Chereads / Kisah Kami / Chapter 6 - Anna Part 2 (Selesai)

Chapter 6 - Anna Part 2 (Selesai)

Anna yang baru saja sampai di rumahnya itu pun turun dari mobil dan sudah di sambut oleh para pelayan perempuan memanjang di sepanjang lorong dari tangga depan pintu luar rumahnya sampai masuk kedalam. Mereka berjejer di kedua sisi sambil membungkuk dan mengucapkan selamat datang pada wanita bergaun putih yang baru saja turun dari mobil itu.

"Yaampun kalian ini, sudah aku bilang tidak perlu seperti ini, memalukan tahu" protes Anna malu sambil berjalan menaiki tangga untuk masuk ke dalam rumahnya yang besar itu.

"Lagi pula kenapa sih ayah dan ibu punya rumah yang menyusahkan seperti ini, mau masuk ke dalam saja harus naik tangga dulu" pikirnya sebal.

Salah satu pelayan perempuan yang terlihat lebih tua darinya itu pun berjalan mendampingi Anna di sebelahnya.

"Apa ayah dan ibu sudah datang?" tanya Anna pada pelayannya itu sambil merasa risih dengan gaunnya yang lebar kemana-mana, dan gara-gara itu juga dia tersandung jatuh sebelumnya.

"Belum non, barusan tuan memberi kabar kalau mereka sedang di jalan kembali dari pekerjaan mereka di luar kota dan terjebak macet di tol" jawab pelayan itu sopan.

Anna yang berjalan menuju kamarnya di lantai dua itu pun di temani pelayan itu sampai masuk kamarnya. Pelayannya itu pun membantunya membukakan gaun yang Anna kenakan. Setelah gaun itu terlepas dari tubuhnya, rasanya sangat bebas sekali.

"Mba, tadi aku sudah bertemu dengan orang itu, padahal aku sudah memakai pakaian dan berdandan sesuai dengan saran mba. Tapi sepertinya dia sangat tidak tertarik, bahkan parahnya lagi saat kami baru berpapasan dia langsung mau pergi" keluh Anna sambil menyisir rambutnya yang panjang sementara pelayannya itu merapihkan gaun tadi.

"Waah... benarkah? apa seleranya sangat tinggi?" tanya pelayan itu heran. Anna pun langsung melompat ke kasur dan berbaring disana karna lelah.

"Sepertinya bukan gitu deh mba, waktu aku liat matanya itu ada.. semacam perasaan aneh saat dia melihatku" kata Anna sambil memejamkan matanya, pelayan yang berada di kamarnya itu pun duduk di sisi tempat tidur majikannya dengan tenang.

"Kenapa bisa begitu?" tanyanya heran. Anna pun langsung bangun duduk dan melihat pelayannya itu dengan serius.

"Dia itu terlihat sangat sederhana, sangaaat..... sederhana, dia hanya memakai kaus biasa dan itu pun agak kebesaran, dan juga celana pendek biasa. Padahal kalau di lihat dari kedua kakaknya sepertinya dia bisa membeli baju yang lebih bagus" kata Anna serius.

"Apa dia type pria yang memang sedehana yah?" tanya pelayan itu heran. Anna pun menghela nafas panjang dan kembali berbaring sambil memeluk boneka Stitch besar miliknya.

"Entahlah.. biasanya aku bisa langsung tau type orang seperti apa saat melihatnya. Tapi dia, benar-benar kosong. Sangat berbeda dengan orang yang tidak terbaca seperti kedua kakaknya, kosong begitu saja" kata Anna putus asa.

"Kalau begitu, apa nona menyukai pria itu?" tanya pelayan itu, wajah Anna menjadi sedikit merah karna pertanyaan itu.

"Saya akan anggap itu iya" kata pelayan itu tersenyum meledek, Anna yang terlanjur malu itu pun langsung melempar pelayannya itu boneka yang dia peluk lalu berguling-guling ke sisi lain kasurnya, pelayannya hanya tertawa melihat tingkah majikannya itu.

"Saya tidak pernah menyangka kalau orang terkaya kedua di dunia dan menolak banyak pria kaya lainnya malah tertarik pada pria yang sederhana. Kalau begitu non, saya pikir lebih baik kalau pelan-pelan saja, coba lah berteman dengannya, karna memang cinta sejati itu tidak pernah memandang derajat dan status seseorang" kata pelayan itu sambil memberikan kembali boneka itu ke Anna.

"Masalahnya, nanti malam mereka mengundangku ke rumahnya untuk makan malam" kata Anna panik, pelayannya itu pun terkejut dan langsung berdiri.

"Kenapa nona tidak bilang?" katanya kaget.

"Bukannya mba yang dari awal ajak aku ngobrol yah?" kata Anna menyipitkan matanya.

"Hehehe.. maaf, biasa perempuan. Yasudah saya juga sepertinya sudah dapat gambaran setelan untuk nona nanti. Sebaiknya nona mandi dulu saja, sisanya biar saya yang urus" kata pelayan itu.

"eeh... tapi ini kan baru jam tiga" kata Anna heran.

"ck.. ck.. ck.. salah, seorang perempuan itu harus mempersiapkan segalanya jauh sebelum waktunya. Karna pasti akan memakan waktu yang cukup lama"

Setelah mendengar pelayannya berbicara seperti itu, Anna pun pergi ke kamar mandinya dan pergi mandi.

************

Sementara itu..

Ady dan Rendra yang sedang duduk di meja makan terus memperhatikan Gama yang sedang termenung duduk di bangku biasa dia makan. Hal ini jarang terjadi bahkan untuk mereka.

"umm.. adik kecil? apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Ady, namun Gama tetap diam tidak menjawab kakaknya.

"Gam-gam? haloo.. kau masih sadar kan?" tanya Rendra, tapi Gama tetap tidak bergerak.

"Apa kau kebingungan akan membuat makan malam apa nanti?" tanya Ady lagi. Di luar dugaan justru pertanyaan itu malah membuat Gama mengangkat wajahnya dan melihat Ady dengan heran.

"Tidak, Gama sedang tidur sebentar tadi" katanya datar sambil melompat turun dari bangkunya lalu mengambil bahan masakan di kulkas.

Kedua kakaknya pun merasa lesu karna kejadian barusan. "kupikir dia sedang memikirkan sesuatu dari setengah jam yang lalu, ternyata dia malah tidur" pikir kedua kakaknya.

"Yasudah, aku akan bersiap-siap dulu" kata Ady berdiri di ikuti Rendra dan pergi ke kamarnya untuk mandi.

Dengan cepat dan gesit Gama pun memotong, mengulek, merebus, memasak sekaligus tanpa melakukan jeda. Setelah di rasa tinggal menunggu matang, dia pun pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya dan kembali turun.

Ady yang sudah berpakaian rapih pun keluar dari kamarnya, dia memakai celana dan setelan jas hitam serta rambut di sisir ke belakang. Sedangkan Rendra memakai celana panjang berwarna biru tua dan kemeja berwarna merah tua miliknya.

Ady dan Rendra yang keluar kamar bersamaan itu pun saling menatap dan tertawa karna ini pertama kalinya mereka berpakaian rapih dan tidak pergi keluar. Ady dan Rendra yang sudah rapih itu pun turun dan pergi ke dapur. Namun mereka terkejut melihat adik mereka yang sedang menghidangkan makanan di meja masih mengenakan kaus kebesaran dan celana pendek seperti biasa.

"Adik kecil, kenapa kau masih pakai baju begini? saat kudengar kamar mu yang ada di depan kamarku itu terbuka ku pikir kau sudah ganti baju." kata Ady. Gama tidak menjawabnya malah justru merasa kalimatnya Ady membuatnya bingung. Untuk apa seseorang makan seperti ini memakai pakaian rapih.

"Ren, bisa kau bawa Gama ke atas dan menggantikan pakaiannya? sudah mau jam tujuh, Anna sebentar lagi datang. Biar aku yang merapihkan sisa nya" kata Ady, Rendra pun mengangguk dan mengajak adik kecilnya itu naik dan pergi ke kamar Gama.

Setelah Ady menyelesaikan tugasnya menata makanan, dia mendengar ada yang mengetuk pintu rumahnya. Dengan penasaran dia pun pergi menuju pintu depan dan membukanya. Disana terlihat Anna berdiri dengan memakai dress berwarna pink yang sangat muda tanpa perhiasan dan membawa tas kecil di tangannya. Awalnya Ady sempat terpaku melihat Anna yang begitu cantik berdiri di depannya. Namun dia pun sadar dan langsung mempersilahkan Anna masuk ke dalam.

Dengan senang hati Anna pun masuk ke dalam dan melihat ke sekeliling rumah itu. Sungguh rumah yang sederhana namun tetap terlihat indah, mungin karna perawatannya yang sangat baik.

Tepat ketika Ady mempersilahkan Anna menuju meja makan, dari lantai dua terdengar suara ribut.

"GAM, CEPAT KESINI, KAU TIDAK PERNAH MEMAKAI INI SEJAK PERTAMA DI BELI" teriakan Rendra menggema ke seisi rumah.

Anna dan Ady yang keheranan pun hanya diam dan saling menatap satu sama lain.

"Apa ada masalah?" tanya Anna.

"seharusnya sih tidak" jawab Ady.

Suara semakin bertambah ribut sampai akhirnya mereka melihat Gama melompat dari lantai dengan cepat untuk segera turun kebawah. Hanya dengan memakai celana panjang hitam dan kemeja putih bahkan rambutnya acak-acakan itu pun dia lari dan bersembunyi di belakang Ady. Tidak lama di susul Rendra dengan nafas tersenggal-senggal sambil membawa jas berwarna hitam di tangannya. Saat Rendra melihat Anna sudah datang, dia pun menunduk sedikit memberi salam ke Anna dan Anna pun membalas salam itu sambil tersenyum.

Ady pun langsung mengajak mereka ke meja makan yang sudah di penuhi makanan disana. Anna dengan santai pun duduk di bangku yang sudah di siapkan oleh Ady. Gama yang masih ketakutan pada Rendra pun duduk di tengah antara Ady dan Anna.

Baru Ady hendak memberikan penyambutan untuk Anna, dia malah tampak bingung dengan makanan yang ada di hadapannya.

"Emm.. adik kecil, bisakah kau menjelaskan pada kami apa yang kau buat?" tanya Ady.

"Disana ada sepiring udang asam manis untuk masing-masing dan roti yang di balut dengan daging asap lalu di panggang. Dan untuk minumannya Gama membuat bluesky, soda biru yang di campur susu putih dan di beri sesendok eskrim di atasnya" jelas Gama, sejujurnya ini pertama kalinya Gama menghidangkan makanan yang belum pernah Ady dan Rendra lihat.

"Tunggu dulu, bukankah kau tidak suka makanan laut?" bisik Ady pada adiknya.

"Gama hanya makan rotinya saja" jawabnya singkat

"Kau.. yang membuat ini semua sendirian?" tanya Anna terkejut dan Gama pun mengangguk. Dia pun langsung mencoba memakan sesendok udang asam manis itu ke dalam mulutnya. Sesaat setelah udang itu masuk ke dalam mulutnya, Anna tertunduk diam disana. Ady dan Rendra terus melihat Anna dan menunggu reaksinya sementara Gama sudah mulai memotong rotinya.

"emm.. Anna? kau baik-baik saja?" tanya Ady penasaran. Anna yang mendengar itu pun langsung mengangkat kepalanya dan terlihat sangat gembira.

"INI ENAK SEKALI!!!" Ady dan Rendra tampak terkejut karna Anna tiba-tiba berteriak.

"Rasa gurih dari udangnya pecah ke seluruh mulutku, di tambah dengan saus asam manis ini membuat rasa udangnya menjadi semakin kuat. Rasa gurihnya bahkan masih tersisa di mulutku padahal aku sudah mengunyah dan menelannya" jelas Anna terpana pada masakan itu.

Dan karna rasa penasaran memenuhi tenggorokan Ady dan Rendra, mereka pun langsung mencoba memakan udang itu. Dan benar, semua yang di jelaskan oleh Anna benar-benar terjadi di dalam mulut mereka. Daging udang yang empuk dan lembut itu semakin terasa saat tercampur saus asam manis di dalam mulut.

Sampai akhirnya mereka pun makan secara perlahan agar dapat merasakannya lebih lama. Selesai menghabiskan semua makanannya, mereka pun bersandar di kursi penuh dengan kebahagiaan. Sementara Gama masih memainkan es krim yang ada di minumannya.

"Ngomong-ngomong.. aku tidak melihat kedua orang tua kalian, apa mereka masih bekerja?" kata Anna membuka pembicaraan sambil melihat ke sekelilingnya.

"Aah.. hahaha kami tinggal bertiga di sini. Kami hanya punya ayah, dan dia juga tinggal di kota sebelah membuka kafe" kata Ady tersenyum.

Sambil mengerutkan keningnya, Anna terus memperhatikan Ady dan Rendra bergantian dan membuat mereka berdua bingung.

"Kalian.. terlihat tidak jauh beda dari segi umur" kata Anna memperkirakan.

"Emm?? aah.. aku 18 tahun, Rendra 17 tahun dan 5 bulan lagi dia akan jadi 19 tahun. Sementara Gama.. dia 13 tahun, tidak lama lagi dia berulang tahun" kata Ady menjelaskan. Anna pun mengangguk dan bersandar di bangkunya.

"Kau sendiri? kau selalu memakai bedak, kau sudah keriput yah?" tanya Rendra mengerutkan keningnya dan membuat Anna terkejut.

"AP- Tidak sopan.. aku juga seumuran dengan kalian, aku sudah 18 tahun tau" katanya sebal. Saat mendengar Anna mengatakan itu Ady pun tiba-tiba tertawa cukup keras dan membuat kedua orang yang di dekatnya melihatnya.

"emm??? hahaha maaf maaf.. akhirnya kau menunjukkan sifat asli mu. Ku pikir akan sulit memancingnya tapi.. ini cukup menyenangkan, tidak perlu tegang" kata Ady tersenyum, mendadak Anna pun merasakan panas di wajahnya karna merasa malu.

Dia pun menoleh ke arah jam dinding lalu tersenyum.

"Sudah jam 9, tadinya aku masih ingin berbicara dengan kalian, tapi sudah sangat larut, kalian juga sekolah kan?" tanya Anna

"Benar, kami sekolah di SMA Martabat" jawab Ady.

"Benarkah? sungguh kebetulan. Aku juga bersekolah disana, sekarang aku kelas tiga loh" kata Anna.

"hah? kami juga, kau kelas 3 apa?" tanya Rendra.

"em? kelas 3-A, aku peringkat kedua disana. Kenapa?" tanya Anna balik.

"HAHAHA...!!! sungguh keberuntungan yang aneh, Ady peringkat pertama dan aku ketiga" jawan Rendra tertawa.

"Apa jangan-jangan kalian yang waktu itu melempar batu ke arah kepala sekokah?" tanya Anna heran. dan Ady pun mengangkat tangannya sambil tersenyum.

"huuhhh... kau pasti punya alasan lain yah" kata Anna tampak heran, tapi kemudian dia pun tersenyum dan perlahan berdiri dari tempat duduknya di ikuti Ady dan Rendra.

"Yasudah kalau begitu terima kasih makanannya" katanya sambil berjalan ke arah pintu depan di temani Ady dan Rendra.

Di ambang pintu, gadis itu pun sekali lagi berbalik menghadap teman barunya dan tersenyum pada mereka.

"Aku pamit dulu yah, sampai ketemu di sekolah" kata Anna tersenyum, begitu pun dengan Ady dan Rendra.

Saat gadis itu menoleh ke arah anak kecil yang berdiri di dalam rumah itu sambil menatapnya dengan tatapan mengantuk, senyuman gadis itu pun semakin melebar lalu berbalik berjalan pergi ke arah mobil yang terparkir di tepi jalan.

Setelah Anna pergi, Ady dan Rendra pun berbalik dan melihat Gama berdiri di belakang mereka sambil mengucek matanya karna sudah mengantuk.

"Ren, tolong bereskan itu dulu yah, aku akan mengantar Gama tidur dulu setelah itu aku akan membantumu" kata Ady mengajak Gama pergi ke kamarnya untuk tidur dan Rendra pun melakukan yang di perintahkan kakaknya dengan wajah sebal dan terpaksa.