Huo Weiwu dan Yan Zi telah berangkat menuju pesta yang ada di vila dekat pantai. Di samping itu, Gu Gaoting mendapatkan laporan bahwa Yu Yi sedang berada di acara itu juga dan bersiap hadir pada acara pemilihan kekasih tersebut.
Saat ini kelopak mata kanan Huo Weiwu berkedut, tanda ada firasat yang tidak baik. Siang ini, jam di mobil menunjuk angka 2.
"Kau sudah menyetir 3 jam, akankah segera sampai?" Tanya Huo Weiwu tidak sabaran.
"Sebentar lagi. Pasir pantai sudah mulai terlihat."
Tak lama kemudian, mobil mereka berhenti. Sepertinya jalan ini terhalang oleh penghalang jalan.
Ternyata sudah ada empat orang penjaga menghampiri keduanya, "Tunjukan kartu undangan." Pinta salah satu dari mereka dengan hati-hati.
Yan Zi tersenyum manis sembari menunjukkan kartu undangan.
Kemudian, mobil Yan Zi diperiksa, kedua tas Yan Zi dan Huo Weiwu pun tidak luput dari pemeriksaan. Barulah mereka boleh melanjutkan perjalanan.
"Ketat sekali." Huo Weiwu terkejut.
"Itu harus, karena ada orang-orang penting di pesta itu. Satu kartu undangan saja hanya untuk dua orang. Aku sampai memohon pada ibu temanku supaya aku bisa dapat satu kartu undangan." Jelas Yan Zi. Saat ia mengingat Tuan Yu Yi yang tampan, matanya pun langsung berbinar-binar bahagia.
Setelah mobil melaju selama lima menit, sampailah mereka pada gerbang sebuah vila yang megah itu.
Di gerbang itu, berdiri delapan orang pasukan keamanan. Mereka memeriksa ketat Yan Zi dan Huo Weiwu, kemudian memberi dua pin bernomor 99 dan 98, serta selembar kartu ruang kamar nomor 303.
Yan Zi menempel pin nomor 99 di pakaiannya.
Huo Weiwu mengambil nomor 98. "Apa ini? Kontes kecantikan? Harus ditempel di baju juga."
"Para petinggi akan mewawancarai kita satu-satu. Yang terpilih, bisa ikut pesta utama nanti malam." Yan Zi mulai menjelaskan garis besar acara pesta.
"Kalau tidak terpilih?" Tanya Huo Weiwu sambil mengernyitkan alisnya.
"Bisa duduk saja atau tidur di ruang kamar. Tapi, ada beberapa ruang kamar yang berhadapan dengan taman. Beruntungnya, saat berdiri di depan jendela, mungkin saja bisa mendapat pemandangan yang indah. Ayo cepat Kak Huo, di dalam pasti ada makanan." Yan Zi menarik tangan Huo Weiwu.
Huo Weiwu memasukkan nomor dadanya ke dalam tas.
Huo Weiwu tidak tertarik dengan kencan buta terselubung seperti ini, jadi dia bisa tidur di kamar saja.
Baru saja mereka masuk, mereka merasakan hawa dingin bercampur aroma wangi sebuah parfum.
Di dalam vila itu, terlihat segerombol wanita yang mengenakan gaun sejenis dengan pakaian Yan Zi dan Huo Weiwu. Kebanyakan dari mereka memiliki mata yang lebar dan berdahi lancip, seperti huruf V. Dandanan di wajah mereka sangat menor. Tubuh mereka juga semampai.
Sejenak, Huo Weiwu sulit mempersepsikan wajah mereka.
"Hey, bukankah ini Huo Weiwu? Berani sekali kau kemari." Salah seorang wanita semampai itu terkejut melihat gadis ini ada dalam tempat ini. Ia menghampiri Huo Weiwu sambil tersenyum bingung.
"Aku tidak merasa malu." Huo Weiwu menjawab dengan dingin.
"Kau tidak sadar umur? Apa yang bisa kau bandingkan dengan gadis muda seperti kami? Kulitmu lebih kendur? Benar-benar tak punya malu. Sepertinya kau kecewa lalu jadi gila gara-gara dibuang Wei Yankang. Masih punya malu untuk datang ke tempat seperti ini?" Huo Chun merendahkan.
"Gadis muda? Gadis bodoh, kau sekarang 24 tahun, lebih muda 2 tahun dariku. Menurutmu, kau tidak bisa hidup sampai 26 tahun, atau kecerdasanmu selamanya terhenti di umur tiga tahun?" Huo Weiwu mendongak, tanpa merendahkan ataupun marah.
"Huo Weiwu, kalau umur perempuan sudah lebih dari 25 tahun, harusnya dia ada di rumah, tidak keluar rumah untuk cari muka. Kau masih tidak suka menghilangkan malu kakek dan nenekmu. Kau itu sudah tidak cukup umur?" Huo Chun menjawab dengan marah.
Huo Weiwu tersenyum mempesona. Ia menggoyang-goyangkan ponselnya, lalu dengan malas berkata pada Huo Chun, "Aku mengirim ke kakak iparmu apa yang baru saja kau katakan. Sepertinya dia sekarang berumur 30 tahun, kan?"
"Huo Weiwu, kau benar-benar murahan. Pantas saja Wei Yankang mencampakkanmu. Selain itu, ayahmu juga telah meninggal karena kau lebih memilih Wei Yankang. Nyatanya, sekarang pria itu malah memilih bunga terompet keras kepala dari keluarga Gu. Kau harusnya diusir oleh kakek dan nenekmu." Huo Chun mengatakannya sambil menghentakkan kakinya.
Setiap katanya, bagaikan pisau yang menyayat hati Huo Weiwu.
"Sudah cukup kau bicara?" Huo Weiwu bertanya dengan sangat dingin.