"Tuan Mu?" teriak Wen Xiangyang saat jantungnya berdetak semakin cepat.
Wen Xiangyang melihat Mu Lingqian berdiri dan berjalan ke tempat tidur. Namun, pria itu tidak menoleh ke belakang sama sekali. Ia malah berkata, "Kau bisa pergi."
Sikap Mu Lingqian membuat Wen Xiangyang kebingungan. Ketika ia ingin pergi, Mu Lingqian menahannya. Sekarang, saat ia merasa bersalah karena lengan Mu Lingqian terluka dan ingin menunggu hingga dokter pribadi pria itu datang, Mu Lingqian malah memintanya untuk pergi?
"Kalau begitu, aku pergi dulu?" Wen Xiangyang bertanya ragu-ragu. "Tuan Mu, 200.000 Yuan milikmu akan aku bayar nanti, ditambah dengan biaya pengobatan. Kirimkan tagihan pengobatannya kepadaku. Aku akan—"
"Diam!"
Wen Xiangyang terkejut mendengar Mu Lingqian tiba-tiba mengomel.
"Jika kau tidak ingin pergi, tetap saja bersamaku!"
Setelah berbicara begitu, Mu Lingqian berbaring di tempat tidur dan memejamkan matanya yang sedikit lelah. Wen Xiangyang berdiri terdiam. Ia tidak tahu harus pergi atau tetap tinggal. Aku hanya ingin membuat segalanya menjadi jelas baginya, tapi mengapa dia malah memprovokasiku lagi? Bagaimana mungkin temperamen pria ini cepat berubah? batinnya.
Wen Xiangyang melihat Mu Lingqian berbaring di tempat tidur dan mengabaikannya. Ia berdiri di tempat selama sekitar dua puluh menit hingga kakinya agak letih. Ia melihat wajah Mu Lingqian lagi dan menyadari bahwa pria itu benar-benar tertidur. Ia terdiam sesaat, lalu menarik selimut untuk menutupi Mu Lingqian.
Wen Xiangyang menuju sofa dan duduk. Tunggu saja sampai temannya datang, baru aku akan pergi, batinnya. Tidak butuh waktu lama, ia malah kembali mengantuk dan terjatuh ke sofa. Kemudian, ia tertidur.
Ketika Wen Xiangyang terbangun, langit di luar sudah benar-benar gelap. Ia merentangkan pinggangnya dan mendapati dirinya berbaring di tempat tidur. Ia meraba di sekitar dan menemukan ponselnya. Kemudan, ia menyalakan lampu senter dan melihat ke sekelilingnya.
Wen Xiangyang terkejut. Ia berjalan cepat ke pintu dan menyalakan lampu di kamar. Ia melihat bahwa ia sudah berada di apartemen kecil yang disewanya. Saat ia berjalan, ia tak sengaja menendang sebuah kotak belanjaan. Begitu ia membuka kotak itu, di dalamnya ada dua buah gaun.
Salah satunya adalah gaun panjang berwarna merah anggur yang ia coba waktu itu di pusat perbelanjaan. Sedangkan, yang satunya lagi adalah gaun pendek hitam yang ia kenakan untuk datang ke pesta pernikahan. Melihat dua gaun yang tak asing itu, Wen Xiangyang terdiam beberapa saat. Apa maksudnya Mu Lingqian? ia bertanya-tanya, meski ia sebenarnya tidak peduli apa yang dimaksud Mu Lingqian.
Sejak saat itu, Wen Xianguang mencoba kembali ke kehidupannya yang aman damai. Ia akan menganggap Mu Lingqian tidak pernah muncul dalam hidupnya.
Untuk membayar kembali uang Mu Lingqian, Wen Xiangyang meminjam 200.000 Yuan dari Yan Xin. Yan Xin tidak mengatakan sepatah katapun dan langsung mentransfer uang itu ke rekening Wen Xiangyang. Wen Xiangyang mengambil kartu bank, kemudian pergi ke Muse dan menitipkan kartu itu pada pelayan yang dulu membawanya menemui Mu Lingqian.
Di saat yang sama, Wen Xiangyang mulai bekerja keras untuk menghasilkan uang. Ia berharap untuk mengembalikan 230.000 Yuan sesegera mungkin kepada Yan Xin. Selain menulis, Wen Xiangyang mulai keluar untuk mencari pekerjaan paruh waktu dengan upah dan komisi yang tinggi. Dalam sehari, ia harus menjalani tiga pekerjaan paruh waktu. Ia pergi ke pasar setiap hari dan menjadi begitu sibuk, bahkan hingga ia tidak punya waktu untuk makan. Namun, kesibukan ini berlangsung kurang dari setengah bulan sebelum kemudian dihancurkan oleh seseorang.
Wen Xiangyang sangat sibuk hari itu dan baru selesai bekerja pukul satu dini hari. Ia pulang dengan tubuh yang begitu lelah. Ketika ia sampai di bawah apartemennya, ia melihat BMW yang begitu familiar terparkir di sana. Sebelum ia bisa melihat plat nomor mobil itu, pintu mobil terbuka. Pria paruh baya yang buncir dan baru keluar dari mobil itu adalah ayahnya yang brengsek.