Chereads / Sewaktu Kamu Dewasa / Chapter 43 - Bagai Kacang Lupa Kulitnya

Chapter 43 - Bagai Kacang Lupa Kulitnya

Wajah Ji Xiaonian penuh dengan riasan tebal yang membuat wajahnya terlihat begitu menor. Pipinya terlihat begitu merah bagaikan pantat monyet. Sementara bibirnya yang semula memiliki warna merah natural, diberinya lipstik merah menyala yang membuatnya tampak seperti drakula yang baru saja meminum darah.

Bai Yan terkejut melihat wajah Ji Xiaonian yang berubah begitu mengerikan saat ini. Dia baru pertama kali ini menemukan seorang gadis yang semakin dirias wajahnya, semakin terlihat jelek. Bahkan jelek yang dimaksud bukanlah jelek biasa. Namun, sungguh-sungguh teramat jelek dan menyeramkan.

Terdengar suara Bai Yan terkekeh pelan. Dia tidak dapat lagi menahan geli yang dirasakannya ketika melihat wajah Ji Xiaonian. "Kenapa bersemangat sekali sampai wajahmu seperti itu?" ucapnya sambil tertawa.

Melihat Bai Yan menertawakan dirinya, hati Ji Xiaonian merasa terluka begitu dalam. Wajahnya kini terlihat ditekuk dengan ekspresi seperti hampir menangis. "A… Aku hanya ingin terlihat lebih cantik di depanmu. Agar orang-orang merasa bahwa aku pantas untuk bersamamu," ucapnya sambil setengah terisak.

Kepalanya kini tertunduk ke bawah. Tidak seperti biasanya, mata Ji Xiaonian menghindari tatapan Bai Yan. "Aku sadar, tidak peduli seberapa aku berusaha untuk merias wajahku, masih tetap saja tidak dapat membuatku menjadi lebih cantik. Orang-orang pasti akan menertawakanmu. Mereka pasti akan mengataimu bahwa seleramu begitu jelek sehingga mau-maunya jalan bersama gadis jelek seperti ku," sambungnya lagi sambil memutar tubuhnya membelakangi pria itu. Air matanya kini perlahan-lahan terlihat menetes keluar membasahi wajahnya.

Kalau saja bukan karena Yu Shengjie mengatakan bahwa dirinya jelek, Ji Xiaonian pasti hingga saat ini tidak menyadari betapa jelek dirinya. Dia berpikir bahwa dengan rupanya yang seperti ini, wajar saja jika Bai Yan tidak menyukainya.

Bai Yan tertegun melihat gadis sedang sesenggukkan di hadapannya itu. Tangannya menyeka keringat yang ada di dahinya. Dia sungguh tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk menghadapi Ji Xiaonian. Di satu sisi, gadis itu terlihat sangat konyol dan lucu, namun di sisi lain melihatnya sedih seperti ini juga membuat hatinya merasa sedih.

Bai Yan berjalan mundur dua langkah dan duduk di ranjang Ji Xiaonian. Dengan sabar dia berkata sambil menatap punggung kurusnya, "Aku memberimu dua menit untuk menghapus bersih seluruh riasan yang ada di wajahmu."

Apabila Ji Xiaonian sungguh-sungguh mau pergi dengan wajah seperti itu, tentu akan benar-benar membuatnya malu. Entah dari mana gadis itu mempelajari teknik rias yang mengerikan seperti itu. Sebenarnya sejak awal, Bai Yan merasa gadis di hadapannya ini sudah terlihat cantik walaupun tanpa riasan apa pun di wajahnya.

Lagipula, Bai Yan sudah terbiasa dengan wajah polos Ji Xiaonian. Menurutnya, dirinya akan merasa mual jika melihat gadis itu benar-benar merias wajahnya. Tentu saja hal itu juga karena dirinya sama sekali tidak ingin menciumnya jika wajah gadis itu penuh dengan riasan. Entah mengapa dia merasa jijik jika bibirnya sampai bersentuhan dengan riasan-riasan wanita yang entah terbuat dari bahan apa.

Ji Xiaonian perlahan-lahan membalikkan tubuhnya dan menatap Bai Yan yang duduk di ranjangnya. Pria itu terlihat dingin dan begitu tampan. "Kak Yan, aku benar-benar terlihat jelek ya?" tanyanya pelan.

"Jika lain kali aku melihatmu menggunakan benda-benda aneh itu di wajahmu, jangan salahkan aku jika nantinya berlaku buruk padamu. Dan masih berani-beraninya kamu disini, bukannya tidak cepat-cepat membersihkan wajahmu?" ucapnya dingin dan ketus.

"Jadi maksudmu, kamu tidak suka aku menggunakan riasan wajah?" tanya Ji Xiaonian memastikan.

Bai Yan hanya terdiam sambil menatap tajam ke arah Ji Xiaonian. Gadis itu tahu, jika Bai Yan hanya diam saja, itu artinya dia berkata iya. 

"Baiklah, aku akan membersihkan wajahku. Dan lain kali aku berjanji tidak akan menggunakan riasan lagi," kata Ji Xiaonian pelan sambil mengangguk dengan cepat. Setelah itu, dia segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya.

Sementara Bai Yan hanya duduk di sana tanpa suara memandang punggung Ji Xiaonian yang berjalan menjauh. Dirinya merasa, terkadang gadis itu terlihat begitu polos dan menggemaskan. Namun di kesempatan lain, dia merasa tingkat kepolosannya agak keterlaluan.

Bisa dibilang Ji Xiaonian semacam agak sedikit bodoh di mata Bai Yan, namun hal itu juga tidak buruk baginya. Dia tidak ingin jika istrinya nanti melakukan hal yang tidak-tidak dan berusaha membohonginya dengan segala tipu muslihat. Jadi, dia merasa bahwa bodoh sedikit juga seharusnya tidak buruk.

Hanya sebentar saja Ji Xiaonian sudah muncul dengan wajah yang bersih. Dia berdiri di hadapan Bai Yan dengan sepasang mata dengan lingkaran hitam yang sangat terlihat jelas. Dengan takut-takut dia bertanya padanya, "Kak Yan, aku sudah selesai membersihkan wajahku. Bukankah tanpa riasan seperti ini masih saja terlihat jelek?"

Bai Yan melihatnya sekilas, lalu berdiri dan berjalan keluar dari kamar itu sambil berkata, "Sudah terbiasa."

Melihat Bai Yan berjalan keluar, Ji Xiaonian buru-buru mengambil sebuah baju terusan dan segera mengganti pakaiannya. Setelah itu, dia terburu-buru berlari menyusul pria yang sudah berada di luar itu.

Sesampainya di lantai bawah, Ji Xiaonian berniat untuk segera keluar menyusul Bai Yan. Namun, tiba-tiba terdengarlah suara dari dalam dapur yang memanggilnya, "Nian Nian, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu. Sarapan dulu baru pergi."

Ji Xiaonian menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya. Dilihatnya Yu Shengjie berdiri di pintu dapur dengan celemek di tubuhnya sambil memegang spatula di tangannya. "Tidak usah. Kamu makan sendiri saja. Aku keluar dulu, ya," ujarnya singkat sambil terus berjalan keluar mengejar Bai Yan.

Ji Xiaonian pun menghilang begitu cepat dan menyisakan Yu Shengjie seorang diri berdiri di pintu dapur dengan perasaan yang hampa dan terluka.

Kalau saja aku tahu dia tidak mau sarapan pagi, buat apa aku bangun pagi-pagi sekali untuk memasakkan makanan untuknya! Gumam Yu Shengjie dengan kecewa. Yu Shengjie, Yu Shengjie. Perusahaanmu sendiri tidak dapat kamu jaga baik-baik. Sekarang gadismu sendiri juga tidak dapat kamu jaga baik-baik.

Melihat Ji Xiaonian pergi dengan pria lain, hatinya terasa kacau dan sesak. Namun, Yu Shengjie tahu benar bahwa tidak ada yang dapat dilakukannya untuk merebut kembali gadis itu. Sekarang dirinya tidak memiliki apa-apa, lalu atas dasar apa dia berhak untuk menginginkan gadis itu untuk berada di pelukannya.

Yu Shengjie menundukkan kepalanya dan berjalan dengan lesu menuju meja makan. Sesendok demi sesendok, dijejalkannya makanan buatannya untuk Ji Xiaonian ke dalam mulutnya.

***

Ji Xiaonian dengan hati yang gembira berlari mengejar Bai Yan yang telah berada di luar. Hanya saja, begitu meletakkan pantatnya di kursi mobil, dirinya menyadari bahwa ada orang lain di dalam sana. Seseorang yang sama sekali tidak diharapkan olehnya untuk dapat berada di sana. Terutama saat ini, hari ini dan detik ini. Siapa lagi jika bukan Fang Miaoling yang kini terduduk manis di kursi belakang.

Ji Xiaonian terkejut ketika menoleh ke belakang dan melihatnya berada di sana. Sedangkan Fang Miaoling tidak lagi dengan sikapnya yang dulu, sambil tersenyum, dia menyapanya, "Pagi, Xiaonian."

Wajah Ji Xiaonian terlihat sedikit menjadi pucat menahan emosi. Dia segera menoleh menatap Bai Yan yang duduk di kursi pengemudi. Dia hampir saja tidak percaya akan apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Bukankah kami akan pergi berkencan hari ini? Kalau pergi berkencan, buat apa membawa Fang Miaoling ikut bersama? Batinnya kesal.

"Bukannya hanya berdua saja?" tanya Ji Xiaonian dengan suara pelan pada Bai Yan.

Sementara Bai Yan hanya menatapnya sekilas tanpa menjawab pertanyaan Ji Xiaonian. "Pasang sabuk pengaman."

Ji Xiaonian tetap terus memelototi Bai Yan, berharap agar pria itu memberinya sebuah penjelasan atas apa yang sedang terjadi saat ini. Namun, sayangnya pria itu sama sekali tidak mempedulikannya dan sibuk mengemudikan mobilnya.

Di saat Ji Xiaonian sedang merasa kesal dan kecewa, Fang Miaoling yang berada di kursi belakang memajukan tubuhnya mendekatinya dan bertanya, "Xiaonian, Kak Yan akan membawa kita pergi untuk memetik buah stroberi. Aku paling suka makan stroberi. Kalau kamu? Apakah kamu suka makan stroberi juga?"

Ji Xiaonian menoleh ke belakang, menatap Fang Miaoling yang sedang tersenyum manis padanya. Tanpa dia sadari, hatinya semakin terasa sesak dan kesal melihat senyuman gadis itu.

Apa aku begitu berpikiran sempit dan kekanak-kanakkan sehingga tidak dapat bersikap baik pada Fang Miaoling? Pikir Ji Xiaonian dalam hati. Dia tidak mengerti, hanya saja, saat mendapati Fang Miaoling juga ikut bersamanya hari ini, membuat hatinya merasa tidak senang dan kesal.

"Biasa saja!" balas Ji Xiaonian dengan ketus, lalu duduk dengan baik menatap ke muka.

"Xiaonian, dulu memang aku sudah berlaku tidak baik terhadapmu. Aku minta maaf. Aku harap kamu tidak memasukkannya di dalam hati. Kita akan menjadi tetangga dan banyak tempat yang masih tidak aku ketahui. Jadi kedepannya, aku minta tolong bantuanmu ya," imbuh Fang Miaoling yang lagi-lagi berusaha mengajak Ji Xiaonian berbicara.

"Tidak apa," jawab Ji Xiaonian lagi-lagi dengan ketus.

"Xiaonian, dengar-dengar dari paman dan bibi, kamu hanya tinggal berdua dengan kakak lelakimu? Kalau nantinya kamu merasa bosan, kamu bisa datang ke rumah keluarga Bai untuk mencariku. Aku akan menemani mu," tutur Fang Miaoling.

Namun, kali ini Ji Xiaonian tidak lagi menanggapi perkataan Fang Miaoling itu dan hanya mendiamkan temannya itu. Sementara Bai Yan yang sedang mengemudi juga hanya terdiam tanpa suara.

"Walaupun aku juga adalah anak yatim piatu, namun justru hal itu yang membuatku dewasa. Tapi sekarang aku telah memiliki Kak Yan, paman dan bibi, maka bisa dibilang aku sangat berbahagia sekarang. Jadi Xiaonian, kalau kamu tidak keberatan, sering-seringlah main ke rumah keluarga Bai untuk mencariku," lanjut Fang Miaoling.

Ji Xiaonian hanya terdiam mendengar perkataan gadis itu. Entah mengapa, dia merasa perkataan Fang Miaoling barusan, tujuannya hanya agar dapat menyombong saja di depan dirinya.