hal yang harus dibicarakan, ia berpisah dengan neneknya. Ia mendorong kursi rodanya dan menuju ke halaman kecil tempat ibunya tinggal.
Di halaman itu, ia memandangi ibunya yang sedang duduk diam di balkon. Ibunya ini sedang membaca buku di bawah sinar matahari.
Xu Qiaoqiao memandangnya dari kejauhan, terlihat betapa ia hanya ingin hidup dalam kedamaian. Seketika ia mengangkat bibirnya, menunjukkan dua lesung pipi kecil di sudut mulutnya. Bagi anak-anak panti asuhan, kasih sayang orang tua adalah sesuatu yang kurang atau bahkan tidak pernah mereka miliki.
Karena itu, meskipun ibunya seperti ini, tapi kasih sayang Xu Qiaoqiao terhadap ibunya mungkin lebih dalam dari hubungan ibu dan anak pada umumnya. Jadi bagaimanapun keadaanya ia tidak mungkin meninggalkan ibunya sendiri di sini.
Dia ingin memberi ibunya kehidupan yang terbaik. Bahkan jika suatu hari ia pergi meninggalkan keluarga Xu, ia juga akan membawa pergi ibunya bersama dengannya..
Setelah memutuskan tujuan hidupnya itu, sorot mata Xu Qiaoqiao berubah menjadi tenang. Ia berencana akan menemani ibunya di sini sebentar lagi, lalu setelah itu Xu Qiaoqiao akan kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
Setelah berjalan berkeliling taman, ia sampai di depan bangunan rumah tempat mereka tinggal. Dari tempat itu, ia baru saja melihat Xu Mushen keluar dari ruang tamu dan hendak masuk ke dalam mobil.
Mata Xu Qiaoqiao berbinat, ia berteriak, "Kakak!"
Xu Mushen menghentikan langkah kakinya, ia menoleh dan melihat Xu Qiaoqiao. Pria ini mengenakan setelan jas berwarna hitam. Ia berdiri dengan tenang di sana. Selama Xi Qiaoqiao memandangnya, ia seperti melihat lukisan pemandangan yang indah, lukisan ini mampu membuat orang yang melihatnya dapat merasakan kebahagiaan.
Matanya seperti memiliki pesona yang tidak ada habisnya, membuat orang yang melihat tidak bisa menerka yang ada di dalam pikirannya.
Semakin melihat dalam kedua mata itu, maka akan merasakan seperti tersedot ke dalam sebuah pusaran yang mematikan.
Xu Qiaoqiao segera memalingkan pandangan matanya. Ia menghindar dari tubuh Xu Mushen, lalu mendorong kursi rodanya ke depan.
Setelah sampai di depan Xu Mushen, ia bangkit dari kursi rodanya. Gadis ini melompat dengan satu kaki lalu berjalan mendekatinya seperti hendak ingin mengatakan sesuatu kepadanya. Sayangnya, tanoa sengaja ia menginjak sebuah batu, kakinya terpeleset dan akhirnya seluruh tubuhnya langsung terbang ke pelukan Xu Mushen!
Tubuh Xu Mushen yang kokoh terpaksa memikul Xu Qiaoqiao yang tengah kesakitan karena hidungnya terbentur. Xu Qiaoqiao terkejut dan langsung melompat dari gendongan Xu Mushen.
Kemudian dia mengangkat tangannya, dan dengan canggung mengatakan, "Kali ini tanganku tidak menyentuh apapun yang tidak boleh disentuh!"
Xu Mushen hanya diam tercengang. Suasana keduanya seketika menjadi canggung. Xu Qiaoqiao segera menundukan kepalanya dan membungkam mulutnya sendiri. Ia menyadari bahwa kalimat yang baru saja diucapkannya itu benar-benar akan sangat mengganggu Xu Mushen.
Padahal, awalnya dua orang ini tidak ada masalah apapun. Sekarang, dengan terlontarnya kata-kata itu ia telah membuatnya ingat kembali pada insiden memalukan yang terjadi pagi hari tadi?
Saat ia sedang menyesali kata-kata yang telah terlanjur ia lontarkan itu, tiba-tiba ia mendengar suara suram Xu Mushen, "Untuk apa kau meneriaki ku?"
Xu Qiaoqiao segera mendongakkan kepalanya. Dalam pikirannya, ia berdecak malu pada ucapannya sendiri, 'Benar, yang kau katakan itu benar.'
Xu Qiaoqiao benar-benar merasa bersalah, kedua matanya melirik ke sekeliling. Ia menyadari tidak ada seorang pun di sana, barulah ia mendekat ke Xu Mushen. Seketika kakinya berjinjit, dengan misterius ia memelankan nada suaranya lalu perlahan ia mengatakan sesuatu….